Sukses

Rawat Ratusan Anak Pengidap HIV/AIDS, Ropina Tarigan Raih Anugerah Perempuan Hebat 2024

Bidan Vina sudah merawat lebih dari 150 anak pengidap HIV/AIDS di wilayah Jakarta dan sekitarnya dan saat ini dia juga masih merawat langsung 10 anak di rumahnya di Tambora, Jakarta Barat.

Liputan6.com, Jakarta Kalau profesi bidan identik dengan seseorang yang membantu persalinan, apa yang dilakukan Ropina Tarigan jauh melampaui semua itu. Sosok yang karib disapa Bidan Vina ini istimewa karena tak hanya membantu persalinan, melainkan juga merawat dan membimbing sekitar 150 anak yang mengidap HIV/AIDS karena bawaan atau tertular dari orangtua mereka.

Upaya tak kenal Lelah itu akhirnya berbuah penghargaan Anugerah Perempuan Hebat 2024 dari Liputan6.com untuk Kategori Kemanusiaan. Hadiah itu diserahkan Chief Content Officer (COO) Kapan Lagi Youniverse, Wenseslaus Manggut pada malam Cita & Cipta di Hotel Shangri-la Jakarta, Rabu (31/7/2024) malam.

Saat memberikan sambutan usai menerima Anugerah Perempuan Hebat, Bidan Vina mengatakan dirinya tak pernah menyangka apa yang dilakukan akan berbuah penghargaan. Dia ingat betul bagaimana stigma yang terbentuk pada anak penderita HIV/AIDS di tengah masyarakat.

"Banyak yang mengatakan kalau anak-anak ini adalah manusia terbuang, tak berguna dan akan segera mati. Tapi saya tidak percaya dan berusaha untuk merawat mereka," ujar Bidan Vina terisak menahan tangis.

Bidan Vina sudah merawat lebih dari 150 anak pengidap HIV/AIDS di wilayah Jakarta dan sekitarnya dan saat ini dia juga masih merawat langsung 10 anak di rumahnya di Tambora, Jakarta Barat. Setiap hari Vina juga mengunjungi anak-anak lainnya di tempat mereka tinggal untuk memantau kesehatan dan menyediakan obat-obatan antiretroviral (ARV).

"Saya percaya mereka sama dengan anak-anak lain yang punya mimpi di masa depan dan bisa meraihnya. Karena itu saya selalu berpesan dan mendorong mereka untuk rajin belajar dan semangat menatap masa depan," jelas Bidan Vina.

Selain menyampaikan terima kasih kepada Liputan6.com atas penghargaan yang diterima, Bidan Vina juga berharap agar media massa terus memberi edukasi kepada masyarakat bahwa anak-anak pengidap HIV/AIDS tak perlu dijauhi atau ditakuti.

"Jangan takut akan tertular, karena itu tak akan mudah terjadi. Saya setiap hari bersentuhan dengan mereka, asal rutin meminum obat dan mengawasi serta memberi perhatian, mereka akan sembuh. Mereka butuh dukungan kita semua dan meski Y\yatim piatu mereka bukanlah anak-anak yang terbuang," pungkas Bidan Vina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tinggal di Sarang Narkoba

Lahir di Medan, Sumatera Utara pada 17 Juli 1964, Vina kecil mulai merasakan kerasnya hidup sejak menapakkan kaki di Ibu Kota, ketika itu di masih duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Namun, masa kecil yang keras dan penuh perjuangan tak membuat Vina berhenti mencapai cita-cita sebagai seorang bidan.

Setelah menamatkan pendidikan S1 Administrasi Niaga dari Unkris pada 1990, Vina melanjutkan ke pendidikan D3 Kebidanan di Akbid Al-Fathonah Jakarta pada 2006. Setahun kemudian Vina juga menamatkan pendidikan S2 Magister Managemen di Unkris. Pada 2014 Vina mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (SST) setelah menamatkan pendidikan D4 Bidan Pendidik. Terakhir tahun lalu, ketika dia menamatkan pendidikan Profesi Kebidanan STIKES BPI.

Dengan semua pendidikan itu, Vina ternyata tak puas hanya sebagai bidan. Vina bercerita, pada 2007 dia mulai bersentuhan dengan anak-anak pengidap HIV/AIDS setelah mengetahui bahwa di tempat tinggalnya di kawasan Tambora, Jakarta Barat merupakan sarang narkoba. Ketika itu Vina mendirikan Yayasan Sekolah Sehat.

Dua tahun kemudian Vina diajak bergabung dengan program Lentera Anak Pelangi yang peduli terhadap anak-anak pengidap HIV/AIDS. Program itu dilaksanakan karena mulai ditemukan kasus kelahiran anak yang terinfeksi HIV setelah adanya laporan dari orangtua yang merupakan pecandu narkoba bahwa anak mereka ikut terinfeksi HIV. Dia pun berinisiatif mendirikan Yayasan Vina Smart Era.

Namun, jumlahnya waktu itu belum banyak, hanya ada tiga kasus yang dilaporkan di seluruh Jakarta. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun yang mencapai 93 anak berusia antara 0-15 tahun. Vina semakin bersemangat merawat anak-anak yang lahir dan terinfeksi HIV/AIDS setelah Yayasan Vina Smart Era memiliki sertifikat pada 2015.

3 dari 4 halaman

Banting Tulang Mencari Pemasukan

Melalui yayasan ini, Vina merawat sejumlah anak pengidap HIV/AIDS, memberikan perhatian khusus kepada mereka berupa pendidikan, perbaikan gizi sekaligus memantau kondisi kesehatan mereka. Selain itu, Yayasan Vina Smart Era juga memberikan advokasi agar mereka diterima kembali oleh anak-anak lain.

Menikah dengan Agus Siswanto pada 1990, Vina dikaruniai dua orang anak. Bersama sang suami yang mantan guru, Vina juga memberikan konseling dan mendidik siswa SMP dan SMA serta masyarakat umum tentang bahaya HIV/AIDS serta bagaimana membantu orang lain yang terjangkit virus itu.

Tak mudah memang menjadi ibu kedua bagi lebih dari 150 anak, karena dia harus banting tulang mencari pemasukan guna membiayai sekolah, makanan dan biaya lainnya untuk anak-anak pengidap HIV/AIDS yang dia rawat dan bimbing. Namun Vina tak menyerah dan terus bertahan hingga kini.

Paling tidak, selembar kertas penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk Yayasan Vina Smart Era yang dibingkai dan digantungkan di dinding rumahnya di Tambora, menjadi bukti bahwa Vina sudah berbuat untuk sesama yang orang lain belum tentu bisa dan mau.

4 dari 4 halaman

Perempuan Hebat Lainnya

Tahun ini, Anugerah Perempuan Hebat Liputan6.com lainnya juga diraih Prof Erlina Burhan, Guru Besar FK-UI yang ikut mengembangkan vaksin Covid-19 serta ikut membuat pedoman standar internasional untuk perawatan Tuberkulosis.

Sosok lainnya adalah Adipratnia Satwika Asmady, perempuan muda perancang Satelit Satria-1 di Paris, Prancis yang sekaligus memimpin peluncuran satelit tersebut di SpaceX Cape Canaveral Space Launch Complex, Florida, Amerika Serikat tahun lalu.

Kemudian ada Teguh Santika, perempuan penggerak warga seminomadik Suku Batin Sembilan yang ada di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan. Bersama anggota komunitasnya Bi Teguh kerap menyambangi dan merangkul perambah hutan untuk memulihkan kembali hutan yang rusak.

Ada pula sosok perempuan kuat Megawati Hangestri Pertiwi, atlet bola voli putri Indonesia asal Jember, Jawa Timur yang membawa klubnya Jakarta BIN sebagai juara Proliga 2024 sekaligus menyabet gelar Pemain Terbaik. Tahun ini, Megawati juga akan Kembali bermain untuk klub Daejeon CheongKwanJang Red Sparks Korea Selatan.

Tiga personel grup musik cadas Voice of Baceprot (VoB), Marsya, Siti dan Widi juga meraih Anugerah Perempuan Hebat berkat kemampuannya bermain musik dan mendapat pengakuan dunia melalui serangkaian tur ke sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Prancis, Belanda, Inggris, Belgia dan Swiss.

Ajang Anugerah Perempuan Hebat tahun ini merupakan kali yang ke-5, setelah sebelumnya pernah digelar Liputan6.com pada tahun 2016, 2017, 2021 dan 2023.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.