Liputan6.com, Jakarta - Jakarta International Literary Festival (JILF) menegaskan posisinya dalam menentang genosida di Palestina di tengah kritik terkait kerja samanya dengan Jakarta Content Week (Jaktent) yang salah satu sponsornya adalah Frankfurt Book Fair (FBF).
JILF x JakTent 2024 berlangsung sejak 27 November sampai 1 Desember di Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat.
Baca Juga
Direktur JILF, Anton Kurnia, menegaskan bahwa festival ini memiliki posisi yang mandiri, termasuk dalam isu genosida Palestina.
Advertisement
“Sikap kami terhadap genosida di Palestina adalah kami menentang keras. Dan itu tercermin dalam program-program kami dan pernyataan-pernyataan kami,” tegas Anton, Jumat (29/11/2024).
Ia menyebut bahwa posisi ini tidak hanya tertulis dalam buku program festival, tetapi juga diekspresikan melalui acara-acara khusus, termasuk “Malam Solidaritas Puisi untuk Bumi,” yang diadakan sebagai bagian dari rangkaian acara JILF 2024.
Dalam Road to JILF pada Oktober lalu, panitia juga mengundang Atef Abu Saif, mantan Menteri Kebudayaan Palestina, untuk membicarakan bukunya, "Diary of Genocide", yang diterbitkan oleh Mizan. Salah satu pengulas dalam acara tersebut adalah Anies Baswedan, yang merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Anton yang juga Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menegaskan, secara eksplisit JILF menyatakan mengutuk genosida dan ekosida di berbagai belahan dunia, termasuk di Gaza, Palestina.
Kolaborasi
Diketahui, JILF tahun ini berkolaborasi dengan Jakarta Content Week (JakTent) dan mengambil tema “F/Acta Words and Actions Aligned on Eco-Literature”. Kritik dari publik bermunculan karena salah satu sponsor Jaktent adalah Frakfurt Book Fair.
Namun, Anton menekankan bahwa kolaborasi ini tidak berarti JILF mengadopsi pandangan politik sponsor atau mitranya.
“Memang kami mengetahui bahwa misalnya Frankfurt Book Fair ada sinyalemen dia dalam tragedi genosida di Palestina, mereka memihak Israel. Tetapi, kami sebetulnya punya sikap sendiri,” katanya.
“Kami kan tidak harus sama sikap dengan pihak-pihak yang menjadi sponsor atau rekanan kami. Kami secara tegas mengutuk genosida di Palestina,” ia menegaskan.
Dalam surat pernyataan yang diterima Liputan6.com Jumat malam, panitia JILF tahun ini menjelaskan logo FBF dicantumkan dalam agenda JILF x JakTent 2024 sebagai konsekuensi kerja sama yang terjalin antara JakTent dengan FBF sejak 2020.
“Namun, semua agenda yang dirancang JILF x JakTent 2024 tidak pernah diintervensi oleh pihak sponsor mana pun termasuk FBF. Mulai dari tema, sesi diskusi, dan pilihan pembicara adalah hasil kurasi independen dari kurator dan panitia. Kami justru dengan tegas menyatakan bahwa agenda JILF x JakTent adalah ruang aman bagi semua pihak untuk menyuarakan soal-soal sastra dan kaitannya dengan kehidupan kita,” tulis panitia.
Anton menegaskan bahwa JILF dan JakTent merupakan aset penting literasi dan sastra nasional yang membutuhkan dukungan berbagai pihak.
“Sebetulnya yang lebih penting dipikirkan adalah JILF dan JakTent ini kan sebetulnya aset literasi dan sastra nasional. Kita ini kan pegelaran sastra itu sangat minim perhatian dari pemerintah dan kalangan literasi juga,” ujarnya.
“Sehingga kami mengimbau sebetulnya kepada segenap pemangku kepentingan itu untuk mendukung gitu ya. Jadi, mari kita berkepala dingin melihat ini secara lebih jernih, lebih objektif,” tambah Anton.
Advertisement
Dukungan
Anton berharap agar JILF dan para penulis yang terlibat dalam festival ini tetap mendapat dukungan.
Selanjutnya, panitia meminta maaf dan berharap persoalan yang sedang berkembang ini, terkait sponsor dan kerja sama JILF x JakTent bisa terus membuka ruang diskusi yang produktif, baik yang terkait dengan apa yang bisa kita lakukan bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina maupun upaya membuat ekosistem sastra dan perbukuan kita bisa berjalan dengan lebih mandiri.