Liputan6.com, Jakarta - Festival Bekarang Lopak Sepang, Desa Tebat Patah, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi menyoroti kearifan lokal dan kelestarian lingkungan Sungai Batanghari dengan menggelar Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal.
Acara ini termasuk dalam rangkaian acara Kenduri Swarnabhumi 2024 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sarasehan yang digelar pada Sabtu 24 Agustus 2024, menghadirkan diskusi mendalam tentang tradisi Bekarang, Lubuk Larangan dan pentingnya etnosains ikan lokal sebagai upaya menjaga ekosistem dan ketahanan pangan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
Advertisement
"Sarasehan ini berfokus pada praktik Bekarang, sebuah tradisi tahunan masyarakat DAS Batanghari termasuk masyarakat Desa Tebat Patah yang telah dijaga sejak zaman dahulu," ujar jar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Agus Widiatmoko yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Minggu (25/8/2024).
Dia menjelaskan, Bekarang bukan sekadar kegiatan menangkap ikan di Lubuk Larangan, wilayah perairan yang dilindungi secara adat, tetapi juga wujud nyata dari solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat.
Melalui Bekarang, lanjut Agus, masyarakat tidak hanya mendapatkan sumber pangan dari ikan, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sungai dengan memastikan bahwa Lubuk Larangan hanya dipanen satu kali dalam setahun.
"Kita datang ke sini bukan sekadar untuk festival atau hiburan kesenian, tetapi untuk melestarikan tradisi yang ada sekarang ini dan menjaganya untuk masa depan. Dengan melihat ikan sebagai indikator lingkungan, semakin banyak ikannya, semakin baik lingkungan kita," papar dia.
Â
Beri Pengetahuan Mendalam pada Masyarakat soal Ikan
Etnosains Ikan Lokal sebagai Acuan Konservasi Pengetahuan mendalam masyarakat adat tentang berbagai jenis ikan di lubuk larangan, yang disebut sebagai Etnosains Ikan Lokal, menjadi topik utama dalam sarasehan ini.
Kemudian, Peneliti Ikan Unja dari Universitas Jambi Tedjo Sukmono memaparkan hasil riset tentang keragaman ikan yang masih ada di DAS Batanghari, meski ekosistemnya terancam oleh berbagai aktivitas manusia seperti MCK, penambangan emas tanpa izin (PETI), dan aktivitas lainnya.
"Penelitian kami terakhir menemukan 38 spesies ikan setiap tahun di Sungai Batanghari," ungkap Tedjo.
Dia melanjutkan, perlindungan ikan paling efektif yakni dengan sistem zonasi. Adapun sistem zonasi perairan ini sudah diterapkan secara tradisional menjadi warisan budaya DAS Batanghari, yakni Lubuk Larangan. Konsep penetapan Lubuk Larangan menjadi bukti upaya perlindungan melalui peraturan adat sehingga kelestarian ikan dapat terjaga.
"Dengan lubuk larangan, kita bisa menjaga kelestarian ikan. Tradisi seperti Bekarang tidak hanya mempertahankan kebudayaan, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan lingkungan. Saya berharap masyarakat terus menjaga tradisi ini dan menyadari manfaat besarnya bagi kelestarian sungai kita," terang Tedjo.
Â
Advertisement
Upaya Melestarikan Lingkungan
Sebagai bagian dari upaya nyata melestarikan lingkungan, sarasehan ini juga menekankan pentingnya aksi langsung seperti penanaman bibit pohon dan pelepasan benih ikan di DAS Batanghari.
Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye lingkungan yang diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Muaro Jambi Evi Sahrul menambahkan, kampanye lingkungan harus terus dilakukan guna memperkuat rasa kepemilikan bersama akan pentingnya menjaga lingkungan, utamanya lingkungan sungai.
"Kegiatan seperti Festival Bekarang Lopak Sepang dalam rangkaian Kenduri Swarnabhumi harus dilakukan di berbagai daerah, agar wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan terus berkembang," terang Evi.
Sarasehan Budaya Bekarang & Etnosains Ikan Lokal di Festival Bekarang Lopak Sepang bukan hanya sebuah acara budaya, tetapi juga platform penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan.
Â
Festival Budaya Kenduri Swarnabhumi 2024
Dengan melibatkan berbagai pihak, dari masyarakat adat hingga akademisi dan pemerintah, diharapkan tradisi dan lingkungan DAS Batanghari melalui rangkaian kegiatan kebudayaan Kenduri Swarnabhumi dapat terus dilestarikan dan menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang.
Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan.
Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. Setiap festival yang digelar akan berkoordinasi dengan Direktur Festival dan Kurator Lokal serta didukung Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Advertisement