Sukses

SMA Binus Simprug Pastikan Tak Ada Perundungan Siswa, tapi Perkelahian

SMA Binus Simprug meluruskan informasi adanya kasus dugaan perundungan siswa di sekolahnya. Berdasarkan rekaman CCTV, tidak ada perundungan maupun pengeroyokan, namun yang terjadi adalah perkelahian antar-siswa.

Liputan6.com, Jakarta - SMA Bina Nusantara (Binus), Simprug, Jakarta Selatan menegaskan bahwa tidak ada peristiwa bullying atau perundungan terhadap siswa inisial RE (16) di sekolahnya, sebagaimana isu yang ramai dibicarakan di masyarakat. Pernyataan itu disampaikan melalui kuasa hukum SMA Binus Simprug, Otto Hasibuan.

Menurut Otto, kejadian yang berlangsung pada Januari 2024 lalu itu adalah perkelahian antar-siswa, bukan perundungan atau pengeroyokan, apalagi pelecehan seksual, sebagaimana informasi yang berkembang di masyarakat.

"Kami mungkin menceritakan sedikit dulu persoalannya bahwa ada seorang anak siswa di SMA Binus ini yaitu dengan inisial RE. Di mana RE ini adalah siswa di SMA Bina Nusantara," kata Otto kepada wartawan dalam konferensi pers di SMA Binus Simprug, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9/2024).

"Kemudian dia mengaku di beberapa media, di podcast-podcast bahwa terjadi bullying terhadap dia, terjadi pengeroyokan kepada dia bahkan juga ada pelecehan seksual," sambungnya.

Atas dugaan itulah, kemudian orang tua korban pun melaporkan kejadian tersebut kepada aparat kepolisian. 

"Nah di dalam podcast-podcast tersebut ini diceritakan seakan-akan dia dipukuli, dikeroyok, kemudian apa dilakukan pelecehan seksual kepada dia yang tentunya kalau ini terjadi, ini adalah perbuatan ini dilakukan yang dituduhkan sama dia itu dilakukan oleh di laporan pertama yang kami dapat itu ada 8 orang siswa yang lain," ujarnya.

Pihak sekolah mengaku prihatin jika memang kasus bullyingitu benar terjadi terhadap korban.

2 dari 3 halaman

Perkelahian Antarsiswa

Namun, berdasarkan pantauan kamera Closed Circuit Television (CCTV) sekolah, Otto memastikan tidak ada peristiwa bullying, pengeroyokan, hingga pelecehan seksual yang dimaksud.

"Kecuali peristiwa itu tidak terlihat dan tidak diketahui oleh sekolah dan itu hanya bisa dijelaskan disertakan oleh para pihak siswa yang terjadi, dan ini telah dilakukan oleh polisi, diperiksa oleh polisi," katanya.

Berdasarkan rekaman CCTV dan juga video yang didapati pihak sekolah, dia menegaskan, tidak ada perundungan terhadap korban, melainkan hanya perkelahian antar-siswa saja.

"Ternyata di sana itu yang terjadi adalah adanya istilahnya siswa ini sepakat untuk bertinju, istilahnya itu berkelahi. Nanti kita lihat ya, jadi mereka mengajak berkelahi, tidak ada pengeroyokan. Jadi satu lawan satu berkelahi setelah itu selesai, nanti kita lihat peristiwanya," ungkapnya.

Kendati demikian, pihaknya mengakui peristiwa itu luput dari pantauan sekolah. Apalagi, peristiwa itu terjadi di saat jam sekolah yang seharusnya mereka sudah masuk ke dalam kelas.

"Tapi justru terlambat masuk ke kelas kembali di siangnya itu, kemudian kita lihat nanti di video nanti ya ternyata mereka itu sebenarnya berbeda kelas. Tapi entah gimana cara mereka anak-anak ini, mereka akhirnya bisa mungkin sudah janjian datang ke toilet dan kita lihat nanti videonya, tidak ada di sana pemaksaan, tidak ada penyeretan mereka datang masuk sendiri volunteer," paparnya.

 

3 dari 3 halaman

Sekolah Tawarkan Fasilitas Khusus ke Korban

Dengan adanya kejadian itu, pihak SMA Binus telah memberikan penawaran kepada RE, yakni dengan menyiapkan ruangan terpisah atau sendiri serta belajar secara daring/-.

"Tapi dia tidak pernah mau menggunakan itu, sehingga hampir mulai dari Januari itu dia tidak masuk sekolah walaupun Binus sendiri sudah menawarkan kamu datang saja, kita buatkan fasilitas khusus dipisahkan dari yang lain dan Binus akan melindungi dia, menjaga dia kalau ada hal-hal seperti itu," pungkasnya.

Sebelumnya, Kepolisian mendalami kasus dugaan bullying dan pelecehan seksual yang dialami siswa SMA berinisial RE (16) di salah satu sekolah swasta di Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

"Sekarang juga sedang diproses. Hari ini sudah naik penyidikan, sudah gelar perkara," kata Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi di Polres Metro Jakarta Selatan, Senin (9/9/2024).

Nurma mengatakan kejadian terjadi di sekolah itu pada Selasa (30/1/2024) dan dilaporkan ada empat terlapor berinisial K, L, C, dan K pada sehari setelahnya yakni Rabu (31/1/2024). Hingga kini, Kepolisian telah menerima laporan dan sudah memeriksa sebanyak 18 orang saksi yang dimintai keterangan.

"Semua sudah diperiksa, dari saksi, terlapor, korban, dokter visum, guru," ujarnya.

 

Reporter: Nur Habibie

Merdeka.com