Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) mengizinkan perusahaan Sukhoi untuk melakukan survei lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Survei ini dilakukan untuk proses evakuasi bangkai pesawat milik perusahaan asal Rusia yang jatuh pada 9 Mei tahun lalu.
"Izin sudah kami keluarkan untuk evakuasi bangkai pesawat tersebut, namun izin tersebut masih baru sebatas survei karena kami pun ingin mengetahui bagaimana cara evakuasi Sukhoi tersebut," kata Kepala TNGHS Agus Priambudi, Senin (6/5/2013).
Menurut Agus, nantinya hasil survei itu akan dijadikan patokan oleh TNGHS apakah bangkai pesawat tersebut layak untuk dievakuasi atau tidak. Sebab, jika dinilai proses evakuasi bisa merusak ekosistem, izin tersebut bisa dibatalkan sampai ada cara lain agar flora dan fauna di lokasi jatuhnya pesawat nahas ini tidak terganggu.
Namun, TNGHS saat ini masih menunggu hasil informasi dari petugas di lapangan. Sementara Sukhoi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah beberapa kali melakukan survei, tetapi belum ada laporan kapan akan proses evakuasi itu akan dilakukan.
"Memang untuk mengevakuasi bangkai pesawat tersebut tidak mudah karena berada di jurang yang sulit untuk ditembus manusia apalagi alat berat. Sehingga perlu cara yang spesifik dan kami pun melihat pihak perusahaan masih kesulitan untuk mencari cara bagaimana mengevakuasi bangkai pesawat tersebut," tutur dia.
Agus menambahkan, izin evakuasi akan dikeluarkan jika survei dan cara yang akan dilakukan sudah selesai dan lengkap administrasinya. Namun pada prinsipnya, TNGHS mengizinkan evakuasi bangkai pesawat itu, asalkan tidak merusak habitat flora dan fauna.
"Saat ini sebagian bangkai pesawat sudah ada yang terkubur longsoran sehingga sudah bisa diprediksi evakuasi ini akan sulit dan tidak bisa dilakukan dalam satu hari. Dalam melakukan evakuasi ini seluruh elemen masyarakat juga harus tahu karena TNGHS merupakan milik seluruh masyarakat juga perlu dijaga kelestariannya karena kami secara rutin melakukan konservasi," ujar Agus.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan joy flight jatuh di Gunung Salak pada 9 Mei 2012. Sebanyak 45 orang yang ikut dalam perkenalan pesawat baru itu tewas.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Berdasarkan hasil investigasi, terungkap bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh human error atau kesalahan manusia. (Ant/Eks)
"Izin sudah kami keluarkan untuk evakuasi bangkai pesawat tersebut, namun izin tersebut masih baru sebatas survei karena kami pun ingin mengetahui bagaimana cara evakuasi Sukhoi tersebut," kata Kepala TNGHS Agus Priambudi, Senin (6/5/2013).
Menurut Agus, nantinya hasil survei itu akan dijadikan patokan oleh TNGHS apakah bangkai pesawat tersebut layak untuk dievakuasi atau tidak. Sebab, jika dinilai proses evakuasi bisa merusak ekosistem, izin tersebut bisa dibatalkan sampai ada cara lain agar flora dan fauna di lokasi jatuhnya pesawat nahas ini tidak terganggu.
Namun, TNGHS saat ini masih menunggu hasil informasi dari petugas di lapangan. Sementara Sukhoi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah beberapa kali melakukan survei, tetapi belum ada laporan kapan akan proses evakuasi itu akan dilakukan.
"Memang untuk mengevakuasi bangkai pesawat tersebut tidak mudah karena berada di jurang yang sulit untuk ditembus manusia apalagi alat berat. Sehingga perlu cara yang spesifik dan kami pun melihat pihak perusahaan masih kesulitan untuk mencari cara bagaimana mengevakuasi bangkai pesawat tersebut," tutur dia.
Agus menambahkan, izin evakuasi akan dikeluarkan jika survei dan cara yang akan dilakukan sudah selesai dan lengkap administrasinya. Namun pada prinsipnya, TNGHS mengizinkan evakuasi bangkai pesawat itu, asalkan tidak merusak habitat flora dan fauna.
"Saat ini sebagian bangkai pesawat sudah ada yang terkubur longsoran sehingga sudah bisa diprediksi evakuasi ini akan sulit dan tidak bisa dilakukan dalam satu hari. Dalam melakukan evakuasi ini seluruh elemen masyarakat juga harus tahu karena TNGHS merupakan milik seluruh masyarakat juga perlu dijaga kelestariannya karena kami secara rutin melakukan konservasi," ujar Agus.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan joy flight jatuh di Gunung Salak pada 9 Mei 2012. Sebanyak 45 orang yang ikut dalam perkenalan pesawat baru itu tewas.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Berdasarkan hasil investigasi, terungkap bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh human error atau kesalahan manusia. (Ant/Eks)