Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno menghadiri peluncuran dan bedah buku karya Guntur Soekarnoputra di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (3/11/2024).
Acara yang bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-80 Guntur ini turut dihadiri pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 03, Pramono Anung - Rano Karno, serta Mantan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Baca Juga
Buku Guntur berjudul Sang Saka Melilit Perut Megawati: Humaniora, Sejarah, dan Nasionalisme Internasionalisme diluncurkan dalam acara tersebut. putri Guntur, Puti Guntur Soekarnoputri, menyampaikan dalam sambutannya bahwa buku ini adalah karya keempat Guntur sejak pandemi Covid-19.
Advertisement
"Buku edisi keempat ini berjudul Sang Saka Melilit Perut Megawati, satu judul yang tentunya sangat patriotik. Jika kita nanti membaca isi dari cerita tersebut," ujar Puti.
"Tentunya kita akan mengetahui perjalanan dari sangsaka bendera pusaka kita, sangsaka merah putih, yang dijahit oleh ibunda dari Bapak Guntur Soekarno, ibunda dari Ibu Megawati, Bapak Guruh yang menjahit bendera pusaka kita. Dan perjalanan bendera pusaka kita, tetap tegak berdiri di Negara Kesatuan Republik Indonesia." lanjutnya.
Puti menjelaskan bahwa buku ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa dan mengandung simbol keberlanjutan perjuangan untuk menjaga keutuhan NKRI.
"Bahwa keberadaan sangsaka merah putih dan perjalanannya sudah menjadi takdir untuk dibawa dan dijaga oleh Ibu Megawati Soekarnoputri untuk keutuhan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.
Semangat dan Kreativitas Masih Tinggi
Puti menambahkan bahwa Guntur enggan disebut sudah "berusia 80" dan lebih suka disebut "baru 80 tahun," mengingat semangat dan kreativitasnya yang masih tinggi.
"Dengan beragam aktivitas beliau, Alhamdulillah kami keluarga sangat mensyukuri bahwa Bapak Guntur tetap memiliki kreativitas, tetap memiliki semangat dan selalu menjalankan hobi-hobinya, salah satunya bermusik, bermain gitar, menyanyi, dan salah satu kegiatan yang sangat produktif yaitu menulis buku yang berjudul Sang Saka Melilit Perut Megawati," jelas Puti.
Sebagai anak, Puti mengakui semangat Guntur yang tak tertandingi dalam menulis, sering menghasilkan tulisan-tulisan yang ia sebut "surat merah."
"Apa itu surat merah? Jadi kalau Pak Guntur itu suka menganalisa, analisa dalam tulisannya itu bisa sifatnya humaniora, bisa sifatnya sosial politik, bisa sifatnya budaya, nasionalisme atau internasionalisme," ungkapnya.
"Maka tulisan-tulisan kemudian ditulis dan ditaruh di dalam map merah dan dikirimkan ke saya yang namanya surat-surat merah dari Papa. Dan Alhamdulillah hari ini, Papa bisa mewujudkan apa yang menjadi analisa pikirannya," tambah Puti.
Advertisement
Berharap Terus jadi Pemikir dan Pejuang
Ia pun berharap agar Guntur terus menjadi pemikir dan pejuang yang patriotik.
"Saya harapkan semoga Papa tetap sehat, selamat panjang umur, bahagia bersama keluarga besar, bersama anak cucu, teman-teman dan sahabat dan tentu Papa menjadi pelita bagi kami, pemikir pejuang, pejuang pemikir, yang selalu patriotik, yang selalu mengajarkan kita bagaimana ide dan gagasan Bung Karno," pungkas Puti.
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com