Sukses

Peta Politik Parpol Pilkada 2024, KIM Plus Menang Telak atas PDIP?

Pilkada Serentak 2024 tak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan bagi para calon kepala daerah, tetapi juga menjadi barometer kekuatan partai politik di Tanah Air.

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Serentak 2024 telah selesai digelar. Kini pertarungan sengit yang diikuti 1.556 pasangan kandidat untuk memperebutkan kursi kepemimpinan di 545 daerah di seluruh Indonesia itu tinggal menunggu hasil penghitungan resmi atau real count dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Meski begitu, hasil sementara Pilkada Serentak 2024 ini sudah bisa diketahui berdasarkan penghitungan cepat atau quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Hasilnya, kandidat yang diusung partai politik (parpol) Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus menang telak atas calon yang didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di banyak daerah.

Sebagaimana diketahui, Pilkada Serentak 2024 ini tak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan bagi para calon kepala daerah, tetapi juga menjadi barometer kekuatan partai politik di Tanah Air.

KIM Plus yang terdiri dari parpol-parpol koalisi pendukung pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, semula nyaris menguasai seluruh pencalonan, terutama di daerah-daerah lumbung suara, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten, dan Jakarta.

Namun peta politik seketika berubah setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah syarat pencalonan di UU Pilkada. KIM Plus pun mendapatkan lawan kuat di sejumlah daerah setelah PDIP bisa mengusung calonnya sendiri berkat putusan MK.

Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, KIM Plus menang di lima daerah lumbung suara. Sementara PDIP hanya unggul di satu daerah yakni Jakarta dengan perolehan suara berkisar 49-51 persen. Namun hasil ini belum berarti jagoan PDIP akan menang, sebab syarat pemenang Pilkada Jakarta adalah 50 persen plus 1 suara sah. Sementara hasil hitung cepat ini masih berada pada batas margin of error sekitar 1 persen, sehingga peluang Pilkada putaran kedua masih terbuka.

Pengamat Politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar menilai, kemenangan kandidat yang diusung KIM Plus di sejumlah daerah tak lepas dari intervensi kekuasaan yang saat ini memimpin. 

"Itu luar biasa efektif ya intervensi kekuasaan, kecuali di beberapa tempat yang saya kira gagal. Bahkan di Banten itu juga terlihat ada anomali di luar kebiasaan, artinya ada kekuatan besar yang bisa digulingkan juga," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/11/2024).

Dia menilai, Airin Rachmi Diany yang berasal dari keluarga dinasti Banten Ratu Atut Chosiyah kalah telak dari Andra Soni yang diusung KIM Plus tanpa Golkar. 

"Jadi beberapa wilayah termasuk Pilgub, lalu kemudian Pilbup, Pilwalkot Serang, Pandeglang juga itu rontok semua dengan KIM. Dan itu saya lihat banyak orang tidak menduga ya, karena dari segi elektabilitas juga tinggi ya keluarga Ratu Atut, tetapi bisa ditumbangkan," katanya.

Namun intervensi kekuasaan, menurut Usep, tidak terlalu berdampak signifikan. "Memang ada faktor-faktor lain saya kira yang mungkin bisa dibaca di Jakarta, yang berbeda juga petanya dengan Jawa Tengah dan wilayah-wilayah lain."

Usep menambahkan, kemenangan yang diraih kandidat KIM Plus ini juga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang secara terang-terangan mendukung sejumlah calon, bahkan langsung turun gunung. Begitu juga cawe-cawe yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto di Jateng.

"Pak Prabowo juga menyatakan langsung lewat secara verbal, itu nampak engagement-nya itu tidak hanya basa basi, tapi dia juga turun tangan. Itu menurut saya mendongkrak suara, di samping arenanya juga kan cukup lumayan mendukung untuk kepentingan itu," ujarnya.

Peneliti Populi Center ini melihat, euforia kemenangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 lalu juga berdampak pada Pilkada Jateng. Meski Jateng dikenal sebagai 'kandang banteng', namun pengaruh Jokowi ditambah koalisi gemuk mampu menumbangkan dominasi PDIP dalam dua kontestasi politik, yakni Pilpres dan Pilkada.  

"Saya kira faktor Pak Jokowi cukup kuat ya di situ. Sementara kan di partainya (PDIP) tidak bisa menjaga pemilihnya mendukung calon yang diusungnya. Karena di Pilpres itu kan terjadi split ticket voting, jadi pemilih-pemilih PDIP menginginkan calon yang diusung Pak Jokowi bukan oleh partainya secara resmi, dan itu juga terjadi dalam konteks pilgub saat ini," kata Usep.

Sementara terkait Pilkada Jakarta, Usep melihat peluang terjadinya putaran kedua masih terbuka. Sebab perolehan suara pasangan calon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga survei ada di angka 49-51 persen dengan margin of error sekitar 1 persen.

Jadi peluang satu putaran juga ada, dua putaran juga cukup besar. Belum bisa disimpulkan karena masih ada margin of error di situ. Ya kemungkinan dua putaran cukup terbuka lebar kalau lihat angka-angka," katanya.

Jika hasil penghitungan resmi KPU nanti menyatakan perolehan suara Pramono-Rano tak sampai 50 persen plus 1, maka Pilkada Jakarta akan berlanjut pada putaran kedua. Usep melihat, peluang kandidat yang diusung PDIP ini mempertahankan kemenangan masih besar mengingat ada banyak figur berpengaruh yang ikut mendukungnya, seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok hingga mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ditambah lagi gap suara Pramono-Rano dengan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang diusung KIM Plus pada putaran pertama terpaut cukup besar. Pasangan RIDO memperoleh suara sekitar 39-40 persen berdasarkan hitung cepat, sementara pasangan nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana mendapat suara sekitar 10 persen.

"Jadi sebenarnya kalau dilihat dari angka ini secara logis perjuangan untuk meraih kemenangan Mas Pram dan Pak Rano sudah cukup dekat. Agak sulit juga membalik posisi, karena angka di putaran pertama itu cukup tinggi bagi pasangan Pram-Rano. Beda dengan 2017 Pak Anies yang bisa membalik kemenangan Pak Ahok dan mengambil semua suara dari pak Agus," ucap Usep.

Namun, begitu PDIP juga harus memperhatikan angka golput di Jakarta yang sangat tinggi mencapai 46 persen, di samping juga merebut suara dari pemilih Dharma-Kun apabila ingin mempertahankan kemenangan.

Terakhir, Usep menyoroti dampak yang ditimbulkan dari banyaknya kandidat yang diusung KIM Plus memenangi Pilkada Serentak 2024. Menurutnya, dominasi KIM Plus dalam pemerintahan di level pusat hingga daerah membawa dampak negatif bagi demokrasi. 

"Dampak positifnya mungkin akan mudah mengkoordinasikan antara pusat dan daerah. Tapi di satu sisi itu tidak ada kontrol dari daerah, dan kemudian kan ini dampaknya bagi demokrasi juga. Artinya kemauan pusat akhirnya akan sangat mulus, kemudian tidak ada respons yang mungkin berbeda pendapat yang bisa menjadi kontrol terhadap pemerintah pusat," katanya.

"Cawe-cawe kekuasaan terhadap demokrasi ini mungkin akan semakin tebal ke depan. Itu yang kemudian menjadi catatan dalam konteks pembangunan demokrasi," ucap Usep S Akhyar memungkasi.

2 dari 5 halaman

Faktor Kekalahan PDIP di Kandang Banteng

Berbeda dengan Usep, Pengamat Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati menilai bahwa kemenangan kandidat yang diusung KIM Plus di sejumlah daerah merupakan hasil kerja mesin partai yang berjalan baik di semua level. Namun pengaruh dari dukungan Jokowi dan Prabowo juga tak bisa dikesampingkan. 

"Saya pikir itu menunjukkan mesin konsolidasi parpol KIM berjalan harmonis dan kuat dari level nasional hingga ke daerah. Faktor endorsement dan juga calon yang berlatar belakang putra daerah juga menjadi dua faktor kunci," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat.

Sementara terkait kekalahan PDIP di Pilkada Jateng, Wasisto melihat ada anomali pilihan politik di daerah yang dikenal sebagai kandang banteng tersebut pada 2024. Meski pada pemilihan legislatif PDIP menang di Jateng, namun pada pemilihan presiden dan kepala daerah partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu keok di kandangnya.

"Saya pikir Jateng pada tahun 2024 mengalami anomali pilihan politik dari pemilih dimulai dari beda hasil antara Pileg, Pilpres, dan Pilkada," ucapnya.

Pengamat Politik Ahmad Khoirul Umam mengungkap beberapa faktor yang menyebabkan PDIP kalah di kandangnya sendiri pada Pilkada Jateng 2-24, salah satunya karena adanya endorsement Jokowi dan Prabowo Subianto kepada Ahmad Luthfi-Taj Yasin.

"Besarnya dominasi mesin politik koalisi pengusung Luthfi-Taj Yasin sebesar kurang lebih 75 persen, yang didukung oleh political endorsement Jokowi dan Prabowo. Dukungan itu memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik, termasuk para donor logistik untuk all out memenangkan Luthfi-Taj Yasin," kata Khoirul Umam, seperti dikutip dari Antara.

Kekalahan PDIP di Jawa Tengah, diyakini juga karena karakter pemilih di provinsi itu diisi kelompok santri yang direpresentasikan dalam pasangan Luthfi-Taj Yasin.

"Karakter pemilih Jawa Tengah yang mana wilayah pantura (pantai utara Jawa) didominasi oleh masyarakat santri, yang lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-santri yang tercermin di Luthfi-Yasin. Jaringan Nahdlatul Ulama sangat all out mendukung pasangan ini," kata Umam.

Sementara kandidat yang diusung PDIP yakni Andika Perka-Hendrar Prihadi, keduanya merepresentasikan kelompok nasionalis.

"Dengan demikian, kekuatan KIM yang di-back up oleh Jokowi bisa memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah, ditambah lagi constraint utama yang dihadapi calon PDIP pada Pilkada Jawa Tengah ini adalah faktor sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk untuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah," ucap Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (IndoStrategic) ini memungkasi.

3 dari 5 halaman

Didukung Jokowi dan Prabowo, Mengapa RIDO Kalah di Jakarta?

Hasil hitung cepat Pilkada Jakarta menunjukkan kekalahan bagi pasangan calon nomor urut 01, Ridwan Kamil-Suswono (RIDO). Mereka tertinggal cukup jauh dari pasangan nomor urut 03, Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) dengan selisih suara sekitar 10-11 persen.

Pengamat Politik Ari Junaedi mengungkapkan beberapa faktor di balik kegagalan RK-Suswono, yaitu mesin partai KIM Plis yang loyo. Ari mencatat bahwa mesin partai pendukung RK-Suswono di Jakarta tidak bergerak secara optimal.

"PKB dan NasDem yang seharusnya menjadi basis suara justru lebih memilih Pram-Doel. Sementara mesin PDIP terlihat begitu solid dalam mengarahkan suara," ungkap Ari, Kamis (28/11/2024).

Selain itu, RK-Suswono yang kerap melakukan blunder dalam menyampaikan isu kampanye juga berdampak pada perolehan siuara. Contohnya, pernyataan kontroversial tentang janda yang dilontarkan oleh Suswono dan RK dengan gaya bercandaan menyinggung perasaan banyak orang, terutama para single parent.

Sementara dukungan dari Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto juga tak memberikan dampak signifikan terhadap suara mereka di Jakarta. Pemilih di Jakarta dinilai lebih realistis dalam memilih calon pemimpinnya, ketimbang figur di belakangnya.

"Endorse para tokoh untuk RK-Suswono tidak menjadi faktor penentu di Pilgub Jakarta, karena pemilih di Jakarta sangat realistis," ucap Ari.

Analisis ini juga diamini PKS. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebut, Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang terdiri dari 15 Parpol belum optimal dalam memenangkan Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta.

Oleh karena itu, apabila Pilkada Jakarta nantinya berlangsung dua putaran, ia berharap semua partai bekerja optimal memenangkan RK-Suswono.

“Kalau terjadi putaran dua. Satu, kita itu punya partai yang demikian banyak dan demikian bagus. Kami percaya partai 14 atau 16 yang dukung itu bagus-bagus semua, tapi kemarin nampaknya belum optimal,” kata Mardani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Dia berharap di putaran kedua nanti semua partai bergerak dan mendapat amunisi atau logistik untuk memenangkan RK-Suswono. “Nah nanti harus betul-betul semua partai diberikan amunisi. Jujur semua partai abis, pileg pilpres kemarin tuh kalau tanya saya, duit saya abis,” ujarnya.

Selain itu, strategi lainnya untuk memenangkan pasangan RIDO adalah dengan merebut suara dari pendukung Dharma-Kun. “Nah yang ketiga tentu sebisa mungkin punya aliansi strategis. Kalau Dhrma-Kun kosong kita amankan, kalau enggak kosong kita yang lain. Tapi saya tetap yakin Kalau 2 putaran, RIDO menang,” ucap Mardani memungkasi.

Namun pernyataan Mardani ini dibantah Sekretaris Tim Pemenangan Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), Basri Baco.

Politikus yang menjabat sebagai Sekretaris DPD Partai Golkar DKI Jakarta ini menyatakan bahwa seluruh parpol KIM Plus telah bekerja keras, termasuk relawan hingga organisasi masyarakat (Ormas) terkait.

“Yang pertama bahwa tidak benar kalau PKS tidak maksimal, yang pasti 16 Partai ini tiap hari pulang pagi di posko ini, dan semuanya bekerja maksimal, termasuk relawan dan ormas, tidak ada yang tidak bekerja maksimal,” kata Baco di DPD Golkar DKI, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2024).

4 dari 5 halaman

Saling Klaim Pilkada Jakarta 1 dan 2 Putaran

Pasangan Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno mendeklarasikan kemenangan di Pilkada Jakarta 2024. Hal itu dilakukan setelah mempelajari hasil real count KPUD DKI Jakarta berdasarkan perhitungan formulir C hasil KWK di seluruh daerah pemilihan Jakarta. Adapun, hasilnya menunjukkan pasangan Pramono-Rano mendapatkan 2.183.577 suara atau 50,07 persen.

"Alhamdulillah hasil real account KPUD DKI Jakarta dan perhitungan formulir C hasil KWK saat ini, pagi ini, Kamis 28 November 2024 telah mencapai 100 persen TPS di seluruh daerah pemilihan Jakarta dengan menunjukkan hasil bagi pasangan nomor 03 yaitu 2.183.577 suara atau 50,07 persen," kata Pramono saat konferensi pers, Kamis (28/11/2024).

"Untuk itu kami bisa menyampaikan, mendeklarasikan bahwa pasangan calon nomor 03 Mas Pram dan Bang Doel telah memenangkan konsultasi Pilgub DKI Jakarta dalam satu putaran dengan perolehan 50,07 persen," sambungnya.

Pramono mengatakan hasil ini sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang nomor 29 tahun 2007 dan juga dengan Undang-Undang DKJ (Daerah Khusus Jakarta) nomor 2 tahun 2024. Di mana Gubernur dan Wakil Gubernur DKJ dipilih secara langsung melalui Pilkada dengan perolehan 50 persen plus 1 suara sah. 

Mantan Sekretaris Kabinet ini pun berterima kasih kepada seluruh warga Jakarta yang telah menyalurkan hak pilihnya, khususnya kepada pemilih pasangan Pramono-Rano.

"Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur dan rasa terima kasih mendalam kepada seluruh warga Jakarta yang telah memberikan hak pilihnya," ujar dia.

Meski begitu, Pramono menyatakan akan tetap menunggu pengumuman resmi hasil rekapitulasi manual Pilgub Jakarta 2024 dari KPU Provinsi DKI Jakarta.

Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Pasangan Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) Ahmad Riza Patria (Ariza) mengungkapkan, hasil real count yang dilakukan oleh internalnya menunjukkan Pilkada Jakarta harus berlanjut hingga dua putaran. Sebab belum ada kandidat yang meraih suara 50 persen plus 1.

"Paslon nomor urut 1 memperoleh suara 40,17 persen dengan perolehan suara 1.748.714. Paslon nomor 2 10,55 persen dengan peroleh suara 459.475," kata Riza di Kantor DPD Golkar, Jakarta Pusat, Kamis dini hari (28/11/2024).

"Kemudian paslon nomor urut 3 dengan perolehan 2.145.494 dengan perolehan 49 persen atau 49,28 persen, data masuk sudah mencapai 99,9 persen" imbuhnya.

Berdasarkan data yang masuk dan hasil Form C-1 yang terinput, Ariza berujar bahwa Pilkada Jakarta 2024 akan terjadi dua putaran.

"Dengan ini kami menyampaikan hasil input data yang kami terima menyatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 di DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran," ujar Ariza.

Secara terpisah, Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyebut, tim pemenangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) tengah menyiapkan strategi untuk menang di putaran kedua Pilkada Jakarta 2024.

"Strategi-strategi (pemenangan di putaran kedua) itu akan dirumuskan oleh tim pemenangan yang tentunya setelah mengevaluasi hasil-hasil kerja pada saat kemarin," ujar Dasco dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (28/11/2024).

Ketua Dewan Pembina Tim Pemenangan RIDO ini mengatakan, pihaknya juga tengah menunggu hasil perhitungan atau real count dari KPU Jakarta.

Menurut Dasco, langkah itu dilakukan setelah Ketua Tim Pemenangan RIDO Ahmad Riza Patria (Ariza), menyatakan dari hasil hitungan internal RIDO, Pilkada Jakarta dua putaran.

"Ya jadi kalau Pilkada Jakarta kami juga sedang menunggu perhitungan real count dari KPU walaupun kemudian di internal sudah diumumkan oleh ketua tim dari paslon RIDO, Pak Ariza Patria sudah mengumumkan bahwa untuk perhitungan internal yang dihitung itu kemungkinan besar akan terjadi dua putaran," tandas Dasco.

PDIP Siap Adu Data

Bendahara Tim Pemenangan Pramono-Rano, Charles Honoris menyatakan, pihaknya siap menunjukkan data-data yang menyatakan pasangan nomor urut 3 itu menang satu putaran di Pilkada Jakarta 2024.

"Iya, siap adu data dan semakin hari, selama perjalanan proses penghitungan rekapitulasi, saya yakin akan semakin terang benderang bahwa pilkada ini hanya akan berjalan selama satu putaran saja," kata Charles di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat pada Jumat (29/11/2024).

Charles mengatakan, tim kampanye Pramono Anung-Rano Karno telah mengantongi hasil C-1. Bahkan, hasil C-1 juga sudah di-upload oleh KPU melalui aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik (Sirekap).

Dia menambahkan, kedua data telah disinkronisasikan. Hasilnya, pasangan Pramono Anung-Rano Karno mendapatkan perolehan suara 50,07 persen. Oleh karena itu, Pramono-Rano menang dalam Pilkada Jakarta 2024 dalam satu putaran.

"Kenapa kami yakin bahwa pilkada sudah selesai, bahwa pilkada dilakukan hanya ada satu putaran, karena kami melakukan tabulasi melalui data C1. Baik yang fisik yang kami miliki maupun yang sudah di-upload oleh KPU di situs Sirekap," ujar Charles.

"Kan enggak mungkin C1 yang di-upload oleh KPU itu salah, gitu kan," Charles menegaskan.

Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyoroti hasil hitung cepat atau quick count Pilkada Jakarta 2024 yang menunjukkan Pramono-Rano memperoleh suara 50 persen lebih. Hasto menegaskan, apabila penghitungan suara berlangsung jujur, maka paslon nomor urut 3 itu dipastikan akan menang dalam satu putaran saja.

“Kami tetap meyakini Mas Pram-Rano Karno satu putaran itu kalau fair, itu kalau jujur dan seluruh simpatisan masyarakat Jakarta mari kita kawal agar ini benar-benar satu putaran,” kata Hasto di TPS 024, Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).

Bahkan, menurut Hasto, hasil penghitungan exit poll dan quick count internal menyebutkan Pramono Anung-Rano Karno menang satu putaran di Pilkada Jakarta dengan raihan 53 persen.

“Di Jakarta kami melihat bahwa dari hasil exit poll dan juga quick count yang dilakukan di internal partai menunjukkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno unggul dan memenangkan satu putaran,” kata dia.

Hasto meminta seluruh relawan tetap waspada karena ada indikasi dan manuver yang bergerak agar Pilkada Jakarta berlanjut ke putaran kedua.

“Untuk itu seluruh relawan simpatisan anggota dan kader partai agar waspada, karena ada pihak-pihak tertentu yang mencoba memaksakan di Jakarta agar dua putaran,” kata Sekjen PDIP.

Tunggu Hasil Resmi KPU

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Wahyu Dinata angkat suara soal klaim dari dua kubu kandidat Pilgub Jakarta, yakni Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono Anung-Rano Karno.

Menurut Wahyu, saat ini belum bisa ditentukan apakah Pilkada Jakarta berlangsung satu atau dua putaran, sebab hasil resmi dari KPU harus menunggu rekapitulasi berjenjang.

"Ya kami juga monitor di media sebenarnya ya, setiap paslon itu pasti di kata akhirnya menunggu rekapitulasi akhir dari KPU. Jadi walaupun ada yang mengklaim, ada yang menyatakan satu putaran, dua putaran, mereka tetap menunggu hasil resmi dari KPU," kata Wahyu di Kantor KPU DKI Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Terkait adanya hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei, Wahyu mewanti hasil resmi hanya yang dikeluarkan oleh KPU. Maka dari itu, jika ada yang sudah menyampaikan maka hal itu menjadi hak masing-masing dan KPU tidak terlibat di dalamnya.

“Mengenai hasil yang sudah diumumkan oleh pasangan calon tertentu, menurut kami itu hak pasangan calon ya, untuk menyampaikan informasi-informasi yang mereka punya, tapi kami tetap berpegang bahwa hasil resmi itu hanya yang dikeluarkan oleh KPU,” jelas Wahyu.

“Jadi kalaupun nanti ada pasangan calon satu, dua, dan tiga, mempunyai versi mereka masing-masing, tentu saja versi yang valid itu adalah versi dari KPU. Maka harap besabar ya,” imbuh dia menandasi.

Sementara itu, Cagub Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil (RK) mengaku bakal menerima apapun hasil final Pilkada Jakarta dari KPU. Dia juga mengajak pendukung untuk bersabar menanti keputusan resmi KPU Jakarta.

“Mari kita menunggu keputusan resmi dari KPU dengan seksama. Jika hasilnya sudah final dan mengikat, pasangan RIDO akan menerima dengan baik. Sambil menunggu keputusan final KPU, semua unsur pendukung RIDO harus tetap dan terus semangat," kata RK dalam keterangan tertulis, Jumat (29/11/2024).

Dia mengucapkan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan yang menyukseskan perhelatan Pilkada Jakarta 2024. Menurutnya, Pilkada Jakarta 2024 telah dihelat dengan baik dan sesuai aturan.

"Saya pribadi menghaturkan terima kasih kepada seluruh warga Jakarta yang sudah berkenan menitipkan dan mempercayakan pembangunan masa depan Jakarta kepada pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO)," kata dia.

Tak lupa, mantan gubernur Jawa Barat itu juga mengucapkan terima kasih kepada para relawan, partai pengusung, pendukung, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang telah berjuang dalam memenangkan pasangan RIDO.

 

 

5 dari 5 halaman

PDIP Klaim Menang di 14 Provinsi

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berterima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah berpartisipasi dalam Pilkada Serentak 2024 dan masih memberikan kepercayaan kepada partai tersebut.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan, pihaknya memenangkan 14 provinsi dalam Pilkada Serentak 2024 di tengah kondisi kegelapan demokrasi, akibat campur tangan Polri dan Pj Kepala Daerah.

“Ini mencerminkan besarnya dukungan rakyat bahkan basis PDI Perjuangan pun mengalami perluasan,” tutur Hasto di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2024).

Hasto mengambil contoh Kota Depok, yang secara kultural menjadi basis Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun kalah oleh PDIP. Termasuk juga Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Gunung Kidul, yang dalam sejarah selalu dimenangkan oleh Partai Golkar.

“Tetapi kali ini, justru oleh calon dari saudari Indah Subekti, yang ketika Pilpres dia yang melakukan perlawanan secara terbuka terhadap intervensi dari Jokowi, ternyata rakyat Gunung Kidul memberikan dukungan terhadap siapa yang berani melawan berbagai intimidasi dengan memenangkan saudari Indah Subekti,” jelas dia.

Hasto turut menyinggung kemenangan kader PDIP Masinton Pasaribu di Tapanuli Tengah, yang menjadi simbol perlawanan kritis terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi. Kota Tebing Tinggi juga disebutnya tidak pernah dimenangkan oleh PDIP, namun kini Ketua DPC PDIP Imam Irdian Saragih terpilih sebagai wali kota.

“Demikian pula di daerah-daerah seperti Papua Induk kita berhadapan dengan melawan mantan Kapolda yang ternyata juga, bagaimana Papua Indok itu mereka telah merasakan berbagai bentuk intimidasi dan kemudian mereka memberikan perlawanan dengan memenangkan Kader PDI Perjuangan,” ungkapnya.

“Karena itu lah secara total berdasarkan rekapitulasi sementara, kalau sebelumnya PDIP hanya menang di enam gubernur, maka sekarang kami memenangi 14 provinsi dan kemudian yang berasal dari kader itu sebelumnya juga hanya sekitar lima, kemudian sekarang menjadi sembilan,” sambung dia.

Hasto lantas merinci daerah-daerah yang dimenangkan oleh PDIP, di antaranya Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Barat.

“Jadi mengapa PDIP di banyak memenangkan di Papua karena Papua menjadi simbol eksploitasi. Berbagai upaya-upaya untuk membangun infrastruktur jalan, mereka itu menjadi bagian dari kepentingan oligarki untuk memperluas eksploitasi sumber daya alam yang ada di Papua sehingga mereka memiliki respon dengan memenangkan PDIP,” terang Hasto.

“Dan demikian termasuk di Sumatera Barat itu menunjukkan perluasan basis dari PDIP,” lanjutnya.

Tidak ketinggalan soal kemenangan PDIP di Provinsi Riau, yang menjadi pertama kalinya PDIP unggul di pemilu legislatif dan pemilihan gubernur.

“Artinya ini juga menunjukkan bagaimana ketika kandang Banteng dicoba diambil alih, yang terjadi justru kandang Banteng ini berkembang biak. Malah dukungan rakyat memperluas, jadi dari kandang Banteng di wilayah Sumatera,” Hasto menandaskan.

Hasil Quick Count Pilkada 2024 di 9 Provinsi

Liputan6.com telah merangkum hasil quick count Pilkada Serentak 2024 dari LSI Denny JA di 9 provinsi yang dianggap sebagai barometer kekuatan politik nasional. Berikut peta kekuatan partai politik yang berhasil meraih kemenangan:

1. Jakarta:

1. Ridwan Kamil-Suswono: 39.18%

Partai pengusung: Partai Golkar, PKS, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai NasDem, PSI, PKB, PAN, PPP, Perindo, Partai Garuda, dan Partai Gelora

2. Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto: 10.68%

Partai Pengusung: Independen

3. Pramono Anung-Rano Karno: 50.14%

Partai Pengusung: PDIP, Hanura

2. Pilkada Jatim: 

1. Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim: 8,38%.

Partai pengusung: PKB

2. Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak: 58,14%.

Partai pengusung: Gerindra, Golkar, Demokrat, NasDem, PAN, PKS, PPP, PSI, Perindo, Gelora, Buruh, PBB, PKN, Garuda, Prima

3. Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans: 33,48%.

Partai pengusung: PDIP, Hanura

3. Pilkada Banten:

1. Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi : 44,79%

Partai Pengusung: Golkar, PDIP, PBB, PKN, Partai Buruh, Partai Ummat dan Gelora

2. Andra Soni - Achmad Dimyati Natakusumah: 55,21%

Partai Pengusung: Gerindra, PAN, PKS, Demokrat, NasDem, PKB, PPP, PSI, Garuda dan Prima

4. Sulawesi Selatan:

1.Moh Ramdhan Pomanto- Azhar Arsyad: 35,67%

Partai pengusung: PPP, PKB dan PDIP

2. Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi: 64,33%

Partai Pengusung: Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, PKS, Gelora, PSI, Perindo, Demokrat, dan Hanura. 

5. Sumatera Utara

1. Muhammad Bobby Afif Nasution - Surya: 62.06%

Partai Pengusung: PKS, Gerindra, PKB, PAN, Golkar, Nasdem, Demokrat, PPP

2. Edy Rahmayadi - Hasan Basri Sagala: 37.94%

Partai pengusung: PDIP, Partai Hanura, Partai Ummat, Partai Buruh, PKN, Gelora 

6. Jawa Tengah

1. Andika Perkasa - Hendrar Prihadi: 41.58%

Partai Pengusung: PDIP

2. Ahmad Luthfi - Taj Yasin: 58.42%

Partai Pengusung: PAN, Demokrat, Gerindra, Golkar, PKS, PKB, NasDem, PPP, PSI, Buruh, Garuda, Gelora

7. Bali

1. Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana 38,56 persen

Partai Pengusung: PAN, PSI, PKN, Demokrat, NasDem, PKS, Golkar, dan Gerindra.

2. I Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta: 61,44 persen

Partai Pengusung: Partai Ummat, PDI Perjuangan, Perindo, Hanura, Partai Gelora Indonesia, PKB, Partai Buruh, dan PBB. 

8. Pilkada Jabar

1. Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwinatarina: 10,42%

Partai pengusung: PKB

2. Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja: 9,02%

Partai pengusung: PDIP

3. Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie: 18,33%

Partai pengusung: Partai NasDem, PKS, dan PPP

4. Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan: 62,22%

Partai pengusung: Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, Hanura, Gelora, Garuda, PKN, Partai Buruh, PRIMA, Perindo, PBB, dan Partai Ummat.

9. Sulawesi Utara

1. Yulius-Johannes: 36,48 persen suara

Partai pengusung: PAN, Perindo, PSI, NasDem, PKS, PKB, Golkar, dan Gerindra

2. Elly Engelbert Lasut-Hanny J. Pajouw: 32,00 persen

Partai pengusung: Partai Demokrat, PKN, Partai Buruh, dan PBB

3. Steven Kandouw-Alfred Denny: 31,52 persen suara.

Partai pengusung: PDIP

Video Terkini