Sukses

Meaningful Connectivity Jadi Potret Baru bagi Kemajuan Digitalisasi di Indonesia

Kesuksesan Naruna kini juga dirasakan oleh Tugiyem, Ria, dan perempuan lain anggota Jagadhita, yang turut merasakan manfaat dari usaha yang memanfaatkan digitalisasi secara maksimal.

Liputan6.com, Jakarta Ibu berbaju merah marun dan kerudung hitam itu dengan penuh tenaga memeras spons menggunakan tangan kanannya. Airnya yang sudah berubah warna menjadi putih krem mengalir ke dalam ember. Setelah spons tak terlalu basah, ia mengusap-usapnya pada gagang cangkir dari tanah liat yang dipegang tangan kirinya.

Dia adalah Tugiyem, seorang wanita yang sudah lanjut usia. Hari itu, puluhan gagang cangkir dibersihkannya dan disimpan rapi dalam boks plastik bening untuk diserahkan kepada Naruna.

“Perasaanku cuma untuk cari penghasilan saja,” kata Tugiyem sambil tertawa, memperlihatkan giginya yang sudah tanggal di beberapa tempat.

Ria, ibu rumah tangga yang lebih muda, juga menjalani pekerjaan serupa. Setiap pagi setelah mengurus rumah tangga, Ria memulai aktivitasnya dengan memilin tanah liat untuk membuat gagang cangkir.

“Senang bisa coba hal baru, Alhamdulillah bisa tambah penghasilan buat jajan anak dan makan sehari-hari,” ujar Ria bersyukur.

Meskipun tinggal di tempat yang berbeda, Tugiyem dan Ria bergabung dalam kelompok pemberdayaan Jagadhita yang dibentuk oleh Naruna. Kelompok ini mendukung pengusaha UMKM yang bergerak di bidang kerajinan keramik.

“Kami harus menggandeng sekitar. Teman-teman yang lebih tua kami latih agar kualitasnya sesuai standar,” kata Roy Wibisono, CEO Naruna.

 

Meski masih skala UMKM, Naruna sudah memasarkan produk keramiknya ke 16 negara, termasuk Eropa, dalam dua tahun terakhir. Kesuksesan ini berkat kerja keras dan pemanfaatan digital marketing sejak awal.

“Karena keterbatasan modal, kami memulai dengan digital marketing,” kata Indra, salah satu pendiri Naruna.

Dengan digitalisasi, Naruna mempromosikan produk melalui media sosial, marketplace, dan live streaming. Perusahaan ini yang awalnya hanya memiliki beberapa orang di bidang produksi dan pemasaran kini berkembang pesat dengan 25 pegawai.

“Digital marketing biayanya lebih rendah, tapi jangkauannya lebih luas,” ujar Indra di ruang kerjanya di Salatiga.

Kesuksesan Naruna kini juga dirasakan oleh Tugiyem, Ria, dan perempuan lain anggota Jagadhita, yang turut merasakan manfaat dari usaha yang memanfaatkan digitalisasi secara maksimal.

2 dari 5 halaman

Sukses Berkat Digitalisasi

Naruna hanya satu UMKM yang meraih sukses karena digitalisasi. Sudah banyak cerita tentang pengusaha atau perintis bisnis yang usahanya makin berkembang karena memanfaatkan digitalisasi. Potensi yang sudah sejak lama disadari oleh pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi (Komdigi).

Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria mengakui betul potensi besar itu. Dari catatannya, saat ini ada 67 juta pelaku UMKM yang telah menyerap 97% lapangan kerja dan berkontribusi hingga 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Para pelaku UMKM yang sudah Go Digital ini masuk pada ekonomi baru nan raksasa. Orang yang mendengar skala bisnis ekonomi digital bakal tergiur. Lihat hasil riset terbaru eConomy SEA 2022 yang dibuat Google, Temasek, dan Bain & Company.

Nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan mencapai US$77 miliar atau setara dengan Rp1.197,8 triliun (kurs Rp15.557 per US$) pada 2022. Para penyusun laporan ini punya keyakinan ekonomi digital di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara hingga 2030 dengan nilai US$366 miliar.

Di tahun depan tak kalah menggiurkan. Sumbangan e-commerce untuk ekonomi Indonesia diperkirakan membesar menjadi US$ 95 miliar. Menyusul jasa transportasi dan pesan-antar makanan sebesar US$15 miliar, layanan perjalanan online US$10 miliar, serta media online yang tumbuh mencapai US$11 miliar pada 2025.

Data BAKTI Kominfo menunjukkan hingga akhir tahun 2023 total daerah yang sudah tersentuh akses internet mencapai 18.697 lokasi. Dari jumlah itu, 4.063 lokasi menggunakan akses internet SATRIA.

Sisanya, 14.634 lokasi memakai akses internet Non-Satria. Jumlah BTS yang sudah beroperasi tak mau kalah unggul. Indonesia saat ini punya BTS On Air di 7.283 lokasi.

Berselancar internet juga semakin kencang karena 5.618 lokasi sudah menggunakan BTS 4G. Sisanya adalah BTS USO yang tersebar di 1.665 lokasi.Keberadaan akses internet itu bukan sekadar untuk senang-senang.

Sebanyak 8.830 atau 47,2% lokasi sebaran akses internet itu melayani kebutuhan pendidikan. Menyusul 5.228 lokasi (28%) untuk kantor pemerintahan, dan 2.614 lokasi (14%) dipakai buat layanan kesehatan.

Layanan akses internet tersebut juga ditujukan untuk pusat kegiatan masyarakat di 736 lokasi (3,9%), 665 lokasi tempat ibadah (3,6%), 334 lokasi pertahanan dan keamanan (1,8%), 137 lokasi wisata (0,7%), 115 lokasi pelayanan usaha (0,6%), dan 38 lokasi transportasi publik (0,2%).

3 dari 5 halaman

Meaningful Connectivity

Pijakan yang sudah disiapkan satu dekade itu kini akan dibawa ke tahap lebih maju. Kemkomdigi merancang kebijakan meaningful connectivity atau konektivitas bermakna pada 2025-2029.

Wamen Nezar Patria menyebut konektivitas bermakna merupakan kunci untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital dan mengurangi kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Istilah Meaningful Connectivity diperkenalkan United Nations Office of the Secretary-General's Envoy on Technology. Istilah ini mengacu pada lima faktor pemacu konektivitas yaitu Infrastruktur (ketersediaan dan kualitas jaringan mobile dan fixed), Keterjangkauan (koneksi dan perangkat), Perangkat (Akses perangkat mobile dan fixed), Skil (talenta digital), serta Keamanan dan Keselamatan (keamanan konektivitas dan keselamatan navigasi).

Kelima faktor itu diterjemahkan dalam tiga tingkatan konektivitas di sebuah negara. Tiga tingkatan itu adalah Tanpa Konektivitas, Konektivitas Dasar, dan Konektivitas Bermakna.

Di Indonesia, pembangunan infrastruktur digital dalam lima tahun ke depan bertujuan untuk memperluas sekaligus meningkatkan kualitas konektivitas. Saat ini Connectivity yang ada adalah 97% pemukiman terkoneksi dan penetrasi internet sebesar 79,5%.

“Kita sudah terkoneksi sebanyak 97% di daerah pemukiman, tetapi gap kualitasnya masih nyata. Contohnya, kualitas internet di daerah urban jauh lebih baik dibandingkan di rural,” ujarnya.

Gap inilah yang diharapkan bisa ditutupi oleh SATRIA-1, Kepanjangannya, Satelit Republik Indonesia. Membawa memakai teknologi High Throughput Satellite (HTS), SATRIA dengan kapasitas 150 Gbps bisa melayani lebih kurang 150 ribu titik akses internet.

Membantu koneksi internet 93.900 titik sekolah dan pesantren, 3.700 titik Puskesmas atau fasilitas kesehatan, serta 3.900 titik layanan keamanan masyarakat (Kamtibmas) di wilayah 3T untuk mendukung kebutuhan administrasi keamanan dan ketertiban masyarakat.

4 dari 5 halaman

Optimalkan Layanan Sistem Pemerintahan

SATRIA juga bisa menjangkau 47.900 titik kantor desa/kelurahan/kecamatan dan pemerintah daerah lainnya. Tugasnya membantu mengoptimalkan pelayanan sistem pemerintahan berbasis elektronik atau SPBE secara efisien dan efektif.

Belum lagi 600 titik layanan publik lain dan 45 juta masyarakat Indonesia yang selama ini belum terjangkau akses internet bisa mengaksesnya melalui SATRIA-1.

Tak cuma infrastruktur, Kementerian Komdigi juga bertekad mengawal ekonomi masa depan Indonesia itu dengan mencetak talenta digital. Upaya yang sangat besar karena adopsi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, diakui Wamen Komdigi, masih berada pada tahap awal.

Usaha yang sudah berjalan lewat program Digital Talent Scholarship (DTS) sejak 2018. Program ini hadir untuk memenuhi kebutuhan talenta digital lewat pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, produktivitas, serta profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi, kepada berbagai lapisan masyarakat seperti, angkatan kerja muda, masyarakat umum, aparatur sipil negara, hingga entrepreneur.

Ada delapan Akademi dalam program DTS, yaitu Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Digital Leadership Academy (DLA), dan Talent Scouting Academy (TSA).

5 dari 5 halaman

100 Ribu Peserta per Tahun

DTS punya target 100 ribu peserta saban tahun. Program ini telah bekerja sama dengan 130 lebih mitra pelatihan, seperti Glotech, Edutech, serta perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri. Sejak diluncurkan pada 2018, telah ribuan peserta ikut DTS.

Menurut data Kemenkominfo, sebanyak 964 peserta mengikuti DTS. Pada 2019 naik menjadi 26.826 peserta, setahun berselang menjadi 58.116 peserta, pada 2021 meningkat lagi menjadi 123.412 peserta.

Tahun 2022, peserta DTS melonjak menjadi 242.862. Pada tahun 2023, peserta DTS tercatat sebanyak 11409 dan hingga Agustus 2024, peserta DTS tercatat 94.533 peserta.

 

(*)