Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membuka peluang untuk mengusung sosok baru maju ke dalam Pilkada Jakarta 2024.
Dia mendapat informasi dari civil society bahwa nama pakar hukum tata negara Bivitri Susanti diusung untuk masuk ke dalam bursa pilkada.
Baca Juga
"PDIP terus membuka suatu ruang bagi hadirnya calon-calon pemimpin tersebut, yang kemudian nanti kita akan cermati berdasarkan suara arus bawah partai," ujar Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Sabtu 20 Juli 2024.
Advertisement
Dia menilai ihwal ini merupakan dampak dari penayangan film dokumenter "Dirty Vote" dirilis pada 11 Februari 2024 oleh rumah produksi WatchDoc di platform YouTube. Menurutnya, kondisi tersebut turut menyehatkan demokrasi Indonesia.
Di lain sisi, PDIP masih terus mencermati sosok yang akan diusung untuk maju di Pilkada Jakarta.
Ada berbagai wacana yang muncul saat ini mengusung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hingga Anies Baswedan.
"Berbagai wacana yang muncul saat ini baik itu terkait dengan Pak Ahok, Pak Anies termasuk kombinasi keduanya atau kemungkinan rivalitas di antara keduanya," katanya yang dikutip dari Antara.
Muncul juga figur baru, seperti Sekretaris Kabinet Pramono Anung, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa dan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Hendrar Prihadi atau Hendi.
"Ini semua masih dicermati oleh PDIP," pungkas Hasto.
Anies dan Ahok Teratas di Survei Litbang Kompas
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengapresiasi hasil survei yang dikeluarkan Litbang Kompas terkait Pilkada Jakarta 2024 pada Selasa (16/7/2024).
"Tentu kami mengapresiasi atas survei Litbang Kompas, di mana di antara dua besar top of nine, figur yang ada dalam benak warga Jakarta yaitu satu di antaranya adalah Pak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang merupakan kader PDIP, dan begitupun juga ada nama Pak Anies," kata politikus PDIP, Masinton Pasaribu, Rabu (17/7/2024).
Anies Baswedan yang memperoleh 29,8 persen dan Ahok mendapat 20,0 persen disebutnya sangat wajar. Mengingat keduanya itu memang pernah memimpin dan menjabat sebagai gubernur di Jakarta.
Advertisement "Nah, tentu beliau berdua ini sebagai figur yang pernah memimpin di Jakarta. Dan tentu pemilih Jakarta pemilih yang rasional, tentu tidak ingin Jakarta ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak berpengalaman," ujar Masinton.
Sehingga, menurutnya, jika ada calon lain dalam Pilkada Jakarta nanti disebutnya sebagai barang atau orang baru akan tetapi sudah kedaluwarsa.
"Itu berdasarkan hasil survei Litbang Kompas itu. Tentu barang baru rasa kedaluwarsa, orang-orang Jakarta tidak menginginkannya," pungkasnya.
Advertisement