Liputan6.com, Jakarta Rivalitas Megawati Soekarnoputri dengan Jokowi kembali terjadi. Setelah bertarung hebat di ajang Pilpres 2024, kedua tokoh politik nasional itu kembali adu kekuatan. Kali ini di Pilkada 2024.
Ajang pilkada jadi arena utama adu hebat dua king maker itu. Kedua mantan presiden Republik Indonesia bakal unjuk kesaktian. Terutama di wilayah yang dikenal sebagai kandang banteng yakni Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Bali. Istilah kandang banteng adalah wilayah dengan pendukung terbesar PDIP.
Baca Juga
Jawa Tengah masih menjadi basis suara terbesar PDIP. Pada Pemilu 2024, di Jawa Tengah, partai banteng moncong putih meraih suara terbanyak dengan 5.270.261 suara dari total suara sah 19.823.032.
Advertisement
Di provinsi ini, PDIP mengusung pasangan cagub-cawagub Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Rivalnya, paslon nomor urut 02 Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus dan di-back-up total Jokowi.
Di Sumatera Utara juga bakal jadi arena adu kuat Megawati dan Jokowi. Aroma cawe-cawe Jokowi di Pilgub Sumut sebenarnya sudah tercium sejak sang menantu, Bobby Nasution, gencar sosialisasi ke publik untuk Pilgub Sumut 2024. Bobby Nasution yang berpasangan dengan Surya, melawan paslon yang diusung PDIP, Edy Rahmayadi-Hasan Basri.
Sementara di Bali, PDIP mengusung Wayan Koster-Nyoman Giri Prasta. Rivalnya, Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana, yang diusung Partai Gerindra, Partai NasDem, PKS, PAN, Partai Golkar, Partai Demokrat, PKN, dan PSI, ditambah didukung oleh Jokowi.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyatakan Pilgub 2024, khususnya di Jawa Tengah, akan menjadi ajang pertarungan politik lanjutan antara Megawati dengan Jokowi setelah perhelatan Pilpres 2024.
"Saya kira tidak bisa dipungkiri bahwa Jawa Tengah adalah pertarungan politik lanjutan antara Jokowi dengan Megawati. Ini yang kemudian menjelaskan Jokowi kelihatan all out mendukung Ahmad Luthfi-Taj Yasin untuk menang di Jawa Tengah," ujar Adi kepada Liputan6.com, Kamis, 21 November 2024.
Untuk menjaga 'kesucian' Jawa Tengah sebagai kandang banteng, Megawati sampai turun langsung ke lapangan. Ketua Umum PDIP itu dinilai all out memenangkan Andika-Hendi. Tidak ingin basis suaranya dikuasai rival.
"Megawati juga turun berkampanye di Jawa Tengah sebagai upaya untuk menyolidkan dan mengonsolidasikan kandang banteng yang selama ini cukup kuat di Jawa Tengah. Apa pun judulnya, Jawa Tengah itu selalu disebut sebagai kandangnya banteng," kata Adi.
Meski Sumatera Utara dan Bali juga basis kuat PDIP, namun Adi melihat pertarungan keras Megawati versus Jokowi hanya akan terjadi di Jawa Tengah dan Jakarta.
"Bali dan Sumut juga mestinya menjadi pertaruhan politik PDIP dan Megawati ya. Tapi rasa-rasanya karena memang ekspos dan eksposur politik tidak sekencang Jawa Tengah dan Jakarta, sepertinya memang huru-hara dan dinamika politik di Bali dan Sumut tidak terlampau kelihatan," jelas Adi.
"Memang yang menjadi sarana pertarungan antara Jokowi dan Megawati terlihat sekali di Jakarta dan Jawa Tengah. Sangat kelihatan sekali head to head-nya," Adi menambahkan.
Baca juga Terungkap, Video Ajakan Prabowo Memilih Ahmad Luthfi-Taj Yasin Diambil di Rumah Jokowi
Jokowi, Ujian Berat Megawati
Beban berat ada pada kubu PDIP dan Megawati, yang harus mati-matian menjaga basisnya dari kekalahan di Pilkada 2024. Lawan yang harus dihadapi adalah Jokowi. Presiden dua periode. Sosok yang punya pengaruh besar dan basis elektoral, termasuk di kantong-kantong suara PDIP.
"Nah, Pilkada 2024 ini tentu menjadi ujian bagi PDIP karena yang dihadapi itu adalah Jokowi, mantan presiden dan mantan kader PDIP yang saya kira masih memiliki basis pendukung," kata Adi Prayitno.
Oleh karena itu, kerja-kerja politik, penetrasi di bawah akan menjadi penentu segala-galanya untuk memenangkan pertarungan di kandang banteng, terutama bagi Megawati dan PDIP.
"Karena apa pun judulnya, Jawa Tengah itu selalu disebut sebagai kandangnya banteng," kata Adi.
"Saya kira di situ konteksnya, siapa yang kuat melakukan kerja politik, kampanye politik sampai ke akar rumput, tentu kerjanya sampai akhir, sampai pencoblosan, dialah yang memenangkan pertarungan. Tentu waktu yang akan menjawab," ujar Adi.
Jokowi menjadi sosok king maker yang diperhitungkan sejak hubungannya memburuk dengan Megawati. Manuver serta pengaruh Jokowi di kancah politik sangat besar, terutama di Pilpres 2024, yang menempatkan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden untuk Prabowo Subianto.
Bahkan Jokowi mengaku ada 80 pasang calon kepala daerah yang memintanya untuk memenangi Pilkada 2024. Mereka meminta dukungan dalam berbagai bentuk, mulai dari permintaan pembuatan video untuk menyatakan dukungan, foto bersama, hingga lain-lain.
"Ya mungkin ada lebih dari 80-an paslon," kata Jokowi usai mengikuti kegiatan pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jakarta Ridwan Kamil-Suswono (Rido) di kawasan Kemayoran, Jakarta, Senin malam, dilansir Antara.
Jokowi berharap dukungannya mampu mendongkrak popularitas dan elektabilitas paslon. Apalagi, paslon yang didukung juga sudah dilihat bagaimana rekam jejaknya, sejauh apa memahami permasalahan yang ada, serta komitmen untuk membantu masyarakat.
"Banyak permintaan untuk saya datang mendukung langsung, tetapi waktunya kan tidak mungkin saya datangi semuanya," ujar Jokowi.
Baca juga Sekjen PDIP: Jokowi Wis Ora Njawani
Advertisement
Adu Kuat Megawati vs Jokowi di Jakarta
Pertarungan Megawati versus Jokowi tidak hanya terjadi di Pilkada Jawa Tengah, Sumut, dan Bali. Di Jakarta, rivalitas keduanya sudah memanas sejak sepekan terakhir. Di Jakarta, PDIP mengusung Pramono Anung-Rano Karno. Sementara, Jokowi mendukung Ridwan Kamil-Suswono, pasangan calon yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
"Kalau mau jujur, sebenarnya Jakarta juga adalah pertarungan antara Jokowi dan Megawati. Karena bagaimanapun Pramono Anung itu adalah kader PDIP, dan Jokowi sudah memberikan dukungan politik kepada Ridwan Kamil," ujar pengamat politik Adi Prayitno.
Meskipun diakui Adi, sosok Pramono tidak menonjolkan wajah PDIP dan Megawati Soekarnoputri. Namun tidak dipungkiri, Pramono adalah salah satu orang kepercayaan Megawati dan sangat penting di PDIP.
"Tentu ini sebagai upaya agar Pram dan Si Doel bisa diterima di semua kalangan. Tapi publik juga tahu, Pram ini adalah orang yang cukup penting di PDIP. Dan bahkan salah satu orang kepercayaan Megawati," ujar Adi.
Pada saat bersamaan, lawannya adalah Ridwan Kamil, sosok yang dinilai sebagai orangnya Jokowi.
"Karena itu, ini akan menjadi moment of the truth, semacam pembuktian politik. Kira-kira siapa yang kuat mobilisasi dukungan politik, menggerakkan mesin-mesin partai, meyakinkan para pemilih Jakarta, dialah yang memenangkan pertarungan. Apakah Jokowi ataukah kekuatan politik Megawati," tuturnya.
Bedanya, pada Pilkada Jakarta, pasangan Pramono-Rano mendapatkan dukungan politik dari Anak Abah, pendukung militan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 lalu. Dukungan dari Anak Abah dinilai akan menjadi sumbangan elektoral bagi Pramono-Rano. "Dan Anies secara eksplisit memberikan dukungan kepada kubu nomor 3," ujar Adi.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai Pilkada Jakarta 2024 bukan hanya memunculkan Megawati dan Jokowi sebagai sosok king maker. Ada juga Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Jamil menjelaskan, di Jakarta misalnya, dari hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Pramono-Rano 38,3 persen. Sementara elektabilitas RK-Suswono 34,6 persen. Artinya, perbedaan elektabilitas dua paslon tersebut tidak signifikan.
Menariknya, lanjut Jamil, yang belum menentukan pilihan masih 23,8 persen. Jumlah ini sangat besar, sehingga berpeluang memenangkan paslon baik yang didukung Megawati dan Anies maupun Jokowi dan Prabowo.
"Jadi, king maker, baik Megawati dan Anies maupun Jokowi dan Prabowo berpeluang mempengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan. Mereka yang belum menentukan pilihan pada umumnya pemilih rasional dan terdidik," kata Jamil.
"Pertarungan mempengaruhi pemilih rasional dan terdidik justru akan terjadi antara Anies dan Prabowo. Dua sosok ini lebih diterima, sehingga lebih dapat mempengaruhi kelompok pemilih rasional dan terdidik," tambahnya.
Baca juga Jokowi: Kenapa Saya Mendukung Ridwan Kamil? Karena Rekam Jejak
Jokowi Turun Gunung
Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ikut menghadiri kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi-Taj Yasin, di Purwokerto, Banyumas, Sabtu, 16 November 2024.
Kampanye terbuka pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang dihadiri Jokowi dikemas dalam bentuk kirab, dari salah satu hotel menuju lokasi tebus murah paket sembako di halaman Hetero Space Purwokerto, Sabtu pagi.
Dalam kirab itu, Jokowi bersama pasangan Luthfi-Yasin menumpang sebuah mobil jip guna menyapa masyarakat dan membagikan kaus.
Sesekali, Jokowi menunjukkan tangan ke arah pasangan Luthfi-Yasin yang berada di belakangnya.
Sesampainya di halaman Hetero Space, Jokowi segera turun dari mobil jip dan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke mobilnya yang telah menunggu di Jalan Merdeka, Purwokerto.
Setelah terang-terangan mendukung dan berkampanye untuk Ahmad Luthfi-Taj Yasin, Jokowi kemudian secara resmi menyatakan dukungan kepada cagub-cawagub Ridwan Kamil dan Suswono di Pilkada Jakarta 2024.
Jokowi juga dengan tegas menyatakan bersedia ikut kampanye dan blusukan jika diajak Ridwan Kamil selama masih berada di Jakarta.
"Ya (ikut blusukan), kalau diundang, kalau diajak," kata Jokowi di Kaizen Heritage, Jakarta Pusat, Senin, 18 November 2024.
Menurut Jokowi, satu minggu terakhir masa kampanye adalah waktu terbaik dan paling menentukan. Sehingga, kata dia, diperlukan kerja keras bersama di detik-detik terakhir.
Oleh sebab itu, Jokowi menyambangi wilayah-wilayah yang pasangan calonnya ia dukung di Pilkada 2024.
"Semuanya memang di tahap terakhir seperti ini harus bekerja keras. Saya datang karena memang saya mendukung," kata mantan wali kota Solo.
"Di Jawa Tengah juga saya datang karena saya mendukung. Saya diundang ke Jakarta, saya datang karena saya mendukung," sambung Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi mengaku ada pasangan calon di wilayah lain yang juga didukung. Namun, waktu yang sempit tak memungkinkan Jokowi untuk menyambangi mereka satu-persatu.
"Ada (daerah lain), tapi kan waktunya enggak mungkin kan saya datangi semuanya," ujar Jokowi.
Di Jakarta, pasangan Ridwan Kamil-Suswono akan menggelar kampanye akbar pada Sabtu, 23 November 2024 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Jokowi sendiri menyatakan siap ikut menghadiri kampanye akbar RK-Suswono.
"Gimana? Kalau diundang (datang)," ujar Jokowi.
Ridwan Kamil yang berdiri di samping Jokowi langsung mengonfirmasi bahwa ada undangan resmi untuk Jokowi agar bisa hadir di kampanye akbar kedua. "Diundang, Pak," kata Ridwan Kamil.
Baca juga Usai Didukung Jokowi dan Prabowo di Pilkada Jakarta, Kini RK Harapkan Gibran
Advertisement
Reaksi PDIP Melihat Jokowi Turun Gunung di Pilkada 2024
Ketua DPP PDI Perjuangan Ronny Talapessy menyoroti langkah Jokowi yang turun gunung ke Jakarta dan Jawa Tengah untuk memberikan dukungan kepada salah satu kontestan pilgub di wilayah tersebut.
Ronny menilai, langkah Jokowi tersebut menunjukkan elektabilitas kandidat yang didukungnya yakni Ridwan Kamil di Jakarta dan Ahmad Luthfi di Jawa Tengah sedang terancam, bahkan merosot.
"Melihat Jokowi turun gunung, itu tanda elektabilitas RK dan Luthfi memang sedang terancam dan merosot. Survei-survei terakhir kan memang hasilnya saling susul menyusul," kata Ronny, dalam keterangannya, Selasa, 19 November 2024.
Ketua Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional DPP PDIP itu menyebut, dengan adanya cawe-cawe Jokowi pada Pilgub Jakarta dan Pilgub Jateng, menandakan strategi PDIP berjalan dengan baik.
"Terbukti di Jakarta dan Jateng, dari survei awal kami tertinggal cukup jauh, ternyata mulai menyalip dan memimpin. Jadi kami akan terus bekerja keras menyapa rakyat, dari pintu ke pintu," ujar Ronny.
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menyatakan bahwa Jokowi bukan lagi kader partai. Sehingga, dia mempersilakan saja jika Jokowi mendukung siapa pun di pilkada.
"Beliau sudah bukan kader partai karena melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai. Silakan saja," kata Djarot, Selasa, 19 November 2024.
Djarot mempersilakan masyarakat menilai watak dan kepribadian Jokowi. Pihaknya berserah diri kepada takdir dan kedaulatan rakyat.
"Gusti Allah mboten sare dan biarkan warga menilai watak, budi pekerti dan kepribadian seseorang. Kita selalu berserah diri kepada kekuasaan Gusti Allah dan kedaulatan rakyat," tuturnya.
"Saya yakin dan percaya warga Jakarta sudah cerdas dan bisa membedakan mana loyang dan mana emas," ucap Djarot.
PDIP: Jokowi Masih Candu Kekuasaan
Ketua DPP PDIP Deddy Yevry Sitorus mengkritisi Jokowi yang turun gunung mendukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta. Deddy menganggap Jokowi masih ada candu kekuasaan.
"Mungkin beliau masih candu kekuasaan, 20 tahun jadi pejabat dari wali kota sampai presiden tidak mampu memuaskan dahaganya akan kekuasaan," kata Deddy, Rabu, 20 November 2024.
"Seharusnya setelah 10 tahun jadi presiden, dia sudah mengerti artinya 'cukup'. Ternyata tidak," ujar Deddy.
Deddy menilai ada kepentingan pribadi Jokowi ingin memenangkan Ridwan Kamil di Jakarta. Dia berkata, Jokowi rindu sorot lampu kamera karena sudah tak lagi menjadi presiden.
"Tapi ketika dia turun kelas jadi jurkam cagub di Jakarta, artinya bukan kepentingan pribadi saja motivasinya, tetapi syahwat kekuasaan dan sorot lampu kamera yang dia rindukan. Itu kalau penilaian saya," ucap Deddy.
Baca juga Sekjen PDIP Singgung Pihak yang Bangun Kerajaan dengan Menempatkan Keluarga di Kekuasaan