Liputan6.com, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyatakan pindah kandang usai dikalahkan di Pilkada Jawa Tengah. Kini markas partai banteng berpindah ke Jakarta setelah berhasil mengklaim kemenangan pasangan Pilkada Jakarta Pramono Anung-Rano Karno.
"Kami memenangkan DKI Jakarta. Jadi dari Jawa Tengah, PDIP kandangnya sekarang di Ibu Kota Jakarta," ungkap Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus saat konferensi pers di DPP PDIP, Kamis, (28/11/2024).
Baca Juga
PDIP keok di kandangnya sendiri setelah dua kali kalah di Jawa Tengah. Kekalahan pertama pada saat Pilpres 2024 lalu di mana pasangan Ganjar-Mahfud MD hanya mendapat 16 persen suara, sedangkan Prabowo-Gibran unggul hingga 58 persen.
Advertisement
Kekalahannya pun kembali terjadi ketika Pilkada Jawa Tengah yang mengusung Andika Perkasa-Hendrar Prihardi melawan Ahmad Luthfi-Gus Yasin yang didukung Prabowo dan Jokowi.
"Mulai hari ini bisa menyebut Jawa Tengah bukan sebagai kandang banteng lagi. Tapi sebagai kandang bansos dan Parcok. Jadi jangan lagi sebut Jawa Tengah sebagai kandang banteng, tetapi sebagai kandang bansos dan Parcok," bebernya.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam mengatakan kekalahan PDIP kandangnya sendiri karena beberapa faktor, termasuk endorsement Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto kepada Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
"Besarnya dominasi mesin politik koalisi pengusung Luthfi-Taj Yasin sebesar kurang lebih 75 persen, yang didukung oleh political endorsement Jokowi dan Prabowo. Dukungan itu memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik, termasuk para donor logistik untuk all out memenangkan Luthfi-Taj Yasin," kata Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (IndoStrategic) seperti dikutip dari Antara.
Kekalahan PDIP di Jawa Tengah, diyakini juga karena karakter pemilih di provinsi itu diisi kelompok santri, yang direpresentasikan dalam pasangan Luthfi-Taj Yasin.
"Karakter pemilih Jawa Tengah yang mana wilayah pantura (pantai utara Jawa) didominasi oleh masyarakat santri, yang lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-santri yang tercermin di Luthfi-Yasin. Jaringan Nahdlatul Ulama sangat all out mendukung pasangan ini," kata Umam.
Sementara kandidat yang diusung PDIP, Andika-Hendrar, keduanya merepresentasikan kelompok nasionalis.
"Dengan demikian, kekuatan KIM yang di-back up oleh Jokowi bisa memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah, ditambah lagi constraint utama yang dihadapi calon PDIP pada Pilkada Jawa Tengah ini adalah faktor sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk untuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah," kata Umam.
PDIP Sebut Pilkada 2024 Penuh Ambisi Jokowi, Aksi Parcok dan Pj Kepala Daerah
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencermati pelaksanaan Pilkada Serentak 2024, khususnya pada hari pencoblosan tanggal 27 November.
“DPP PDI Perjuangan sangat mengkhawatirkan, karena bekerjanya sisi-sisi gelap demokrasi. Di mana sisi-sisi gelap ini digerakkan oleh suatu ambisi kekuasaan yang tidak pernah berhenti, yang merupakan perpaduan dari tiga aspek,” tutur Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2024).
“Pertama adalah ambisi Jokowi sendiri, kemudian yang kedua adalah gerakan parcok, partai coklat, dan yang ketiga Pj kepala daerah. Dan ini terjadi kejahatan terhadap demokrasi,” sambungnya.
Hasto mengulas anomali besar yang terjadi di Pilkada Banten, bahwa terjadi mobilisasi instrumen negara, baik aparatur dan sumber daya. Kemudian Pilkada Sumatera Utara, yang menggunakan simbolisasi beras untuk rakyat miskin.
“Dengan kode BN, Beras Nasional. Sebagai akronim juga BN dari Bobby Nasution,” jelas dia.
Dia juga membahas Pilkada Jawa Tengah, bahwa terjadi upaya keras untuk menghancurkan kandang banteng. Namun begitu, PDIP tetap kuat menghadapi banyaknya gelombang tekanan dari berbagai arah.
“Nanti secara empiris kami bisa buktikan bahwa ketika kandang banteng ini mencoba ditekan, tetapi ternyata justru secara progresif terjadi persemaian kandang-kandang banteng, termasuk di daerah-daerah yang sebelumnya mustahil untuk dimenangkan oleh PDI Perjuangan,” kata Hasto.
Selain itu, Pilkada Jawa Timur dan Sulawesi Utara disebutnya mengalami hal serupa dengan Banten.
“Untuk itu nanti terhadap kehadiran parcok dan Pj Kepala Daerah nanti Pak Deddy Sitorus (menyampaikan). Dan kemudian nanti saudara Ronny membahas terhadap proses-proses hukum yang akan dilakukan, karena ada pengingkaran juga terhadap marwah Mahkamah Konstitusi di dalam pelaksanaan Pilkada Serentak ini,” Hasto menandaskan.
Advertisement
Ajang Pilkada 2024 Disebut Jadi Tolak Ukur Kekuatan Jokowi
Pakar Hukum dari Universitas Andalas, Feri Amsari mengatakan Pilkada 2024 ini menjadi tolak ukur sejauh mana dominasi Presiden Ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi. Hal ini disampaikan dalam sebuah seminar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
"Ini catatan penting, besok pagi (27 November) super-super penting. Kenapa super penting? Karena besok pagi akan memperlihatkan apakah dominasi dinasti Mulyono masih bisa mengendalikan berbagai permainan politik atau tidak,” kata Feri.
Dia juga mengajak masyarakat untuk mengalahkan para calon kepala daerah yang telah di-endorse oleh Jokowi.
Dia beralasan, dengan mengalahkan para calon yang didukung Jokowi, sama saja menyelamatkan dan membantu Prabowo Subianto meningkatkan kepercayaan diri sebagai Presiden RI yang sedang menjabat.
“Kalau bisa 20an (kepala daerah didukung Jokowi) pastikan kalah, karena itu akan membantu Pak Prabowo percaya diri bahwa dia adalah Presiden,” ucap Feri.
“Kalau tidak, dia (Prabowo) tidak akan pernah bisa percaya diri bahwa dia Presiden. Dia akan merasa dia jadi Presiden karena pertolongan Mulyono,” sambung dia.