Sukses

BRIN Bakal Gandeng Kampus Rusia Majukan Riset dan Inovasi

Rencana kolaborasi antara Universitas St Petersburg Rusia dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait kerja sama riset akan segera terwujud.

Liputan6.com, Jakarta Rencana kolaborasi antara Universitas St Petersburg Rusia dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait kerja sama riset akan segera terwujud.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyebut, pihaknya akan fokus ke kerja sama untuk program degree by research.

"MOU akan segera ditandatangani, saat ini masih proses finalisasi," ujar Laksana dalam keterangan tertulis, Minggu (27/10/2024).

Dia menutukan, program degree by research itu akan berbentuk kerja sama program untuk mendapatkan gelar S2 dan S3 melalui aktivitas riset kolaboratif yang dilakukan antara BRIN dengan Universitas St Petersburg.

"Target jangka pendek dan jangka panjang dari kerjasama ini, kami akan mengirimkan mahasiswa untuk S2/S3 program degree by research ke sana. Ini merupakan bagian dari upaya percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi periset muda Indonesia," jelas Laksana.

Sedangkan untuk kerjasama yang akan dilakukan dengan UI dan UGM sendiri akan mencakup pengembangan pengajaran sastra dan budaya Indonesia di Universitas St. Petersburg, melaksanakan kegiatan bersama yang bertujuan pengakuan Sistem Ujian Negara Bahasa Rusia Federasi Rusia (selanjutnya disebut TORFL) dan pengesahan sertifikat TORFL sebagai dokumen resmi yang mengonfirmasi tingkat kompetensi bahasa Rusia untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan profesional di wilayah Indonesia.

 

2 dari 3 halaman

Tujuan Bersama

Guru Besar di Universitas St Petersburg Prof Connie Rahakundini Bakrie menyatakan, kerja sama ini diharapkan dapat mendukung tujuan bersama Indonesia dan Rusia dalam bidang keamanan maritim, penguatan angkatan laut dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik.

"Indonesia dan Rusia memiliki posisi strategis yang penting, dan kolaborasi ini dapat memperkuat keamanan di rute maritim, di mana stabilitas kawasan menjadi prioritas utama," kata dia.

Kerja sama ini, lanjut wanita yang juga pakar di bidang pertahanan ini, kian relevan di tengah dinamika geopolitik Indo-Pasifik, terutama dalam menyikapi tantangan keamanan yang semakin kompleks dan mengglobal.

Connie menambahkan, di periode 2025 hingga 2037 akan menjadi fase penting bagi kedua negara untuk mempererat kemitraan strategis yang dapat mendukung keamanan regional dan pertumbuhan ekonomi melalui fokus pada kerja sama maritim, modernisasi pertahanan, dan diplomasi strategis.

Menurutnya, hubungan bilateral yang lebih erat ini sejalan dengan kesepakatan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan mereka akhir Juli lalu.

Kedua pemimpin menyatakan komitmen untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang ekonomi, pertahanan, dan diplomasi demi memperkuat stabilitas dan keamanan di kawasan.

3 dari 3 halaman

Beri Kuliah Umum di Universitas St.Petersburg, Megawati Ulas Perjalanan Hubungan RI-Rusia

Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri mengatakan, hal fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai.

Adapun ini disampaikannya saat memberikan kuliah umum di Universitas Saint Petersburg, Rusia, Senin (16/9/2024). Hadir sebagai peserta ratusan mahasiswa dari Universitas Saint Petersburg serta sivitas akademika kampus tersebut.

"Pertama, ketika Dr. Ir. Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno, Proklamator, dan Presiden Pertama Republik Indonesia berkunjung ke Uni Soviet pada tahun 1956, dan bertemu dengan Presiden Voroshilov. Bung Karno sunguh terkesan terhadap jalan sosialisme dan prinsip koeksistensi yang diterapkan," kata Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) ini.

Megawati juga bercerita bagaimana Bung Karno pada tahun 1962 menerima kunjungan balasan Presiden Rusia Nikita Khrushchev, di mana mendapat bantuan pembangunan Gelora Bung Karno dan bantuan peralatan militer bagi integrasi teritorial kedaulatan wilayah RI.

"Pada saat itu, Bung Karno memberikan penghargaan Bintang Mahaputra kepada Kosmonot Yuri Gagarin. Penghargaan tertinggi tersebut selain wujud apresiasi kemajuan teknologi ruang angkasa negara ini, juga sebagai sumber keteladanan para pemuda Indonesia untuk membangun visi antariksa," tuturnya.

Tak Luput, saat dirinya menjadi Presiden RI, juga sempat bertemu dengan Presiden Putin pada tahun 2001 dan 2003.

Pada saat itu, tata dunia bersifat unipolar dimana perang terhadap terorisme sedang gencar dilakukan.

"Saya memperkuat kerjasama pertahanan, salah satunya dengan membeli Pesawat Tempur Sukhoi. Pesawat tempur ini sampai sekarang dalam hal teknologi, kemampuan manuver, daya presisi, masih sangat unggul dan membanggakan Angkatan Udara kami," kata Megawati.