Liputan6.com, Jakarta Badan Metereorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, potensi gempa megathrust bisa berasal dari dua zona, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut yang tinggal menunggu waktu.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan menyampaikan beberapa kebutuhan dasar yang harus dibawa masyarakat saat terjadi bencana gempa megathrust.
"Itu kebutuhan-kebutuhan dasar tentunya seperti pakaian, obat-obatan, kemudian surat-surat penting. Surat-surat penting kan itu juga kalau misalnya kerendam pada saat banjir atau misalnya terbakar pada saat kebakaran, kan butuh waktu untuk pengurusannya ya. Apalagi kayak ijazah segala macam," kata Yohan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Advertisement
Yohan mengatakan, selain surat-surat penting dan obat-obatan, masyarakat juga dianjurkan untuk menyiapkan uang tunai. Lebih lanjut, Yohan juga menyoroti bencana banjir yang terjadi di Cina beberapa waktu lalu.
Menurut Yohan, saat itu banyak warga Cina yang tak menyiapkan uang tunai saat bencana banjir. Sehingga tidak bisa melakukan pembayaran elektronik karena semua sistem mati akibat terendam banjir.
"Jadi ketika ada bencana mengancam, itu hal-hal dasar yang harus ada di situ, pakaian, obat-obatan, surat-surat penting, kemudian tentunya uang tunai," ujar Yohan.
"Contohnya kayak kemarin bencana di Cina, ada satu kota itu semuanya sudah cashless. Ternyata blank out karena banjir. Jadi ketika mereka mau beli kebutuhan dasar enggak bisa karena semua mengandalkan Qris dan transfer. Makanya uang tunai itu penting," lanjutnya.
Jakarta Rentan Terkena Dampak Sekunder Gempa Megathrust
Yohan menjelaskan, megathrust adalah jenis patahan tektonik yang terbentuk di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik menyusup di bawah lempeng lainnya. Patahan ini terjadi di batas lempeng konvergen, terutama antara lempeng samudera dan lempeng benua.
Umumnya, gempa megathrust sangat kuat hingga magnitudo 8 atau lebih. Gempa yang kuat ini disebabkan karena adanya pergeseran di sepanjang patahan dengan area cukup luas.
"Meskipun pusat gempa dari zona megathrust itu sendiri terletak di sepanjang pantai barat Sumatra dan selatan Jawa. Jakarta rentan terkena dampak sekunder dari gempa besar yang dihasilkan oleh zona megathrust," jelas Yohan.
Menurut Yohan, Jakarta sebenarnya tidak berada tepat di atas zona megathrust, tetapi guncangan dari gempa besar di zona ini bakal terasa sampai Jakarta. Sebab, kata dia, posisi Jakarta masih relatif dekat dengan patahan selatan Jawa.
"Jika terjadi gempa besar dari zona megathrust, Jakarta bisa merasakan guncangan kuat yang mengancam infrastruktur bangunan, khususnya bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa," ujar Yohan.
Yohan menyebut, kondisi tanah di Jakarta kebanyakan terdiri dari tanah aluvial dan bekas lahan rawa. Kondisi tanah yang semacam ini disebut dapat memperparah dampak guncangan gempa megathrust.
"Tanah lunak ini lebih mudah mengalami likuifaksi (pencairan tanah akibat getaran), yang bisa menambah kerusakan," kata dia.
Advertisement