Sukses

Marak Kebakaran di Jakarta, Heru Budi Minta RT/RW Ikut Pelatihan Penggunaan APAR

Selama periode 1 Januari - 14 Agustus 2024, total terjadi 490 kejadian kebakaran di Jakarta. Adapun pemicu kebakaran di Jakarta paling banyak adalah akibat korsleting listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau peran aktif pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dalam mencegah terjadinya kebakaran. Sebab, beberapa waktu belakangan kebakaran kerap terjadi di Jakarta.

"Saya sudah sampaikan, 66 persen kebakaran di DKI Jakarta akibat korsleting listrik, kabel yang kurang baik, dan lain-lain," kata Heru Budi dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (21/9/2024).

Menurut dia, diperlukan adanya edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk turut melakukan pencegahan serta penanganan kebakaran sederhana bersama Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta.

Hal itu, kata Heru, bisa dilakukan melalui berbagai sosialisasi. Semisal sosialisasi soal penggunaan instalasi listrik ber-Standar Nasional Indonesia (SNI) hingga mengikuti pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

"Saya juga titip masalah kesehatan, stunting, dan kebersihan untuk menjadi perhatian di semua lini. Peran aktif para pengurus RT dan RW sangat diperlukan dalam memastikan keberhasilan setiap program yang dijalankan," ucap Heru.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan hasil rekap kejadian kebakaran di Jakarta sejak 1 Januari hingga 14 Agustus 2024. Total, ada 490 kejadian kebakaran di wilayah Jakarta selama periode tersebut.

"Rekap kejadian kebakaran di Jakarta 1 Januari - 14 Agustus 2024, total 490 kejadian," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Aji dalam keterangan tertulis, diterima Jumat (16/8/2024).

 

2 dari 2 halaman

Kebakaran di Jakarta Paling Banyak Akibat Korsleting Listrik

Isnawa menyampaikan, dari total 490 kejadian, penyebab kebakaran terbanyak dipicu oleh korsleting listrik. Setidaknya, 332 kejadian kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik.

"Penyebab kebakaran, korsleting listrik 332 kejadian, pembakaran sampah 10 kejadian, lilin 1 kejadian, lain-lain 12 kejadian," ungkap Isnawa.

Kebakaran menghanguskan 720 rumah tinggal, 150 bangunan semi permanen, 25 gedung, 32 gudang, 212 kios/ruko, 34 kendaraan, dan 46 lain-lain. Kerugian yang disebabkan oleh kebakaran lebih dari Rp 148 miliar.

"Jumlah estimasi kerugian (akibat kebakaran) Rp148.514.350.000," ujar Isnawa.

Ratusan kejadian kebakaran di Jakarta sepanjang Januari hingga Agustus 2024 ini juga menimbulkan korban jiwa. Ada 18 orang meninggal dunia.

Kemudian, sebanyak 21 orang lainnya mengalami luka berat, dan 133 orang mengalami luka ringan. Selain itu, BPBD DKI Jakarta mencatat, ribuan orang mengungsi akibat kejadian kebakaran.

"Jumlah pengungsi (akibat kebakaran (3.021 jiwa)," kata Isnawa.