Liputan6.com, Jakarta - Sungai Brantas yang berada di Jawa Timur memiliki dampak luas bagi masyarakat sekitarnya. Namun disayangkan, tingkat pencemarannya tinggi yang salah satunya diakibatkan sampah popok sekali pakai.
Pernyataan itu disampaikan Celia Siura selaku Founder dan CEO dari Bumbi. Dia menyampaikan, dari hasil penelitian dan riset yang dilakukan oleh timnya selama satu tahun terakhir tercatat polusi sampah 50 persen disumbang popok sekali pakai.
“Penelitian kami lakukan selama 1 tahun, kami ambil sampel popok sekali pakai di Sungai Brantas. Ditemukan patogen dan mikroba lainnya karena di sampah popok sekali pakai ada feses. Bahkan ditemukan gen antibiotik resisten,” kata Celia saat pemaparan hasil risetnya di Hotel Borobudur Jakarta, seperti dikutip Jumat (15/11/2024).
Advertisement
Dia pun terkejut, sebab 98 persen masyarakat setempat menggunakan air sungai untuk berkegiatan sehari-hari. Temasuk untuk dikonsumsi.
“Jika terkontaminasi (pencemaran) dari air minum, bisa terkena antibiotik resisten. Dampaknya orang bisa tidak mempan ketika dikasih antibiotik,” wanti dia.
Selain pencemaran yang berdampak kepada kesehatan, Celia juga mewanti jika sampah popok sekali pakai sangat sulit terurai. Bahkan bisa dalam kondisi utuh dalam waktu hingga 500 tahun, baru bisa terurai.
Oleh karena itu, dia pun menyerukan gerakan menyelamatkan lingkungan dengan mengalihkan penggunaan popok sekali pakai dengan popok yang bisa dicuci atau popok pakai ulang.
Mendukung pemaparan Celia, Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ujang Solihin Sidik, yang hadir dalam acara yang sama mendukung gerakan program popok pakai ulang.
“Pengurangan ketergantungan kepada popok sekali pakai bisa mengurangi sampah plastik,” ujar Ujang.
Dia meyakini, popok pakai ulang dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat karena mampu mencegah penyebaran penyakit yang seringkali bersumber dari limbah popok sekali pakai yang tidak terkelola dengan baik.
“Kami mengajak masyarakat untuk bisa menerima produk popok pakai ulang agar bisa lebih masif,” ajak dia.
Pernyataan itu didukung oleh Alex dari Kedutaan Besar Inggris, yang turut mengapresiasi gerakan tersebut.
“Program ini dapat mendukung program SDGs,” ujar Alex.
Apresiasi
Tidak hanya itu, Direktur Ashmor Foundation dari UK, Esther Arthur mengapresiasi kegiatan itu. Pihaknya mengatakan program itu berjalan dengan baik bahkan nyaris sempurna. Selain itu, ia menegaskan bahwa pihaknya menyalurkan bantuan kepada lembaga yang tepat.
"Saya mengapresiasi produk popok pakai lagi ini, saya menilai program ini berjalan dengan baik, serta berterima kasih karena kami telah menyalurkan dana kepada lembaga yang tepat, sehingga berdampak kepada masyarakat," ungkap Esther.
Sementara itu, Kurniawan Dwi Hananto dari PLN Nusantara Power juga sepakat dengan manfaat penggunaan popok ramah lingkungan. Harapannya, bisa mewujudkan komitmen jangka panjang untuk mengurangi limbah.
Di sisi lain, dari perspektif ekonomi, Deputi Bidang UKM, Temmy Satria Purnama, melihat produk popok pakai ulang membuka peluang usaha baru di tengah masyarakat. Ia menyatakan siap mendukung terhadap pengembangan popok ramah lingkungan sebagai bagian dari solusi bagi krisis limbah nasional.
“Kami mendukung apabila produk popok pakai ulang ini dibuat dalam bentuk perusahaan dan kami bisa bantu pembiayaannya juga,” dia menandasi.
Sebagai informasi, pemaparan dari hasil riset pencemaran lingkungan di Sungai Brantas diinisiasi oleh Bumbi yang bekerjasama dengan PLN dan sejumlah lembaga untuk memperkenalkan produk popok pakai ulang kepada masyarakat seluruh masyarakat khususnya ibu-ibu untuk segera berpindah ke popok pakai ulang.
Advertisement