Sukses

Potret Huaisheng, Masjid Tertua yang Jadi Saksi Penyebaran Islam di China

Masjid Huaisheng menjadi salah satu jejak penyebaran Islam di China. Berada di Distrik Yuexiu, Jalan Guangta No 56, Guangdong, Guangzhou

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Huaisheng menjadi salah satu jejak penyebaran Islam di China. Berada di Distrik Yuexiu, Jalan Guangta No 56, Guangdong, Guangzhou, masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di China.

Liputan6.com bersama beberapa media dari Indonesia lainnya berkesempatan mengunjungi Masjid Huaisheng pada Minggu, 3 Oktober 2024. Dari informasi yang kami himpun, Masjid Huaisheng telah berdiri sejak 1.300 tahun yang lalu.

Saat berada di seberang jalan menuju Masjid Huaisheng, didapati sebuah bangunan dengan menara mirip mercusuar di depan area masjid. Tinggi menara itu kurang lebih mencapai 36 meter yang menjulang ke langit.

Konon katanya Masjid Huaisheng dibangun oleh sahabat Nabi Muhammad SAW, Sa’ad bin Abi Waqqas. Meski begitu, Masjid Huaisheng bukanlah Masjid Abi Waqqas yang dipercaya ditemukannya makam sahabat nabi di sana.

Memasuki area masjid, dijumpai koridor yang bangunannya tradisional khas China dengan warna merah bata. Sebelum sampai ke bangunan utama, kita juga bakal melewat lorong dan pilar dengan gaya arsitektur campuran China dan Arab.

Pasalnya, saat melewati bangunan itu pilarnya nampak dihiasi kaligrafi dan tulisan Mandarin yang terlihat jelas ada di bagian atas dan dinding bangunan Masjid Huaisheng.

Tiba di Masjid Huaisheng sekira pukul 12.09 waktu setempat, kami berjumpa dengan umat Islam asal Xinjiang, China yang tengah menunggu waktu Salat Zuhur. Adapun Xinjiang menjadi salah satu provinsi yang banyak ditinggali umat Islam, China.

Terlihat, mereka duduk di bagian luar masjid yang memang asri karena ditumbuhi pepohonan cukup rindang. Kami pun menghampiri Abdullah Malik, salah satu keluarga muslim yang tengah duduk santai bersama anak dan istrinya jelang waktu ibadah Zuhur tiba.

“Assalamualaikum,” ujar kami.

“Waalaikumussalam, Malaysia?,” ucap pria muslim paruh baya Abdullah Malik.

“From Indonesia,” ucap kami,

“Ah, Indonesia,” jawab Abdullah sembari tersenyum.

 

2 dari 3 halaman

Umat Muslim di Sekitar Masjid

Selain Abdullah dan keluarganya, ada sekitar sembilan orang umat Islam laki-laki dan enam umat Islam perempuan lain yang kami jumpai di Masjid Huaisheng saat itu. Menariknya, semua umat Islam laki-laki memakai peci berwarna putih.

Begitu waktu Salat Zuhur masuk sekira pukul 12.13 waktu setempat, semuanya bergegas masuk ke ruang salat untuk segera menunaikan ibadah. Saat kami berpapasan, mereka juga dengan ramah menyapa. “Assalamualaikum,” katanya.

Pintu masuk masjid merupakan sebuah pintu melengkung. Di sisi pintu juga terdapat tanda yang memperlihatkan waktu salat.

Masuk ke ruang salat, di dalamnya langit-langit dan dinding dicat warna putih dengan perpaduan pilar berwarna hijau dan sajadah warna biru yang memberikan kesan hangat di area itu. Nampak, suasana ibadah juga berlangsung dengan hikmat.

 

3 dari 3 halaman

Destinasi Wisatawan Asing

Masjid Huaisheng juga menjadi destinasi wisata bagi wisatawan asing saat ke China. Sehingga, amasjid itu tidak hanya dikunjungi oleh umat Islam yang hendak beribadah, tetapi juga oleh umat dari agama lain yang ingin menyaksikan nilai-nilai sejarah yang ada di Masjid Huaisheng.

Setelah beribadah atau berkunjung ke masjid, wisatawan bisa menuju prasasti yang berada tak jauh dari area luar masjid. Prasasti tersebut menunjukkan sejarah penyebaran Islam di Asia, termasuk Indonesia dan China.

Tak hanya itu, wisatawan juga bisa mencicipi kuliner-kuliner halal yang banyak dijumpai di sekitar area masjid. Restoran halal yang kami dijumpai ramai dikunjungi wisatawan untuk menikmati berbagai hidangan populer asli China atau beberapa masakan populer dari negara lain.

Video Terkini