Sukses

Polisi Turun Tangan Selidiki Kasus Keracunan Massal di Kediri

Kepala Seksi Humas Polres Kediri, AKP Sriati mengatakan, kasus keracunan massal di Kediri, Jawa Timur mulai diselidiki pihak kepolisian.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus keracunan massal di Kediri, Jawa Timur mulai diselidiki pihak kepolisian. Kepala Seksi Humas Polres Kediri, AKP Sriati mengatakan, 127 warga diduga mengalami keracunan usai mengonsumsi jajanan atau camilan yang dibagikan oleh panitia peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada Selasa 1 Oktober 2024.

"Dari kepolisian sudah ke sana (memeriksa korban). Saat ini masih penyelidikan oleh Polsek. Kami koordinasikan karena yang menangani Polsek," kata Sriati dilansir dari Antara, Rabu (2/10/2024).

Para korban diketahui langsung dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten Kediri (RSKK) dan Rumah Sakit HVA Toelungredjo. Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) RSKK, Ahsin Usman mengatakan, pasien tersebut masuk ke RSKK sejak Selasa 1 Oktober 2024 malam dan terus bertambah hingga kini. Mereka ada yang orang dewasa maupun anak-anak.

"Pasien yang masuk hingga jam 11.00 WIB tadi 127 orang. Yang dirawat inap ada delapan orang, sisanya rawat jalan," ungkap Usman.

Ia menjelaskan, korban keracunan massal mengalami gejala yang hampir sama seperti mual dan muntah. Beberapa pasien juga mengalami diare. Kondisi mereka lemas sehingga harus diberikan perawatan. Para pasien langsung diberikan obat setelah dilakukan pendataan oleh petugas. Mereka mayoritas kondisinya membaik sehingga bisa dilakukan rawat jalan.

"Untuk yang delapan pasien itu masih perawatan, kondisinya saat ini sudah membaik, tinggal pusing saja. Kemungkinan besok atau lusa boleh pulang," kata dia.

Sebelumnya, acara pengajian yang diselenggarakan pada Selasa malam 1 Oktober 2024 di Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim) terpaksa harus dihentikan.

Pengajian dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu terpaksa harus dihentikan usai ratusan jemaah yang hadir diduga keracunan makanan.

Terlihat camilan atau snack dan minuman yang berserakan di sekitar area panggung setelah acara dihentikan. Mereka sengaja membuang karena diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi paket snack yang diberikan oleh panitia.

"Majelis saya hanya diundang untuk mengisi acara. Namun, karena banyaknya jemaah yang diduga mengalami keracunan, maka acara harus segera dihentikan," ujar Juru bicara Majelis Sholawat Subbanus Salimiyah, Taufik Dwi Kusuma, Rabu (2/10/2024).

Ratusan jemaah yang diduga keracunan itu sebagian besar sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Kabupaten Kediri (RSKK).

Lalu, sebagian lainnya harus menjalani rawat inap. Hal itu seperti disampaikan Direktur RSKK Gatut Rahardjo.

"Para jemaah ini menunjukkan gejala keracunan. Mereka yang kondisinya membaik setelah perawatan sudah boleh pulang, tetapi ada beberapa yang masih harus menjalani rawat inap karena kondisinya agak parah," jelas Gatut.

2 dari 2 halaman

Camilan Diduga Kedaluwarsa Jadi Penyebab Keracunan Massal

Kapolsek Pare Iptu Siswo pun membenarkan kejadian dugaan keracunan massal tersebut. Ia juga menyampaikan, saat ini seluruh korban telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis usai diduga keracunan snack kedaluwarsa.

"Kami sudah mengevakuasi korban ke dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Kabupaten Kediri dan RS HVA Pare. Saat ini kondisi para korban masih dalam pantauan medis," kata Siswo.

Siswo juga membenarkan para korban keracunan dibawa ke RSKK dan RS HVA Tulungrejo.

"Kami sudah mengevakuasi korban ke dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Kabupaten Kediri dan RS HVA Pare. Saat ini kondisi para korban masih dalam pantauan medis," ucap dia.

"Evakuasi masih terus berlangsung. Korbannya beragam usia, tetapi yang paling banyak adalah anak-anak," sambung Siswo.

Dia menyebut, jemaah awalnya mengeluhkan gejala seperti mual, pusing, dan bahkan kehilangan kesadaran. Penyebab keracunan, kata Siswo, diduga berasal dari snack yang dibagikan oleh panitia selama pengajian.

"Diduga dari makanan camilan, makanan tersebut tidak memiliki label kedaluwarsa yang jelas. Namun, jenis camilan yang menyebabkan keracunan masih dalam penyelidikan," terang dia.

Menurut Siswo, acara pengajian yang awalnya berjalan lancar, maka terpaksa dihentikan oleh pihak kepolisian akibat insiden ini.

"Kami memutuskan untuk menghentikan acara demi keamanan dan keselamatan jamaah. Ini langkah yang harus diambil, mengingat jumlah korban yang terus bertambah," kata dia.

Siswo juga mengaskan pihaknya melakukan penyelidikan terkait asal makanan yang disajikan dalam acara tersebut.

"Kami sedang mendalami lebih lanjut sumber makanan dan siapa pihak yang bertanggungjawab," tegas Siswo.

Video Terkini