Liputan6.com, Jakarta Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60/PUU-XXII/2024 dan 70/PUU-XXII/2024 yang membuat kegaduhan di Koalisi Indonesia Maju (KIM) mencuat isu keretakan antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.
Terkait hal tersebut, pengamat politik Usep Saepul Ahyar mengatakan, isu keretakan antara Jokowi dan Prabowo bisa terjadi. Atau juga dihembuskan lawan politik untuk mengadu domba keduanya.
Baca Juga
"Terlalu cepat sih kalau bertengkar atau retak, tapi potensi-potensi untuk retak dalam politik biasa terjadi, tapi bisa jadi juga ada adu domba," kata dia, Rabu (28/8/2024).
Advertisement
Usep menambahkan bahwa Presiden Jokowi dan Prabowo masih terikat oleh kepentingan yang sama terkait masa transisi pemerintahan.
Bagi Presiden Jokowi, ia ingin akhir masa pemerintahannya berjalan dengan 'soft landing' atau mulus. Begitu juga dengan Prabowo, yang bertekad melanjutkan pemerintahan agar dapat segera menjalankan program kerja.
"Artinya kalau dalam konteks transisi saat ini pasti dijaga betul oleh keduanya, transisi ini kan punya kepentingan bersama dalam konteks pemerintahan," ungkap Usep.
Sementara dalam konteks pribadi, Usep berpendapat bahwa Jokowi dan Prabowo adalah negarawan yang masih bisa saling berkomunikasi jika ada perbedaan, serta mampu mengesampingkan ego masing-masing.
Misalnya, Prabowo menurunkan egonya dengan menerima menjadi anak buah Presiden Jokowi dalam kabinet. Sebaliknya, Presiden Jokowi juga banyak memberikan ruang dan berkontribusi bagi perjalanan politik Prabowo.
"Saya kira retak gak lah, kedua orang ini kan kalau secara pribadi dua-duanya negarawan, beberapa hal juga kan ketemu, beberapa hal juga ada yang mengalah," terang Usep.
"Pak Prabowo misalnya masuk ke kabinet Jokowi itu juga antara lain sebenarnya menyampingkan ego masing-masing dan itu sudah teruji begitu," tambahnya.
Istana Kembali Bantah Ada Keretakan
 Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi membantah hubungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto retak, pasca revisi undang-undang (RUU) Pilkada.
Hasan menyebut hubungan Jokowi dan Prabowo sangat mesra.
"Tidak benar sama sekali, Pak Prabowo sebagai Presiden elect (terpilih) dengan Pak Jokowi sebagai Presiden yang masih menjabat hari ini hubungannya sangat baik, sangat mesra," kata Hasan kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Dia menilai kemunculan isu tersebut merupakan bagian dari demokrasi di Indonesia. Namun, Hasan memastikan hubungan keduanya tidak bermasalah sebagaimana diberitakan.
"Ya kadang-kadang kan kalau tidak ada isu tidak hangat politik kita, kira-kira seperti itu. Tapi tidak ada isu sama sekali antara hubungan Bapak Jokowi dengan Bapak Prabowo, tidak ada isu sama sekali," jelasnya.
Menurut dia, Prabowo dan Jokowi telah melakukan pertemuan pasca RUU Pilkada dibatalkan. Kendati tak bertemu langsung, Hasan menuturkan Jokowi dan Prabowo kerap berkoordinasi.
"Karena ini tidak ada keretakan, komunikasi beliau baik. Kalaupun misalnya tidak dengan pertemuan fisik, tapi komunikasi di antara beliau berdua sangat baik. Enggak ada isu, enggak ada masalah sama sekali," tutur Hasan.
Advertisement
Fokus Presiden Jokowi
Sebelumnya, Staf Khusus Presiden, Juri Ardiantoro membantah adanya keretakan antara Presiden Joko Jokowi dengan Prabowo.
Menurut dia, isu keretakan yang saat ini dihembuskan-hembuskan adalah upaya adu domba untuk mengganggu jalannya keberlanjutan pemerintahan.
"Jika ada mengadu domba dengan nyata-nyata mengatakan hubungan Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih saat ini retak adalah upaya menganggu agenda keberlanjutan pemerintahan," jelas Juri kepada wartawan, Senin (26/8/2024).
Menurut dia, politik adu domba tersebut sudah usang dan tidak disukai oleh masyarakat kita. Juri menuturkan mereka melakukan politik adu domba dengan merangkai-rangkai berbagai informasi, peristiwa dan kejadian yang terjadi belakangan ini.
"Kemudian mengotak gatukan seolah-olah ada kaitannya dan kemudian menyimpulkan dengan nada yakin bahwa telah terjadi keretakan," ujarnya.
Juri menjelaskan fokus utama pemerintahan Jokowi saat ini adalah meletakan pondasi yang kuat untuk memuluskan transisi pemerintahan.
Dia mengatakan Jokowi memberikan tempat dan kesempatan yang luas bagi Prabowo untuk memulai menyusun agenda-agenda strategis untuk menjalankan visi dan misinya demi keberlanjutan pemerintahan nantinya. Untuk itu, Juri heran ada isu hubungan Jokowi dan Prabowo mengalami keretakan.
"Dimana letak keretakannya? Itulah yang menjadi menjadi pertanyaan Pak Prabowo. Presiden Terpilih tegas menampik berbagai spekaulasi, rumor bahkan upaya-upaya politik yang bertujuan mengadu domba dengan Presiden Joko Widodo," tutur Juri.
"Politik adu domba itu politik usang sangat tidak disukai oleh Masyarakat kita. Jadi, berhentilah membangun narasi dan spekulasi yang bersifat pecah belah kita sebagai bangsa," sambung dia.