Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi (Kemendikbudristek) sedang melakukan Proses Seleksi Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi.
Saat ini Panitia Seleksi Kepala Dirjen Vokasi yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti telah mengerucutkan peserta seleksi Dirjen Vokasi menjadi 11 orang. Mereka adalah Syaifullah, Jonni Afrizon, Aisyah Endah Palupi, Ari Indarto Sutjiatmo, Gede Sri Darma, Mochamad Lutfi Firdaus, Sutrisno, Joko Triyono, Arip Rahman Sudrajat, Farkhan, Lukman.
Wakil Ketua Komisi X Dede Yusuf mengatakan, Kepala Dirjen Vokasi haruslah ahli dalam dunia pendidikan vokasi. Tak hanya itu, sosok Dirjen Vokasi terpilih harus bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan vokasi.
Advertisement
“Harus orang yang ahli dong, harus orang yang memang mengerti bidang pendidikan Vokasi. Kalau bisa seorang praktisi pendidikan yang memang sudah tahu permasalahan-permasalahan di dunia pendidikan vokasi,” ujarnya.
Saat ini, kata Dede Yusuf, sering terjadi permasalahan klasik yakni serapan dunia kerja tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di dunia pendidikan yang sangat tidak populer di mata Gen Z.
“Permasalahan-permasalahan teknis seperti itu, tentunya menjadi hal yang paling penting untuk menjadi fokus Dirjen terpilih nanti,” kata Dede Yusuf.
Ia menjelaskan, secara umum pekerjaan rumah pendidikan vokasi terus mengoptimalkan lulusan terampil yang siap diserap di dunia kerja atau industri. “Bukan hanya siap, tetapi kompetitif-kompeten-resilience disertai dengan sertifikasi yang relevan, yakni membangun SDM unggul terampil,” tuturnya.
Mismatch
Dede juga menjelaskan bahwa Dirjen vokasi juga harus bisa menyelesaikan masalah mismatch di dunia vokasi yang dioptimalkan dengan penguatan pendidikan vokasi, riset terapan yang inovatif, magang, dan program merdeka belajar.
“Kolaborasi link and match dengan dunia usaha, dunia industri juga jangan hanya agenda seremonial seperti perjanjian kerja sama tanpa eksekusi yang cermat, hal tersebut penting ditekankan mengingat fenomena ketenagakerjaan yang begitu dinamis,” ucap Dede.
Lebih lanjut, Dede mengatakan, penguatan SDM pengajar juga tak kalah penting. Dirjen vokasi harus mampu meng-upgrade para pengajar dengan sering melakukan sertifikasi dan uji kompetensi.
“Masalah kurikulum memang masih menjadi catatan, terlebih harus adaptif dengan perkembangan zaman, tak terkecuali fenomena transisi pandemi ke endemi dimana sistem kerja hibrida seperti luring-daring menjadi hal yang wajar,” katanya.
Terakhir, Dede mengharapkan Dirjen terpilih adalah sosok yang benar-benar paham dan unggul dalam kompetensi manajemen per-vokasi-an. Bebas dari intervensi dan intrik politik, dan berkomitmen dengan kerja teknis lapangan sesuai dengan nafas vokasi sebagai ilmu terapan, bukan hanya retorika saja.
"Jika sudah terpilih, Kemendikbud bisa langsung berlari kencang menerapkan program-programnya. Dirjen Vokasi merupakan direktorat yang sangat strategis dalam mengeksekusi program-program prioritas pembangunan SDM unggul," ujarnya.
Advertisement