Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi menggelar talkshow makin cakap digital yang menjadi bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang berlangsung sukses di Pantai Tugulufa Kota Tidore Kepulauan provinsi Maluku Utara dengan tajuk: "Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal".
Sebuah topik talkshow yang relevan dengan momentum kegiatan Pekan Budaya Kota Rempah yang berlangsung pula di Kota Tidore Kepulauan dengan beberapa rangkaian kegiatan menarik yang dilaksanakan sejak tanggal 6 hingga 10 Agustus, antara lain: Musikalisasi puisi dan panggung teatrikal para seniman lokal, ritual Kabata yang akan berlangsung di benteng Torre, Permainan Tradisional Dalagau di Pantai Tugulufa, Panggung Ekspresi dan berbagai jenis lomba seperti Lomba Bacarita Sejarah / Cerita Rakyat, Lomba Permainan Tradisional Karece, Menggambar dan mewarnai hingga Menyanyi Lagu Daerah serta Lomba Mini Vlog.
Baca Juga
Pada malam puncak acara, penyelenggara akan menghibur masyarakat dan pengunjung dengan penampilan memukau seorang musisi yang kini digemari kalangan milenial di Indonesia Timur.
Advertisement
Talkshow ini menghadirkan para narasumber seperti Sasmita Abdurrahman (bersertifikat TOT Literasi Digital 2024), Muhamad Jamil (bersertifikat TT Literasi Digital 2024), Abdul Djalil Djayal (bersertifitat TOT Literasi Digital 2024), dipandu oleh Maesara (moderator), serta M. Alief Zidane/Pricilia Charie (konten kreator) selaku master of ceremony (MC). Nampak ribuan masyarakat menghadiri talkshow tersebut memadati luasnya hamparan tepi pantai Tugulufa di kota Tidore Kepulauan tersebut.
Sasmita Abdurahman mengungkapkan bahwa: "Provinsi Maluku Utara sangatlah kaya akan unsur-unsur kebudayaannya, baik budaya materil maupun non materil dan telah terkenal sejak ratusan tahun silam beradab-abad lamanya menjadi negeri yang dicari oleh berbagai bangsa-bangsa di dunia karena satu alasan utama yaitu sebagai sebuah negeri asal rempah-rempah. Selain itu maka negeri ini memiliki tinggalan masa lalu serta warisan nilai budaya yang berlimpah. Hal ini tentunya menjadi modal penting bagi generasi milenial termasuk Gen Z yang menjadi pengguna internet atau media sosial untuk menjadikan potensi warisan budaya tersebut sebagai konten-konten kreatif yang berbasis budaya lokal".
Lanjut Sasmita bahwa: "berbagai peluang untuk membuat konten-konten kreatif berbasis budaya tentu membutuhkan ide kreatif dan inotif selain kemampuan mengolah data dan informasi yang diperoleh dalam tampilan visual untuk dapat dikembangkan di berbagai platform digital yang mumpuni untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Oleh sebab itu maka kita akan diperhadapkan kepada berbagai tantangan global di era transformasi digital saat ini dan disisi yang lain pula kita diperhadapkan pada berbagai peluang emas yang menjadikan kita sebagai pemenang dalam memanfaatkan berbagai peluang di era digital saat ini tentunya."
Keamanan Digital
Abdul Djalil Djayali dalam pemaparannya lebih menekankan pada aspek keamanan digital bagi para pengguna media sosial atas maraknya berbagai persoalan yang terkuak pada beberapa waktu belakangan ini di kalangan para pengguna internet itu sendiri.
Menurutnya bahwa: "Kemampuan seorang pengguna internet untuk melindungi data pribadi atau memproteksi diri dalam berbagai penggunaan platform digital melalui berbagai cara seperti mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, sembari meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan bermedia digital sehari-hari termasuk media sosial yang menjadi tren pada hampir setiap kalangan masyarakat saat ini".
Lebih lanjut menurutnya pula bahwa: "kita membutuhkan berbagai langkah protektif untuk mampuh menjadikan sebagai solusi dalam menjawab problematika di ruang media sosial sehingga menjadi kewajiban bagi para pengguna internet nntuk mengenali beberapa fitur pada perangkat lunak berinternet seperti: kata sandi, baik melalui fingerprint authentication maupun face authentication." Muhamad Jamil menyoroti berbagai tantangan budaya digital dalam realitas kehidupan di kalangan para pengguna internet kita yang terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan ketersediaan berbagi sarana platform digital yang tersedia.
Jamil mengungkapkan :"Seiring perkembangan jaman dengan segala konsekuensinya sebagai dampak yang menyertai perubahan disetiap kemajuan jaman tentu kita dituntut agar mampuh menghadapi berbagai risiko terburuk sebagai konsekuensi logis dari transformsi jaman tersebut, di antaranya termasuk pula transformasi digital yang sangat pesat berkembang saat ini."
Lebih lanjut Jamil mengugkapkan bahwa beberapa dampak yang dihadapi oleh para pengguna internet saat ini antara lain mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan dalam tata pergaulan dan interaksi sosial masyarakat kita, memudarnya nilai-nilai budaya bangsa yang luhur dan agung dimana kita diperhadapkan pada realitas di sekitar kita seolah media digital menjadi panggung budaya asing melalui berbagai konten yang tersebar luas dikalangan para pengguna internet itu sendiri, minimnya pemahaman akan hak-hak digital, adanya fakta yang dapat secara luas kita temua dimana terjadinya kebebesan berekspresi yang kebablasan, dan juga makin berkurangnya toleransi dan penghargaan pada setiap perbedaan seolah menyatu dan telah menjadi karakter umum yang berlaku seraagam hampir disetiap penjuru bangsa kita.
Selain itu juga terjadi pula fakta dalam masyarakat kita sebagai para pengguna internet dimana melakukan pelanggaran hak cipta dan karya intelektual serta menjadi menghilaangnya batas-batas privasi dalam relasi sosial masyarakat kita. Solusinya adalah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital sekaligus menjadikannya sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.
Advertisement