Liputan6.com, Jakarta Kasus dugaan perundungan di Bina Nusantara (Binus) Simprug, Jakarta Selatan, hari ini dibahas dalam rapat dengan Komisi III DPR RI, di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Selatan.Â
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni mengatakan, meskipun sebagai korban, baiknya pelaporan hukum dilakukan oleh pihak korban setelah duduk perkaranya jelas.
Baca Juga
"Saya ingatkan kepada semua pihak agar jangan sampai penegakkan hukum itu digunakan untuk menunjukkan kekuasaan sekelompok orang secara seenaknya. Ini penting. Jadi kuasa hukum jangan asal lapor ke polisi, menggunakan kekuasaan untuk kasus yang belum tentu benar,"Â kata dia, dalam keterangannya, Selasa (17/9/2024).
Advertisement
Politikus NasDem ini menuturkan, dalam pengusutan kasus ini, sangat penting agar para penegak hukum maupun pihak-pihak terkait tidak mengaitkan Binus sebagai lembaga yang membolehkan perundungan. Karena pada faktanya, masalah yang terjadi adalah antara murid.
"Perlu diingat agar sekolah jangan pernah disalahkan dalam kasus bullying ini. Karena ini adalah masalah antar oknum murid sendiri yang juga belum tentu benar. Jadi kita harus lebih hati-hati di sini," tutur Sahroni.
Dia pun meminta kuasa hukum agar duduk bersama dan berupaya mencari solusi yang win-win bagi semua pihak.
"Justru dalam hal ini, para kuasa hukum harusnya duduk bersama, cari titik temu, titik tengah yang bisa diterima semuanya. Jangan asal lapor polisi, dan jangan sampai penegakkan hukum ini dijadikan alat kekuasaan sekelompok orang," kata Sahroni.
Curhat Korban
RE (16), korban dugaan perundungan Binus Simprug mengaku diancam dan sering dihina.
"Lalu, sampai saya selalu dihina-hina setiap harinya. Lalu sampai mereka membanggakan dan mengancam saya, mereka mengatakan kepada saya. 'Lu jangan macam-macam sama kita, lu mau nyaman sekolah disini, lu mau bisa kita enggak buly disini. Lu harus bisa ngelayanin kita semua'," kata RE di rapat bersama Komisi III DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/9/2024).
"'Lu tahu enggak bapak kita siapa, dia bapaknya ketua partai, bapak dia DPR, bapak dia MK. Lalu sahabat dari ketua genk ini mengakui, 'lu jangan macam-macam, bapak gua ketua partai sekarang'. Bapak yang berinisial A, anaknya yang berinisial M mengaku dan mengatakan itu kepada saya," sambungnya.
Kemudian, Ketua Komisi III Fraksi Partai Gerindra Habiburokhman pun bertanya kepada RE. Apakah anak dari ketua partai itu lah yang sudah memukul dirinya.
"Dia tidak memukul saya, tapi dia selalu secara intens selalu membully saya secara verbal," ujar RE.
"Yang MK memukul?," tanya Habiburokhman.
"Bapak yang berinisial A dan anak yang berinisial M, dia tidak pernah memukul saya. Tapi dia selalu bersekongkol dengan gengnya, selalu mem-bully saya secara verbal. Selalu menghancurkan mental saya," jawab RE.
"Padahal saya sudah menjelaskan kepada mereka. Saya menanyakan secara berbaik. 'Bro, kalau misalkan gue disini tidak diterima sama kalian, kalian tidak mau temenan sama gue. Tidak apa-apa. Tapi tolong jangan ganggu gue. Gue disini cuma, papah sama mamah gue masuk ke sini, gue cuma mau belajar, bro'," sambungnya.
Ia pun mengaku, jika dirinya masuk ke Binus Simprug itu hanya ingin membanggakan kedua orangtuanya. Sehingga, dirinya tidak ingin mendapatkan gangguan.
Advertisement
Kuasa Hukum Sempat Enggan Berkomentar
Kuasa Hukum RE, Sunan Kalijaga enggan berkomentar soal adanya anak dari pejabat yang terlibat sebagaimana yang disebutkan oleh korban. Dia kemudian menceritakan bagaimana korban awal mula kejadian.
"Kalau memang ada pernyataan itu memang itu statement dari anak korban. Jadi waktu itu kami interview sebelum kami ambil kuasanya kami tanya apa yang terjadi, apa yang dialami, para terudga anak-anak pelaku ini siapa," ucap Kalijaga, Minggu (15/9).
"Nanti kita lihat saja di proses penyidikannya, namanya orangtua kan, orangtua korban, orangtua pelaku sekalipun pasti akan saling bertemu silaturahmi, baru nanti disitu bisa tau anak siapa," tambahnya.
Kalijaga juga mengaku sudah sempat mentracing daripada orangtua para terduga pelaku yang terlibat dalam aksi perundungan tersebut. Hanya saja dia masih tetap enggan berkomentar akan hal tersebut.
Namun demikian ia mengatakan dari kasus yang tengah ditangani oleh Polres Metro Jakarta Selatan di tahap penyelidikan berpeluang akan adanya penambahan terduga pelaku.
"Jadi inikan masih dalam proses penyelidikan, buktinya kemarin kita laporkan empat orang sekarang naik adalah delapan orang. Tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi ya mungkin anak siapa, kita enggak tahu," imbuhnya.