Sukses

Kucing dan Anjing Marak Dimakan, Sahroni Dorong UU Larangan Konsumsi Daging Non Pangan

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menilai bahwa saat ini sudah dibutuhkan undang-undang spesifik, yang melarang dan mengatur khusus terkait konsumsi hewan peliharaan non pangan.

Liputan6.com, Jakarta - NY (63), warga Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang Jawa Tengah, ditangkap karena diduga memakan daging kucing. Atas perbuatannya, NY telah ditetapkan sebagai tersangka.

Saat mendatangi lokasi kejadian, polisi menemukan tumpukan tulang. Kapolsek Gunung Pati Kompol Agung Raharjo, pada Rabu (7/8), menyebut NY beralasan mengonsumsi kucing untuk mengobati diabetes yang dialami dirinya. NY juga mengaku telah mengonsumsi daging kucing selama 3 tahun.

Mengetahui kejadian ini, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menilai bahwa saat ini sudah dibutuhkan undang-undang spesifik, yang melarang dan mengatur khusus terkait konsumsi hewan peliharaan non pangan.

Hal ini karena dasar acuan yang menjadi sumber larangan saat ini hanyalah UU 18/2012 tentang Pangan serta UU 41/2014 jo UU 18/2019 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, sehingga belum ada yang spesifik mengatur larangan makanan daging non pangan seperti anjing atau kucing.

“Belakangan yang seperti ini lagi marak-maraknya. Kemarin truk pengangkut anjing diduga untuk konsumsi ke Solo, sekarang pria makan kucing di Semarang. Saya rasa ada urgensi untuk mulai dibahasnya Undang-Undang yang mengatur dan melarang secara spesifik tentang larangan konsumsi hewan peliharaan non pangan. Karena selama ini, penindakannya masih belum holistik. Beberapa diatur oleh Perda, seperti di Semarang ini, dan beberapa lainnya dengan pasal penganiayaan hewan. Ini sangat kurang menurut saya,” ujar Sahroni dalam keterangan (9/8/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ancam Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat

Lebih lanjut, Sahroni juga menjelaskan bahwa bila perilaku konsumsi daging hewan non pangan seperti ini terus berlanjut, maka hal tersebut bisa mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat umum. Hal ini karena proses pengelolaan hewan-hewan non pangan ini tidak melalui prosedur layak makan yang diawasi pemerintah.

“ini bisa sangat berbahaya buat kesehatan masyarakat. Karena kucing dan anjing ini kan memang tidak diperuntukan untuk konsumsi manusia. Jadi ketika mereka seperti bapak tadi, tangkap sendiri, olah sendiri, makan sendiri, maka sangat mungkin terjadi hal-hal yang berbahaya buat kesehatan masyarakat. Misalnya jadi tertular rabies, toksoplasma, virus atau apapun karena dagingnya enggak jelas aman atau tidak,” sambungnya.

Terakhir, Sahroni meminta masyarakat untuk menghindari kepercayaan-kepercayaan yang menyebutkan khasiat dari konsumsi daging dari hewan non pangan.

“Mendingan makan ayam, ikan, tahu, tempe, sayuran, itu kan lebih terjamin kesehatannya daripada konsumsi daging kucing. Selain itu, saya juga minta polisi bersama para nakes, harus pro aktif sosialisasikan ke masyarakat, terutama di wilayah yang sering ada kasus seperti ini. Bukannya sehat malah sakit karena makanan mereka tak aman,” demikian Sahroni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini