Sukses

Penurunan Stunting Hanya 0,1 Persen, Jokowi: Kita Tetap Berusaha Agar Bisa Dibawah 14 Persen

Jokowi mengatakan penurunan stunting bukan hanya memperhatikan makanan bergizi saja. Jokowi menyebut pemerintah juga harus memperhatikan sanitasi, lingkungan tempat tinggal, rumah, dan air bersih.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui penurunan angka stunting di Indonesia mengalami perlambatan yang signifikan pada beberapa tahun terakhir. Padahal, kata Jokowi, pemerintah telah berhasil menekan angka stunting dari 37 persen pada 2014 menjadi 21 persen di tahun 2022.

Namun, prevalensi stunting di Indonesia saat ini hanya turun 0,1 persen per tahun. Jokowi mengatakan pemerintah akan berusaha agar angka stunting dapat menjadi 14 persen pada tahun 2024.

"Ya, ya, kita tahu, kita tau angka penurunannya tau. Memang sebelumnya agak tebel sekarang mulai tipis, tapi kita tetap berusaha agar ditekan menuju ke bawah 14 (persen)," kata Jokowi di Posyandu Rajawali 3, Kecamatan Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (23/7/2024).

"Stunting itu kita mulai dari 37 persen loh dulu, 10 tahun yang lalu. Kemudian sekarang sudah 21, turunnya juga drastis banget. Tapi (turun dari) 21 menuju ke 14 ini (sekarang) memang tidak secepat yang sebelumnya," sambungnya.

Dia mengatakan penurunan stunting bukan hanya memperhatikan makanan bergizi saja. Jokowi menyebut pemerintah juga harus memperhatikan sanitasi, lingkungan tempat tinggal, rumah, dan air bersih.

"Semuanya harus terkonsolidasi dengan baik. Itu yang terus kita lakukan," ujar Jokowi.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan alasan di balik angka prevalensi stunting di Indonesia yang baru turun 0,1 persen, dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.

Menkes Budi mengungkapkan salah satu penyebabnya belum ditemukan model implementasi yang sesuai dari program-program yang telah dilaksanakan.

"Masalah eksekusi di lapangannya, implementasi di lapangannya, itu belum ketemu model implementasi di lapangan yang pas. Nah itu yang sekarang sedang kita cari model pas-nya itu apa," katanya di Jakarta, Rabu.

Demikian pula yang diterapkan di berbagai daerah, pihaknya belum menemukan implementasi yang konsisten dapat menekan prevalensi stunting di daerah tersebut.

"Nggak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, event di satu kabupaten/kota sedikit sekali yang bisa (konsisten)," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Cegah Stunting, Ahli Gizi Ingatkan Para Ibu Berikan Gizi Seimbang ke Anak

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Program Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, Dr. Palupi Lindiasari Samputra, mengadakan penyuluhan edukasi terkait ketahanan pangan bagi para ibu dan balitanya. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di Rusunawa Tambora, Kamis (18/7).

“Kegiatan ini merupakan kolaborasi keahlian di bidang ketahanan pangan bidang gizi, khususnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bersama Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., MSc dan Agnes Poerbasari M.Si. Kegiatan diawali dengan edukasi pengenalan apa itu keamanan pangan dan peran penting perempuan dalam menjaga keamanan pangan keluarga hingga panduan menu makanan bergizi bagi anak Balita,” kata Palupi melalui keterangan pers diterima, Jumat (19/7/2024).

Palupi menyatakan, perempuan menjadi pilar ketahanan pangan keluarga yang perlu dibekali dengan pengetahuan agar dapat mengelola pangan yang bermutu dan bergizi, khususnya bagi anak-anak.

Senada dengan itu, Agnes Poerbasari MSi mencatat, sebagian besar penduduk Indonesia saat ini berada di usia balita hingga usia produktif (gen Z dan gen Milenial). Oleh karenanya, ketahanan pangan yang kuat akan berkontribusi dalam menjamin tumbuh kembang anak cerdas dan sehat.

“Anak merupakan generasi muda penentu masa depan bangsa Indonesia. Anak sehat akan mendukung pertumbuhan otak sebagai sumber kecerdasan kognitif, psikomotorik, hingga afektif,” ujar Agnes.

Agnes meyakini, anak sehat lebih berpotensi menyerap ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal maupun pendidikan karakter. Sehingga diharapkan, anak tersebut kelak mampu menjadi anak yang cerdas juga berakhlak baik.

“Sesi edukasi juga memberikan pemahaman yang mendalam terkait ciri-ciri kerawanan pangan yang perlu diketahui ibu dalam keluarga. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan para ibu dapat memitigasi terjadinya kerawanan pangan dalam keluarga,” harap Agnes.

3 dari 3 halaman

Risiko Stunting

Sementara itu, menurut Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., M.Sc jika ibu dalam keluarga gagal mendeteksi kerawanan pangan maka akan lebih besar terjadinya risiko stunting. Apalagi jika penyebab kerawanan pangan telah memasuki tahap anak pernah tidak makan seharian serta gizi pangan tidak terpenuhi.

“Jadi penting memahami gizi yang dibutuhkan bagi anak usia Balita. Dalam hal ini khususnya memperhatikan tekstur dan jenis makanan untuk anak usia di bawah satu tahun dan di atas satu tahun, kata wanita yang berprofesi sebagai ahli gizi ini.

Nurul mengimbau kepada para ibu dengan balita di Rusunawa Tambora untuk memastikan pemberian makanan bergizi seimbang bagi Balita . Alasannya, gizi seimbang mengandung semua zat gizi baik karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan protein, serta memperhatikan tekstur dan porsi sesuai usianya.

“Anak yang tidak cukup gizi seimbangnya akan berpotensi mengalami masalah tumbuh kembang, salah satunya adalah stunting,” wanti dia menandasi.

  • Presiden Jokowi hibur anak-anak dengan atraksi sulap di peringatan Hari Anak Nasional, di Pekanbaru, Riau.
    Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 Indonesia yang memenangi Pemilihan Presiden bersama wakilnya Jusuf Kalla pada 2014

    Jokowi

  • stunting

Video Terkini