Sukses

Tingkatkan Kemandirian Ekonomi, Danone Indonesia Gandeng Yayasan SEP dan RMI NU Luncurkan Program Sekolah Bisnis Pesantren

Danone Indonesia menggandeng Yayasan Sinergi Ekosistem Pesantren (SEP) bekerjasama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Bogor meluncurkan Program Sekolah Bisnis Pesantren (SBP) yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren.

Liputan6.com, Jakarta - Danone Indonesia menggandeng Yayasan Sinergi Ekosistem Pesantren (SEP) bekerjasama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Bogor meluncurkan Program Sekolah Bisnis Pesantren (SBP) yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren serta menjangkau 26.000 santri.

Acara ini berlangsung di Pondok Pesantren Al-Kaukab, Bogor, Jawa Barat (Jabar) dengan dihadiri secara langsung oleh 60 perwakilan pengurus pesantren wilayah Bogor, Cianjur, Sukabumi, serta peserta daring dari berbagai daerah lainnya.

Selain dihadiri oleh Ketua Pengurus Serikat Ekonomi Pesantren atau Yayasan SEP Ustaz Ahmad Tazakka Bonanza dan Ketua RMI Kabupaten Bogor KH Abdul Basyit Mahfuf, acara juga dihadiri oleh Direktur pada Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Basnang Said, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bogor KH Aim Zaimudin, serta Pengasuh PPTQ Al Kaukab KH Khoirul Huda Basyir.

"Pesantren telah lama menjadi lembaga pendidikan berbasis agama yang berperan penting dalam membentuk sumber daya manusia. Namun, saat ini pesantren terus berkembang dan terus menambahkan potensi kelembagaan, salah satunya yang berkaitan dengan ekonomi dan kewirausahaan," ujar Direktur pada Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Basnang Said melalui keterangan tertulis, Jumat (23/8/2024)

Dia mengatakan, program SBP diselenggarakan untuk membantu pesantren mengembangkan wawasan ekonomi mereka melalui pelatihan dan pemberdayaan yang melibatkan dan terfokus pada pengurus pesantren, para santri, serta masyarakat sekitar pesantren.

"Dari kurun waktu 2019 hingga 2024, jumlah pesantren naik dari 29 ribu menjadi 41 ribu pesantren atau meningkat hingga 11 ribu pesantren. Salah satu fungsi penting pesantren adalah pemberdayaan masyarakat," ucap dia.

"Apa yang digagas hari ini adalah bagian dari ikhtiar yang sudah lama dilakukan oleh pondok pesantren. Oleh karenanya, kami mendukung penuh kemandirian pesantren dan kolaborasi Serikat Ekonomi Pesantren dan Danone Indonesia dalam menghadirkan Sekolah Bisnis Pesantren," jelas Basnang.

 

2 dari 4 halaman

Bangga Bisa Berkolaborasi dan Dorong Semangat Berwirausaha

Kemudian, Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo menyatakan, pihaknya sangat bangga dapat berkolaborasi dengan Yayasan Sinergi Ekosistem Pesantren dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Bogor dalam mewujudkan inisiatif ini.

"Kami berharap Program Sekolah Bisnis Pesantren dapat mendorong inovasi dan semangat berwirausaha di kalangan pesantren, sehingga mereka dapat lebih mandiri, sekaligus mampu meningkatkan daya saing sumber daya manusia di lingkungan pesantren," kata dia.

"Dukungan ini sejalan dengan komitmen Danone Impact Journey, yang menempatkan pengembangan SDMsebagai salah satu pilar utama dalam strategi keberlanjutan perusahaan," jelas Karyanto.

Lalu, Pengasuh PPTQ Al Kaukab KH Khoirul Huda Basyir menyampaikan apresiasinya terhadap peluncuran program ini. Karena, menurut dia, sedari awal pihaknya menggaungkan kemandirian dari sisi pengelolaan manajemen, sampai dengan penguatan ekonomi dan usaha-usahanya.

"Terinspirasi dari guru-guru kami, bahwa pesantren memiliki tiga fungsi diantaranya, pertama sebagai pusat pendidikan, kedua sebagai pusat dakwah dan ketiga sebagai pemberdayaan masyarakat," papar dia.

"Namun, untuk memberdayakan masyarakat maka, kita sebagai pesantren juga harus mandiri dan berdikari agar dapat mengajak saudara-saudara kita untuk mandiri," tandas Khoirul.

 

3 dari 4 halaman

Fungsi dan Tugas Kewajiban Pesantren Kini Alami Perubahan

Ketua RMI NU Kabupaten Bogor KH Abdul Basyit Mahfuf menambahkan, dirinya mengamati bahwa antara fungsi dan tugas kewajiban pondok pesantren dulu dan saat ini sudah mengalami perubahan.

Dulu, kata dia, pesantren turut membentuk kader- kader terbaik dalam bidang agama, bidang keilmuan dan bahkan sains. Namun, belakangan, zaman menuntut kita untuk terus bergerak di bidang ekonomi, maka kontribusi pesantren tidak dapat berpaling dari kegiatan ekonomi.

"Untuk itulah, kami semua berpikir bagaimana bisa turut membantu upaya rekan-rekan pesantren agar dapat mandiri dan memiliki kedigdayaan ekonomi. Salah satunya melalui Sekolah Bisnis Pesantren ini," ucap Basyit.

"Untuk itu, terima kasih untuk Danone Indonesia, dan Serikat Ekonomi Pesantren karena telah menghadirkan program ini. Kerja sama ini merupakan kerja sama kedua kami dengan Danone Indonesia, dimana sebelumnya kami telah bekerja sama untuk menghadirkan sumur bor dan sanitasi MCK di sembilan pondok pesantren di Kabupaten Bogor," jelas dia.

 

4 dari 4 halaman

Pentingnya Kolaborasi

Sementara itu, Ustaz Ahmad Tazakka Bonanza dari Serikat Ekonomi Pesantren atau Yayasan Sinergi Ekosistem Pesantren menggarisbawahi pentingnya kolaborasi tersebut.

"Kegiatan ini insyaallah akan melibatkan kurang lebih 160 pesantren, jumlah santri yang akan terdampak dari program ini tidak kurang dari 26.000 santri di data kami, tersebar dari Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta daerah lainnya. Salah satu nilai unggul program ini adalah pendampingan yang berkelanjutan selama tiga tahun," papar dia.

Kehadiran Program SBP diharapkan mampu mendorong kemandirian ekonomi pesantren melalui inisiasi bisnis pesantren, kesejahteraan santri melalui entrepreneurship dan dampak ekonomi hijau bagi masyarakat sekitar.

Program ini rencananya akan dijalankan secara bertahap, dimulai dari asesmen potensi bisnis pesantren, edukasi dan pendampingan untuk berbagai pelatihan bisnis serta dana hibah dan pengembangan produk lokal.

Dengan demikian, pesantren dapat mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal, serta menciptakan dampak ekonomi berkelanjutan bagi pesantren.

Peluncuran Program SBP juga diiringi dengan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk memantik diskusi dan mengeksplorasi potensi kolaborasi antar-pesantren dan para mitra strategis dalam pengembangan program SBP.