Sukses

Dokter dan Pakar Nilai Belum Ada Bukti Air dalam Galon Guna Ulang Sebabkan Autis pada Anak

Sampai dengan saat ini, belum ada pengakuan dari para dokter anak yang menyebutkan bahwa penyakit autis pada anak disebabkan karena mengonsumsi air minum dalam kemasan galon Polikarbonat.

Liputan6.com, Jakarta - Sampai dengan saat ini, belum ada pengakuan dari para dokter anak yang menyebutkan bahwa penyakit autis pada anak disebabkan karena mengonsumsi air minum dalam kemasan galon Polikarbonat.

Hingga kini, menurut para dokter dan psikologi anak ini, penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Hal tersebut seperti disampaikan Dokter Spesialis Anak yang juga Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rini Sekartini.

Dia menjabarkan, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), autisme disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Penelitian terbaru, kata Rini, mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap autisme.

"Hal ini dengan tegas mengatakan hingga saat ini belum ada bukti bahwa air galon Polikarbonat bisa menyebabkan penyakit autis pada anak. Itulah sebabnya hingga saat ini pun belum ada kajian yang dilakukan terkait hal tersebut," ujar Rini, melalui keterangan tertulis, Rabu (4/9/2024).

Hal senada juga disampaikan Dokter Spesialis Anak Bernie Endyarni Medise. Dia menegaskan tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengkonsumsi air galon guna ulang.

"Penyebab pastinya anak autis ini masih belum diketahui hingga kini. Yang baru diketahui adalah anak autis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu seperti adanya autism pada kelainan Fragile X Syndrome," jelas Bernie.

Pemerhati Autisme Y Handojo MPH juga mengutarakan hal serupa. Dalam bukunya yang berjudul 'Autisme: pada anak', pendiri Yayasan Nathanisa, yang secara khusus menangani penyandang autis ini mengatakan, ada beberapa faktor diperkirakan yang menjadi penyebab terjadinya autis.

"Di antaranya adalah materi genetik yang dimiliki orang tua, adanya infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), maupun obat-obatan lainnya," kata Handojo.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belum Ada Laporkan ke LPAI

Sementara itu, Psikolog Anak sekaligus Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi(Kak Seto) juga menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada satu pun orang tua dari anak penderita autis di Indonesia melaporkan ke LPAI bahwa anak mereka menderita autis karena kebanyakan minum air galon guna ulang.

"Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon," kata Kak Seto.

Senada Psikolog Klinis yang juga Lead Psikolog untuk terapis di Klinik Rumah Tumbuh Kembang Anak MS School & wellbeing Center Mutiara, juga membantah jika ada yang mengatakan air galon Polikarbonat itu penyebab anak menjadi autis.

"Penyebab autis bukan air galon, tapi ada kelainan pada perkembangan atau pertumbuhan anaknya," terang Mutiara.

Menurut para dokter dan ahli psikologi ini, autis itu merupakan masalah atau gangguan perilaku pada anak yang disebabkan banyak faktor, salah satunya genetik.

"Beberapa faktor risiko yang teridentifikasi seperti riwayat prematur, riwayat kejang pada masa bayi, dan karena infeksi masa lampau. Namun, baik di psikiatri, kedokteran maupun di psikologi, belum ada yang bisa menjelaskan secara pasti apa penyebabnya," jelas Mutiara.

 

3 dari 3 halaman

Harus Lihat Kejadian Sebelumnya

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Hermawan Saputra menambahkan, belum ada bukti yang cukup kuat untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa kemasan galon Polikarbonat membahayakan kesehatan masyarakat atau para konsumennya.

Sebelum menyampaikan isu kesehatan masyarakat, menurutnya, harus dilihat terlebih dahulu seluruh kejadiannya, fenomena, dan faktanya atau evidence based public health.

"Dalam kaitannya dengan kepentingan publik dan yang berdampak pada kesehatan, harus kita lihat dulu apakah betul ada evidence sebelumnya. Nah, kalau kita bicara pemakaian galon Polikarbonat, harus dilihat sudahkah pernah ada suatu fenomena atau kejadian yang memang hasil penyelidikannya berdampak luas dan memang terjadi kasus yang signifikan di masyarakat," kata Hermawan.

Pakar hukum persaingan usaha yang juga Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Ningrum Natasya Sirait mengatakan, isu mengenai bahaya BPA dalam kemasan galon Polikarbonat masih terjadi pro kontra di antara para dokter dunia kesehatan.

"Karenanya, diduga ada unsur persaingan usaha yang terkait isu kesehatan galon Polikarbonat ini," jelas Ningrum.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini