Liputan6.com, Jakarta - Erupsi atau letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki telah berlangsung lebih dari 2 pekan lamanya. Sejak 3 November 2024, Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status gunung api yang terletak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas).
Merujuk rekomendasi PVMBG, zona aman Gunung Lewotobi Laki-Laki berada 6 kilometer dari puncak. Ada 6 desa direkomendasikan direlokasi. Rincinya, Desa Klatanlo, Desa Hokeng Jaya, Desa Boru, Desa Nawakote di Kecamatan Wulanggitang.
Baca Juga
Selain itu, Desa Nobo di Kecamatan Ile Boleng dan Desa Dulipali di Kecamatan Ile Bura. Keenam desa tersebut memiliki jarak dari kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki antara 4 hingga 5 kilometer.
Advertisement
Lantaran itulah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur, menggelar sosialisasi rencana relokasi korban terdampak letusan gunung api tersebut pada Minggu 17 November 2024.
Sosialisasi relokasi itu sebagai tindak lanjut arahan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ketika itu, tepatnya pada Kamis 14 November 2024, Gibran meninjau pos pengungsian di Lapangan Kobasoma, Kecamatan Titehena, Flores Timur.
Total ada 2.209 kepala keluarga (KK) di 6 desa yang akan dipindahkan tempat tinggal. Data ini merujuk catatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Flores Timur.
Berapa jumlah korban meninggal dan terluka akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, NTT? Bagaimana pula dampaknya terhadap beberapa bandara di sekitar gunung api tersebut? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Rencana Relokasi Warga Terdampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur
Advertisement