Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Bali Purnati dan didukung oleh Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia, kembali menggelar acara 'Panggung Maestro' yang ke-7.
Kegiatan ini diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia pada 10-11 Desember 2024 dengan mempersembahkan berbagai pertunjukan maestro dari tiga daerah, yaitu Yogyakarta, Betawi, dan Kepulauan Riau.
Baca Juga
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan penghormatan dan rasa terima kasih yang mendalam kepada para maestro seni tradisional serta seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Advertisement
"Pentingnya peran maestro seni dalam melestarikan dan mengembangkan seni tradisi sebagai aset bangsa. Maestro kita ini adalah aset-aset nasional (national treasure)," ujar Menteri Kebudayaan Fadli Zon, melalui keterangan tertulis, Kamis (12/12/2024).
Melalui kegiatan ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyoroti pentingnya keberlanjutan dalam seni budaya.
"Kehadiran para maestro dapat membina talenta-talenta muda, sehingga akan terjadi kesinambungan. Sehingga tari kita tetap lestari dan mendapatkan apresiasi di tingkat nasional bahkan di panggung-panggung dunia," ucap dia.
Lebih lanjut, Fadli Zon menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mempromosikan seni tradisi. Menurutnya, pemanfaatan teknologi audio-visual dan narasi edukatif dapat memperluas apresiasi masyarakat terhadap seni tradisi.
"Ekspresi-ekspresi budaya, dengan memanfaatkan teknologi audio-visual ditambah dengan narasi dan edukasi tentang latar belakang dari seni itu, saya kira itu akan lebih menarik perhatian," ucap dia.
"Bahkan, dengan kreasi-kreasi, inovasi baru, dan sentuhan teknologi, dapat membuat tari-tarian tradisional tetap melihat pakem, tetapi juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman," sambung Fadli Zon.
Â
Ajak Masyarakat Terus Lestarikan Budaya
Di akhir sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus berkolaborasi dalam melestarikan dan memajukan budaya Indonesia. Ia juga berharap generasi muda Indonesia semakin mencintai dan menghayati budaya bangsa.
"Yang paling penting juga bagaimana membuat generasi muda Indonesia, generasi penerus kita kerasukan budaya Indonesia. Itu yang saya kira sangat penting," pungkasnya.
Untuk diketahui, Panggung Maestro ke-7 tidak hanya menghadirkan tarian, tetapi juga menghadirkan jiwa dan pengalaman yang mendalam dari para maestro yang sudah berusia lanjut.
Panggung Maestro adalah sebuah inisiatif untuk mengapresiasi dan juga sebagai bentuk terima kasih kepada para maestro yang telah berdedikasi untuk seni tradisi Indonesia.
Dalam Panggung Maestro ke-7 ini menampilkan beberapa maestro dan kesenian, di antaranya dari Yogyakarta, Sumandiyo Hadi (75 tahun) - Tari Beksan Bugis dan Theresia Suharti (77 tahun) - Tari Golek Lambangsari.
Dari Betawi yaitu Kartini Kisam (63 tahun) - Tari Topeng Tunggal dan Fatimah (75 tahun) - Gambang Kromong. Sementara itu dari Kepulauan Riau yaitu Normah (68 tahun) – Makyong.
Advertisement