Sukses

Menelisik Kehidupan Keluarga Nur Afni dari Rumah Tidak Layak Dapatkan Bantuan RST Kemensos

Kementerian Sosial (Kemensos) berusaha menyentuh masyarakat yang membutuhkan bantuan, salah satunya di Desa Binanga Sombaiya, Bontosikuyu, Selayar, Sulawesi Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Sosial (Kemensos) berusaha menyentuh masyarakat yang membutuhkan bantuan, salah satunya di Desa Binanga Sombaiya, Bontosikuyu, Selayar, Sulawesi Selatan. Keluarga Nur Afni (37), menjadi satu di antara keluarga lain yang mendapatkan bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) Kemensos.

Duduk di bawa rumah panggung milik tetangganya, Nur Afni hanya diam melihat rumahnya di bongkar sejumlah anggota Tagana Kemensos. Sambil sesekali menitikan air mata, Nur Afni merasa bersyukur, rumah dari papan kayu yang telah keropos di tinggali bersama keluarganya mendapatkan bantuan perbaikan rumah.

"Alhamdulillah rumah saya mendapatkan bantuan perbaikan dari Kemensos, rumah saya ini memang ada beberapa bagian yang rusak," ujar Nur Afni kepada Liputan6.com, Minggu (8/9/2024).

Masih teringat dibenaknya, rumah panggung yang dibangun sejak puluhan tahun, menjadi saksi perjuangan dia bersama suami, Amirullah membesarkan kelima anaknya. Rumah panggung yang terbuat dari dinding kayu dan bagian atap menggunakan Taha Joro atau anyaman daun kelapa berusaha melindungi keluarganya dari hujan dan musim angin barat.

"Pernah waktu itu, atap rumah rusak terkena angin barat sehingga harus diperbaiki," terang perempuan yang mengenakan hijab. 

Tidak hanya itu, saat hujan mengguyur wilayah tempat tinggalnya, rumah yang hanya seratus meter dari bibir pantai, mengalami kebocoran. Kebocoran air hujan berada di bagian dapur sehingga Nur Afni tidak dapat memasak untuk kelima anak dan suaminya.

"Iya, bocor di dapur jadi ga bisa masak, bahkan pernah banjir sampai sedengkul tapi kami tetap bertahan di dalam rumah," ucap Nur Afni.

Tidak terpikir dibenaknya untuk melakukan perbaikan rumah layaknya rumah orang lain yang dibangun menggunakan batu bata beratapkan genteng. Nur Afni menyadari, suami tercintanya hanya seorang nelayan dan ikan hasil tangkapan seperti baronang, katamba menjadi penentu penghasil uang.

"Suami kalau mencari ikan tidak menentu, kadang mendapatkan dua sampai tiga tusuk, kalau di jual sebesar Rp20 sampai Rp30 ribu, kalau dapat uang segitu hanya cukup menutup pembelian bensin perahu," kata perempuan yang sudah memiliki anak duduk di bangku SMK.

Untuk melaut pun, lanjut Nur Afni, suaminya harus meminjam perahu temannya yang tidak mencari ikan di laut. Selain itu, suami Nur Afni sesekali haru mencari ikan ke wilayah Jeneponto atau menjadi kuli angkut di tempat pelelangan ikan.

"Bapak kalau angkut gabus (tempat ikan) mendapatkan bayaran Rp30 ribu sampai Rp50 ribu untuk satu mobil," ungkap Nur Afni.

 

2 dari 2 halaman

Perbaiki Rumah Melalui Program RST

Asam garam kehidupan dengan penghasil yang minim pernah dilalui Nur Afni bersama keluarganya, salah satunya sempat tidak makan dan anak pergi ke sekolah tidak membawa uang jajan. Namun, Nur Afni selalu bersyukur dapat melewati masa sulit dengan keikhlasan menjalani kehidupan.

"Dulu penerangan rumah hanya menggunakan lampu semprong, kalau sekarang sudah mendapatkan aliran listrik dari rumah orang tua saya," kata Nur Afni.

Setiap cobaan kehidupan harus dilalui keluarga Nur Afni hingga Kemensos memberikan bantuan kepadanya. Bantuan yang dia terima dari Kemensos yakni berupa PKH sebesar Rp1,2 juta per tiga bulan.

Kini, Nur Afni mendapatkan perbaikan rumah melalui program RST sehingga anaknya tidak perlu harus merasakan kebocoran saat hujan.

"Kami sangat senang, terima kasih Kemensos sudah membantu perbaikan tempat tinggal kami," pungkas Nur Afni sambil tersenyum.Â