Sukses

PT Dirgantara Indonesia Tutup

PT Dirgantara Indonesia menghentikan kegiatan dan merumahkan para karyawannya mulai Sabtu dini hari hingga batas waktu tak ditentukan. Karyawan mengancam unjuk rasa besar-besaran.

Liputan6.com, Bandung: PT Dirgantara Indonesia (DI) menghentikan beberapa kegiatannya dan menutup sementara perusahaan tanpa pemberitahuan per Sabtu (12/7) pukul 00.00 WIB. Mengetahui itu, para karyawan mendatangi kantor perusahaan yang memproduksi pesawat CN 235 itu di Bandung, Jawa Barat. Namun, mereka tak diperkenankan masuk--saat itu memang kantor libur. Bahkan, kantor sudah dijaga ketat polisi dan anggota Pasukan Khas TNI Angkatan Udara.

Para karyawan sempat bertahan di pintu utama dan akhirnya berkumpul di Masjid Habiburahman. Ketua Forum Serikat Karyawan PT DI, Arief Winaldi, mengatakan penutupan pabrik hingga batas waktu yang tidak ditentukan ini diketahui karyawan dari mulut ke mulut. Dia sudah berusaha meminta penjelasan direksi. Tapi, sampai detik ini belum berhasil. "Mulai hari Senin kita tetap bekerja seperti biasa," ajak Arief disambut tepukan tangan karyawan lain. Jika kantor masih ditutup, mereka berencana menggelar demonstrasi besar-besaran menuju Kantor DPRD Jabar.

Kepala Hubungan Masyarakat PT DI Rakhendi Triatna menjelaskan, penutupan dan perumahan karyawan terpaksa dilakukan karena perusahaan dalam kondisi sekarat. Rasio beban kerja dengan jumlah karyawan tidak seimbang. Kebijakan ini berlaku untuk karyawan di kawasan produksi I, II, dan IV serta berlangsung selama enam bulan. Sedangkan karyawan di kawasan III yang berada di Tasikmalaya, tidak dirumahkan.

Dia menambahkan, karena masih ada beberapa beberapa order yang harus dikerjakan, karyawan yang betul-betul dibutuhkan akan dipanggil kembali. Selama dirumahkan, karyawan tetap mendapat penghasilan normal minus tunjangan transportasi dan makan.

Kabar yang beredar di sekitar lokasi menyebutkan, restruksturisasi dengan jalan merumahkan karyawan PT DI tersebut tidak terlepas dari manuver investor untuk membeli badan usaha milik negara ini dengan harga murah dan biaya serendah-rendahnya. Sejauh ini, pemilik modal yang berniat memiliki perusahaan industri pesawat ini antara lain yayasan di bawah naungan TNI AU, keluarga mantan Presiden B. J. Habibie, dan investor asing dari Cina.

Memang gelagat privatisasi sudah dicium para karyawan. Sebelumnya, mereka pernah bersama-sama berdemonstrasi dengan karyawan BUMN lain seperti pegawai PT Kereta Api Indonesia, PT Telkom, PT Perusahaan Listrik Negara, dan PT Semen Padang menolak rencana privatisasi yang dilakukan pemerintah Megawati Sukarnoputri-Hamzah Haz pada April tahun silam [baca: Ratusan Karyawan Memprotes Privatisasi BUMN]. (TNA/Patria Hidayat)