Liputan6.com, Bali Hitung cepat dari beberapa lembaga survei menunjukkan perolehan suara pasangan yang diusung PDI Perjuangan, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi tertinggal oleh calon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
Melihat hal tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo buka suara perihal tertinggalnya Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Dirinya pun melihat secara bijak kekalahan versi hitung cepat itu.
Baca Juga
"Ada yang kalah, ada yang menang, sebuah proses pasti biasa," ujarnya.
Advertisement
Saat diminta tanggapannya apakah kekalahan pasangan yang diusung PDI Perjuangan tersebut dampak dari kecurangan yang terjadi, Ganjar pun meminta semua pihak menunggu laporan yang telah mereka layangkan ke pihak terkait.
"Kita tunggu saja semua laporan, apakah diproses atau tidak, ada yang sudah dilaporkan, ada yang belum, maka tinggal menunggu aja prosesnya. Nanti kalau tidak, kamu kecewa yah gitu nggak?" ujar Ganjar.
Demokrasi Terancam Mati
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyatakan kekecewaannya atas Pilkada Serentak 2024 dan kekalahan calon yang diusung di daerah basis massa.
Dalam pidatonya, Megawati menyebutkan Pilkada 2024 menjadi tontonan demokrasi yang kini terancam mati karena penggunaan sumber daya dan alat negara.
“Hal ini tampak di beberapa wilayah yang saya amati terus-menerus, seperti Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, hingga Sulawesi Utara dan berbagai provinsi lainnya,” kata Megawati dikutip Kamis (28/11).
Jawa Tengah dikenal sebagai kandang banteng karena menjadi basis pemilih loyal PDIP. Dia tidak terima PDIP kalah di Jateng karena begitu mengenal daerah tersebut sejak lama.
"Saya mengenal baik Jawa Tengah dengan baik. Saya terpilih sebagai anggota DPR RI tiga kali. Jawa Tengah bukan hanya “kandang banteng”, namun menjadi tempat persemaian gagasan nasionalisme dan patriotisme," kata Megawati dalam keterangannya, Rabu (27/11).
Megawati curiga, telah terjadi mobilisasi kekuasaan sehingga warga Jateng bungkam. Dia meyayangkan praktik-praktik ini sudah di luar batas-batas kepatutan etika, moral dan hati nurani.
"Namun dalam situasi ketika segala sesuatu bisa dimobilisasi oleh kekuasaan, maka yang terjadi adalah pembungkaman," tegas dia.
Untuk itu, Presiden ke-5 RI ini menyerukan kepada kader untuk tidak takut menyuarakan kebenaran.
"Jangan pernah takut untuk menyuarakan kebenaran," ujar Megawati.
(*)
Advertisement