Liputan6.com, Kutai Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Timur pada 6-7 Desember 2024 kemarin. Di sana, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut menemukan potensi sentra kopi luwak di salah satu kampung di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Mendes PDT, Yandri pun mengunjungi dua desa di Kalimantan Timur, yakni Desa Tepian Langsat di Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur dan Desa Prangat Baru Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kukar.
Baca Juga
Di Desa Prangat Baru, Yandri takjub akan potensi desa ini sebagai sentra penghasil kopi luwak berkualitas. Pasalnya, di sana, ia menemukan harga kopi yang dibanderol cukup mahal, yakni Rp5 juta per kilogram.
Advertisement
Yandri pun meninjau langsung kebun kopi milik para petani dan melakukan penanaman secara simbolis. Ia menilai, Desa Prangat Baru berpotensi menjadi salah satu penghasil kopi luwak terbesar di Indonesia.
“Saya berharap Desa Prangat Baru ini terus berkembang dengan potensi kopinya dimana bisa menjadi sumber devisa,” ujarnya.
"Kopi merupakan kebutuhan bagi setiap orang, maka sudah tepat desa Prangat Baru ini dijadikan sentra kopi nasional," imbuh Yandri.
Dirinya pun mengatakan, untuk menjaga kestabilan kebutuhan kopi dunia, ekosistem di Kukar perlu terus dijaga, dipelihara dengan baik, dan mengajak anak muda untuk menjadi petani kopi.
Kembangkan Komoditas Kopi Luwak
Sebelumnya, Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara berhasil mengembangkan komoditas kopi luwak dan popularitasnya dikenal ke pelosok Nusantara. Setelah beberapa kali dikunjungi wisatawan asing, produk kampung wisata kopi itu mulai dilirik pencinta kopi.
Penjabat (Pj) Gubernur Akmal Malik pun pernah menyambangi sentra kopi luwak yang terletak di poros jalan Samarinda-Bontang tersebut.
"Selama ini kopi luwak umumnya dikembangkan di sentra-sentra penghasil kopi baik di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi, banyak yang tidak menyangka, kopi luwak ada di Kaltim," ujarnya.
"Kopi jenis liberika, cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0 DPL dan bisa menjadi kopi endemik Kaltim, potensi cukup bagus dikembangkan di Kaltim secara luas, karena rata-rata ketinggian wilayah Kaltim adalah O DPL," jelas Akmal.
(*)
Advertisement