Liputan6.com, Jakarta - Sisa dari 24 jam, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melepas tahtanya sebagai kepala negara Republik Indonesia. Jabatan yang telah diemban selama 10 tahun tersebut akan diestafetkan ke Prabowo Subianto, mantan rival yang kini sudah menjadi seorang presiden terpilih 2024-2029.
Merefleksikan 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, Wakil Ketua Harian DPP PKB, Najmi Mumtaza Rabbany angkat suara. Menurut dia, secara kacamata historis di 2014 PKB menjadi bagian dari yang mengusung sosok Jokowi.
Baca Juga
“Kala itu kalau kita reflek ke belakang ada 4 partai, ada partai PKB, Nasdem, Hanura, dan satu lagi ada PDIP dan melawan koalisi raksasa. Yang perlu saya tekankan di sini bukan PKB yang bersama Jokowi tetapi PKB berusaha menjadi poros politik yang menghendaki adanya keinginan publik,” kata Najmi dalam diskusi PKB Insight Hub di Jakarta Selatan, Sabtu (19/10/2024).
Advertisement
Najmi mengingat, hampir seluruh elemen masyarakat mulai dari kelompok sipil, NGO, awak media, akademisi lokal maupun internasional, memiliki animo yang luar biasa untuk membawa ‘sang tukang kayu’ menuju RI-1.
“Sebagian besar yang mempunyai harapan terhadap sosok ini, terhadap pemerintahan yang dibawa oleh Presiden Joko Widodo. Bahkan majalah TIME menggunakan tajuk A New Hope kepada sosok Jokowi!,” kenang dia di awal waktu Jokowi menjabat.
Namun seiring berjalannya waktu, Najmi mengamimi ada pasang surut dan tentunya menjadi otokritik sebagai partai politik yang diharapkan dapat menjadi check and balance terhadap pemerintahan yang ada.
“Kita pada sistem digitalisasi mengingat kita ini anak-anak muda ini mayoritas digital native dan isu perlindungan data privasi perlindungan digital menjadi isu yang sangat penting untuk dibahas. Bukan hanya hari ini, tapi juga mampu menjadi kebutuhan di masa yang akan datang,” sebut Najmi.
Selain itu, lanjut Najmi, dalam urusan ekonomi Jokowi memang harus dikritik bersama. Tentu, sebagai partai politik ke depan, dia berjanji PKB akan secara aktif dan progresif.
“Jadi tidak hanya menempatkan anak-anak muda yang progresif tetapi juga aktor sendi-sendi penggerak partai. Saya pikir ke depan mudah-mudahan apa ya sudah baik tetap bertahan dan apa yang menjadi nilai-nilai baru itu tetap kita ambil,“ ungkap Najmi.
Najmi mencatat, satu hal yang menjadi catatan krusialnya terhadap Jokowi adalah saat mantan gubernur Jakarta tersebut mampu membelah polarisasi pasca tahun politik 2019. Sehingga lambat laun polarisasi mulai mencair, elastis, dan itu sebagai bentuk keberhasilan pemerintahan Joko Widodo.
“Termasuk juga persoalan yang tidak pernah dibayangkan sedikitpun, pandemi covid. Dengan upaya kolaboratif, akhirnya kita bisa keluar dari jurang pandemi covid dan itu menjadi hal yang perlu kita apresiasi,” jelas Najmi.
Harapan PKB di Pemerintahan Prabowo
Lalu soal harapan untuk Pemerintahan di rezim Prabowo Subianto, Najmi hanya ingin berhusnuzon (berprasangka baik) dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan sering bersuuzon (berprasangka buruk) dengan diri sendiri sebagai pijakan.
“Karena kalau melihat kepemimpinan Pak Prabowo ini secara tidak langsung akhirnya kita akhirnya berusaha meng-compare apakah sosok Pak Prabowo ini menjadi antitesa Pak Jokowi? atau justru sama saja? kita tahu ada tiga yang menjadi aspek penting dalam berpraktek bernegara,” tutur Najmi.
Pertama, aspek democratic yang demokratis, bebas berpendapat yang harus dimulai dari pikiran. Lalu aspek actions yang mencerminkan perilaku kita dari pikiran.
“Apakah dalam keseharian, dalam berdiskusi kita masih punya ruang publik yang terjamin atau tidak?,” tanya Najmi.
Advertisement
Political Skill
Aspek ketiga, sambung Najmi, adalah political skill yang mungkin di antara tiga faktor tersebut secara personal Jokowi itu lebih dominan di political skill.
“Tentu saya berharap apa yang dibawa di masa kepemimpinan Pak Prabowo Subianto tiga aspek ini akan lengkap karena kita tau Pak Prabowo adalah figur yang sangat matang beliau banyak mengenyam pendidikan bahkan dengan latar belakang militer seorang jenderal yang sudah purna dengan wawasan geopolitik. Insya Allah besok beliau berusaha membangun posisi strategis tidak hanya di area lokal tetapi juga dunia internasional,” Najmi memungkasi.