Liputan6.com, Jakarta - Ahli Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memperingatkan bahwa hujan deras persisten dan angin kencang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, khususnya di Jawa Tengah dan sekitarnya. Kondisi ini dipicu oleh fenomena cuaca squall line serta aktivitas konveksi laut yang intensif.
“Di Jogja dan sekitarnya, sejak tengah malam tadi sudah mulai hujan deras hingga akhirnya berhenti sekitar pukul 12 siang. Fenomena ini terjadi karena adanya squall line yang terbentuk di perairan selatan Jogja, masuk ke darat, dan menyebabkan hujan persisten,” ujar Erma Yulihastin yang dikutip, Sabtu (15/6).
Kondisi serupa, menurut Erma, sudah berulang selama dua hari berturut-turut. “Normalnya hujan itu terjadi di siang hari dengan pola terbentuk dari darat, namun kali ini hujan justru dimulai dari dini hari akibat pola cuaca yang tidak biasa,” jelasnya.
Advertisement
Selain Yogyakarta, wilayah utara Jawa Tengah seperti Semarang hingga Jepara turut terdampak. Erma menyebutkan aktivitas konveksi laut di Laut Jawa sebagai pemicu utama hujan deras di wilayah ini.
“Hujan deras dari Laut Jawa selalu bergerak masuk ke darat, terutama melalui daerah yang menonjol seperti Semenanjung Muria di Jepara. Akibatnya, Semarang dan sekitarnya juga mengalami hujan persisten mulai dini hari hingga siang hari,” tambahnya.
Banjir di Klaten dan Potensi Longsor di Jalur Wisata
Kondisi hujan ekstrem telah menyebabkan banjir di beberapa wilayah seperti Klaten, yang berdekatan dengan Yogyakarta. Erma menyarankan wisatawan untuk mempertimbangkan ulang rencana liburan ke destinasi populer seperti Jogja dan Semarang.
“Jogja dan Semarang harus diantisipasi, karena hujannya bukan gerimis romantis, melainkan hujan deras sepanjang hari. Beberapa daerah seperti Klaten sudah dilanda banjir akibat luapan sungai,” paparnya.
Erma juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi longsor di jalur wisata berbukit. “Jalur menuju pantai di selatan Jawa, yang melewati tebing dan bukit, rentan longsor akibat hujan deras yang terus menerus,” ujarnya.
Alternatif Destinasi Wisata
Sebagai solusi, Erma merekomendasikan wilayah Jawa Barat seperti Bogor, Sentul, dan Bandung yang cenderung lebih aman untuk berlibur.
“Di Bogor dan Bandung, hujan cenderung hanya gerimis dan tidak persisten. Jadi masih bisa menikmati aktivitas luar ruangan,” katanya.
Sementara itu, wisata pantai di selatan Jawa Barat seperti Pangandaran dan Anyer juga dianggap kurang ideal karena potensi angin kencang dan gelombang tinggi. “Kondisi angin baratan kuat memicu gelombang tinggi, jadi wisatawan perlu lebih berhati-hati,” imbuh Erma.
Erma juga menyoroti Jawa Timur, terutama wilayah pesisir selatan dan utara. Hujan deras diperkirakan akan meluas ke Pacitan, Mojokerto, hingga Surabaya. “Hujan di Jawa Timur terbentuk dari sel lokal dan limpasan hujan dari Jawa Tengah. Malang masih bisa menjadi opsi wisata, asalkan hanya di pusat kota, bukan ke wilayah selatan yang infrastrukturnya rusak,” jelasnya.
Untuk wilayah Bali, Lombok, dan Labuan Bajo, Erma mengingatkan adanya tekanan rendah di Laut Jawa yang menyebabkan angin kencang dan hujan deras berhari-hari. “Saat ini pusat hujan terjadi di perairan utara Bali dan NTB akibat pertemuan gelombang MJO dan Rosby. Aktivitas laut harus diwaspadai, terutama karena gelombang tinggi dan angin kencang,” tegas Erma.
Advertisement
Imbauan untuk Pemda dan Wisatawan
Menjelang musim liburan ini, Erma meminta pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di titik-titik wisata yang rawan banjir, longsor, dan gelombang tinggi.
“Tempat berkumpulnya wisatawan seperti pantai dan kawasan pegunungan perlu pengawasan ekstra. Jangan sampai aktivitas wisata terganggu akibat cuaca ekstrem. Pemda harus mengoptimalkan mitigasi kondisi ini hingga akhir dasarian kedua atau sekitar tanggal 20 Juni,” pungkasnya.
Dengan potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah, wisatawan diimbau untuk lebih bijak dalam memilih destinasi dan selalu memantau perkembangan cuaca demi keselamatan bersama.