Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) menggelar ATVSI Business Forum dengan tema 5G Broadcasting: Challenge & Opportunity. Kegiatan ini digelar di Gedung SCTV Tower, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Umum 1 ATVSI Taufan Eko Nugroho mengatakan, latar belakang diadakannya kegiatan itu karena melihat dinamika bisnis penyiaran yang dikatakannya berlangsung sangat cepat di berbagai aspek. Baik pola bisnis, regulasi, sistem dan teknologi.
"Kami ATVSI juga merasa penting mengajak para pemangku kepentingan untuk peduli dan memberi perhatian terhadap hal ini melalui berbagai topik dinamika penyiaran yang diangkat melalui ATVSI Business Forum ini," kata kata Eko Tovan dalam paparannya, Jakarta, Selasa (30/7).
Advertisement
Kemudian, terkait dengan tema yang dipilihnya yakni 5G Broadcasting. Menurutnya, hal ini karena melihat teknologi penyiaran yang merupakan salah satu aspek paling dinamis dalam perkembangannya.
"Melihat teknologi 3G saat ini sudah diuji coba dalam penyelenggaran penyiaran di berbagai negara seperti China, AS, Jerman, Perancis, Spanyol, Itali, Austria, Estonia, dan Republik Jeko dan beberapa negara sedang mengajukan studi kelayakan untuk diuji coba yaitu India, Turki, dan Malaysia," jelasnya.
"Perkembangan ini seharusnya juga menjadi perhatian dari para pemangku kepentingan penyiaran di Indonesia," sambungnya.
Ia berharap, melalui ATVSI Business Forum 2024 ini diharapkan para stakeholder terkait seperti DPR, Kemenkominfo hingga KPI serta industri penyiaran mendapatkan perkembangan terbaru atas teknologi 5G.
"Serta atas update yang diperoleh, para regulator dan industri penyiaran dapat melakukan langkah antisipasi sehingga bisa merespons implementasi 5G dengan tepat pada saatnya," ucapnya.
Â
Tantangan dan Regulasi
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafidz menyebut, kegiatan yang dihadiri oleh sejumlah televisi swasta ini menurutnya sangat penting untuk diadakan.
"Jadi dikemas dalam ATF PSI Business Forum APF, namun membahas mengenai hal yang sangat strategis, yaitu 5G Broadcasting Challenge and Opportunity. Akan banyak opportunity seperti tadi disampaikan oleh Pak Tovan, khususnya untuk teman-teman industri penyiaran, untuk menjadi jawaban atas tantangan kompetisi selama ini antara broadcaster dengan kemudian tayangan-tayangan yang marak melalui internet yang pakai data," ujar Meutya.
"Namun di sisi bersamaan juga pasti tantangan-tantangannya luas dan ini termasuk salah satu kuncinya adalah regulasi," tambahnya.
Ia menilai, tantangan itu dapat dianggap mudah atau tidak tergantung pada regulasinya.
"Makanya ada Pak Haris juga disini, karena kita pahami bahwa setiap ada teknologi baru masuk, yang paling pertama, kunci utama adalah bagaimana kita meregulasi," ucapnya.
Oleh karenanya, regulasi itu nantinya akan dibahas pada periode DPR RI yang akan dilantik pada Oktober 2024 mendatang.
"Karena nanti orang-orangnya mungkin berganti, tapi Pak Haris nanti sudah menyampaikan kepada saya akan tetap di sana. Jadi paling tidak sudah ada Pak Haris yang bisa kita titipi bersama-sama," paparnya.
Â
Advertisement
Tak Ingin Terburu Buru Pindah ke 5G
Selain itu, Direktur Penyiaran Ditjen PPI Kominfo, Geryantika Kurnia mengaku, jika pihaknya tidak ingin terburu-buru untuk pindah ke 5G.
"Karena harus liat sistemnya yang belum mature, dampak terhadap broadcaster, apakah coast yang ditimbulkan ini efisien atau enggak," ucapa Kurnia.
Berikutnya, dampak yang kedua yaitu terhadap masyarakat. Hal ini mengingat, dengan perpindahan dari televisi analog ke digital.
"Kalau pindah ke 5G broadcasting ini penyelenggara atau beoadcastermya harus mengeluarkan incasce seperti apa, kita masih transisi," jelasnya.
"Jadi teknologi 5G yang diseluler ternyata berkembang. Ada 5G broadcsting dan sudah diuji coba di beberapa negara. Jadi nanti masyarakat bisa menerima siaran televisi lewat gadget tanpa pulsa atau paket. Tapi menurut ekosistemnya belum mature. Perkiraan butuh 1-2 tahun," pungkasnya.
Â
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com