Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hari ini, Sabtu (5/10/2024) keseluruhannya diprakirakan berawan, berawan tebal, hujan ringan dan kabut. Demikianlah prediksi cuaca hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca Jakarta siang nanti mayoritas diprakirakan cerah berawan. Kecuali di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan akan berawan.
Baca Juga
Untuk malam hari nanti, cuaca Jakarta diprediksi BMKG akan hujan ringan, kecuali Jakarta Selatan bakal turun hujan dengan intensitas sedang, Jakarta Utara bakal berawan, dan Kepulauan Seribu akan cerah berawan.
Advertisement
Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, Jawa Barat di siang hari diprakirakan berawan dan cerah berawan. Begitupun di malam hari nanti wilayah Bekasi dan Kota Bogor akan turun hujan ringan dan Depok akan hujan petir.
Tak jauh berbeda di Kota Tangerang, Banten juga diprakirakan BMKG siang hari bakal berawan tebal dan malam nanti berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan Tebal | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Pusat | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Selatan | Berawan Tebal | Berawan | Hujan Sedang |
Jakarta Timur | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Utara | Berawan Tebal | Cerah Berawan | Berawan |
Kepulauan Seribu | Hujan Ringan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Bekasi | Berawan Tebal | Berawan | Hujan Ringan |
Depok | Berawan Tebal | Berawan | Hujan Petir |
Kota Bogor | Kabut | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Tangerang | Berawan | Berawan Tebal | Berawan |
Jokowi Dorong Transisi Industri Hijau Hadapi Ancaman Perubahan Iklim
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, masalah perubahan iklim menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia dan tidak terbatas hanya di negara maju saja.
Hal itu disampaikannya, saat hadir dalam gelaran Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition atau IIGCE di JCC Senayan, Rabu 18 September 2024.
“Perubahan iklim adalah masalah seluruh isi dunia baik pemerintah di negara maju, baik itu pemerintah di negara berkembang, juga baik itu dari para pengusaha peneliti maupun rakyat kecil di seluruh belahan bumi,” kata Jokowi.
Maka dari itu, Jokowi menegaskan komitmen Indonesia dalam menjadi bagian penting dari langkah dunia dalam membangun ekonomi hijau, mengembangkan industri hijau dan dalam melakukan transisi ke energi yang lebih hijau.
“Sudah sering saya sampaikan ke mana-mana tapi kita semua tahu dalam melakukan transisi hijau setiap pemerintahan di negara berkembang hampir semua di negara berkembang dihadapkan pada dilema mengenai keterjangkauan harga, kemudian keadilan akses bagi masyarakat kemudian juga pemanfaatan teknologi yang tidak terbuka,” jelas Jokowi.
Advertisement
Minta Dipertimbangkan
Demi mewujudkan hal itu Jokowi memberikan kesempatan kepada para pemangku kepentingan untuk melakukan hitungan dan pertimbangannya sendiri.
Dia pun berharap forum IIGCE mampu menghasilkan terobosan besar yang bisa menjadi titik tengah untuk berbagi resiko, beban dan keuntungan dengan proporsi yang seimbang.
“Saya paham dunia usaha memiliki hitungan sendiri, memiliki kalkulasi sendiri, memiliki pertimbangan-pertimbangan baik urusan chain over yang berkaitan dengan keuntungan dan lainnya. Jadi inilah yang harus dipikirkan bersama,” tutur dia.
Sebagai informasi, dalam acara IIGCE Jokowi menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar dari segi energi panas bumi atau geothermal. Dia memperkirakan energi panas bumi mencapai 40% dari potensi dunia.
“Indonesia memiliki banyak peluang untuk dikembangkan namun saat ini baru 11% yang baru termanfaatkan dari potensi yang ada,” Jokowi menandasi.
Makin Memburuk, Indonesia Berisiko Hadapi Dampak Perubahan Iklim
Indonesia menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim, sebagaimana ditunjukkan oleh data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Sejak 1981 hingga 2018, terjadi peningkatan suhu sebesar 0,03 derajat C per tahun. Disertai kenaikan permukaan air laut sebesar 0,8-1,2 cm per tahun. Catatan ini disinyalir hadi ancaman signifikan, mengingat 65 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir.
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan mengatakan, data-data tersebut menegaskan perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan. Melainkan tantangan yang sudah terjadi dan akan terus memburuk tanpa langkah mitigasi yang tepat.
"Kalau kita lihat dari Global Climate Risk Index, ini indeks kerentanan suatu negara terhadap dampak perubahan iklim, Indonesia menduduki peringkat ke-14. Jadi negara kita cukup rentan terhadap perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang sangat rentan terhadap risiko dan dampak perubahan iklim," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/9/2024).
Hendra juga mengungkit catatan World Energy Council, Indonesia memiliki lima variasi sumber energi. Untuk menghadapi tantangan ini, Indonesia harus seimbang dalam menjaga energy security, energy equity, dan keberlanjutan lingkungan.
"Saat ini, kita berada di peringkat 58 dari 126 negara. Ini menunjukkan bahwa kita masih berada di papan tengah, sehingga perlu ada upaya untuk memperbaiki posisi ini agar indeks kita semakin baik," lanjut Hendra.
Advertisement