Liputan6.com, Jakarta - Universitas Indonesia (UI) kini dipimpin Rektor Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah menggantikan Ari Kuncoro. Sebagai rektor baru, Heri akan melakukan pembenahan pada permasalahan di kalangan mahasiswa UI, salah satunya pelecehan seksual.
Ia akan melakukan sejumlah langkah maupun isu yang terjadi pada masa lalu yang tidak pernah mengemuka. Heri mencontohkan, salah satunya terkait pelecehan seksual di kalangan mahasiswa.
"Jadi tidak hanya kekerasan seksual, tetapi juga kita akan memperhatikan mengenai mental health," ujar Heri kepada Liputan6.com, Rabu (4/12/2024).
Advertisement
Tidak hanya kekerasan seksual, Heri turut memperhatikan fenomena yang saat ini terjadi di kalangan publik, salah satunya judi online. Namun Heri tidak menjelaskan secara detail terkait penanganan judi online di lingkungan UI.
"Penggunaan AI (akan dilakukan) sehingga semuanya bisa terkendali dan sepenuhnya untuk penilaian akademik di kita," ucap Heri.
Rektor Baru Ingin Dongkrak Peringkat UI di Dunia Pendidikan Internasional
Tongkat estafet kepemimpinan Rektor Universitas Indonesia yang sebelumnya dipegang Ari Kuncoro, kini jabatan rektor tersebut diberikan kepada Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng. Usai dilantik, Heri Hermansyah akan berusaha meningkatkan peringat UI di dunia internasional.
Rektor UI, Heri Hermansyah ingin meningkatkan peringkat UI di dunia internasional. Terdapat dua kunci utama untuk UI di mata internasional, yakni unggul dan impactfull.
“Jadi kita akan men-drive seluruh kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi UI. Ada dua ciri tadi, satu adalah ciri unggul, kedua adalah ciri impactfull. Artinya kita tidak hanya menjalankan suatu kegiatan, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, tetapi kita harus ada ukurannya. Ukurannya itu adalah apa? Dampak. Dampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara,” ujar Heri usai pelantikan di Balai Purnomo, UI, Depok, Rabu (4/12/2024).
Heri menjelaskan, terdapat beberapa langkah untuk meningkatkan peringkat UI, yakni internasionalisasi, mobilitas sumber daya manusia (SDM) dan institusi. Pada internasionalisasi kuncinya adalah SDM, seluruh SDM UI harus meningkatkan kapasistas sehingga dapatbersaing di kancah global.
“Kalau kita lihat di negara yang universitasnya maju, dosen itu tidak lagi melihat dia alumni mana, tidak melihat dia lulusan mana, bahkan tidak melihat dia paspornya mana, tetapi yang dilihat adalah kualitas dan kompetensinya. Semua negara dengan universitas yang maju itu mempekerjakan talent-talent terbaik yang datang dari negara manapun,” jelas Heri.
Heri menilai, tantangan untuk universitas ke depannya adalah mau membuka diri menerima akademisi yang memiliki kualitas unggul meskipun bukan berasal dari dalam. Heri mencontohkan, tenaga akademisi yang sudah berkiprah di luar negeri memiliki prestasi yang prominent untuk datang dan masuk ke dalam UI.
“Mereka tidak perlu lagi mulai dari awal tapi langsung masuk dengan posisi yang telah mereka dapatkan di luar negeri tadi. Kalau dia sudah profesor, masuk ke sini profesor juga, ya kayak gitu. Tidak perlu lagi dia mulai dari awal. Nah, dia masuk dengan segenap rekam jejaknya. Jadi kalau main bola, di perguruan tinggi pun perlu ada naturalisasi akademisi akademisi Diaspora Indonesia yang ada di luar negeri untuk dapat menempati berbagai posisi di perguruan tinggi di luar negeri dan juga di UI ini," ucap Heri.
Advertisement