Sukses

Anies Dinilai Potensial Jadi Tokoh Baru PDIP Usai Jokowi Dipecat

Jokowi dinilai khawatir melihat keakraban Anies dengan PDIP, karena peluang Anies Baswedan masuk bursa calon presiden (capres) untuk Pilpres 2029 cukup kuat.

Liputan6.com, Jakarta Pasangan Pramono Anung-Rano Karno (Si Doel) menang satu putaran di Pilkada Jakarta 2024. Kemenangan ini dipastikan setelah kandidat lainnya tidak menggugat hasil Pilkada Jakarta 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Pramono Anung-Rano Karno dipastikan bakal menjadi gubernur dan wakil gubernur Jakarta terpilih 2024-2029.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menegaskan ada peran mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dalam kemenangan yang diraih Pramono-Rano di Pilkada Jakarta 2024.

Menurut Dedi, Anies bakal memperoleh panggung politik baru dari Pramono-Rano maupun PDI Perjuangan (PDIP). Anies juga dipandang potensial menjadi tokoh baru di PDIP usai Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dipecat dari keanggotaan.

"Peran Anies dalam pemenangan Pramono-Rano memang ada, dan Anies potensial akan menjadi tokoh baru dalam eskalasi politik PDIP pasca Jokowi tidak lagi berada di PDIP," kata Dedi kepada Liputan6.com, Senin (16/12/2024).

Tidak hanya itu, peluang Anies masuk bursa calon presiden (capres) untuk Pilpres 2029 dinilai cukup kuat. Oleh sebab itu, guna menyongsong Pilpres 2029, Anies disebut perlu menjaga ketokohannya.

"Peluang Anies masuk bursa capres di 2029 bisa kembali menguat. Utamanya jika Anies berhasil menjaga ketokohannya selama 5 tahun mendatang," ucap Dedi.

Dedi menyatakan, dalam situasi seperti ini secara politik Presiden Prabowo Subianto tidak terlalu khawatir dengan melesatnya peluang ketokohan Anies. Menurut Dedi, kekhawatiran justru datang dari Jokowi. Sebab, sang putra, Gibran Rakabuming Raka bakal terancam popularitasnya di Pilpres 2029 untuk menghadapi Anies.

"Justru kekhawatiran itu bisa saja ada di Jokowi. Karena jika Anies berhasil mendapat pertemanan baru dengan PDIP, dan peluang ikut Pilpres 2029 kembali terbuka, maka Gibran bisa jadi belum siap menghadapi sendirian," jelas Dedi.

Oleh karena itu, Dedi menyebut bahwa peran Prabowo dalam hal ini masih amat diperlukan. Prabowo dituntut harus bisa mengimbangi kontestasi politik di tanah air hingga lima tahun ke depan.

Baca juga Menakar Arah Politik Jokowi Usai Dipecat PDIP, Merapat ke Golkar atau Gerindra?

2 dari 3 halaman

PDIP Pecat Jokowi dan Keluarganya

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution, bukan lagi bagian dari PDIP.

"Saya tegaskan kembali bahwa Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan," kata Hasto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2024).

Hasto menjelaskan, pemecatan Jokowi dan keluarganya karena dinilai tidak sejalan dengan cita-cita partai yang diperjuangkan sejak masa Soekarno atau Bung Karno.

"Sehingga itulah yang terjadi. Dan kemudian kita melihat bagaimana ambisi kekuasaan ternyata juga tidak pernah berhenti," ujar Hasto Kristiyanto.

Pun demikian dengan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution. Hasto mengatakan, ketika mereka dicalonkan oleh partai politik lain, dan juga di-endorse oleh Jokowi.

Pun demikian dengan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution. Hasto mengatakan, ketika mereka dicalonkan oleh partai politik lain, dan juga di-endorse oleh Jokowi.

Apalagi naiknya Gibran sebagai wakil presiden melalui proses yang mencederai konstitusi dan demokrasi, kata Hasto, maka otomatis status seluruh kelengkapan keanggotaan yang berkaitan dengan PDIP sudah dinyatakan berakhir.

"Mengapa? Karena PDI Perjuangan digerakkan oleh suatu cita-cita. Dan itu dibuktikan dengan pengiriman surat dari DPC Kota Surakarta, tempat KTA Mas Gibran berasal, yang memberitahukan bahwa berdasarkan undang-undang partai politik dan andil-andil partai, keanggotaannya secara otomatis berhenti," ujar Sekjen PDIP.

3 dari 3 halaman

Sekjen PDIP: Jokowi Sangat Khawatir dengan Kemunculan Anies

Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Jokowi telah melakukan kriminalisasi terhadap mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Menurut dia, Jokowi merasa khawatir dengan kemunculan Anies.

"Saya masih ingat Anies Baswedan, ketika Anies Baswedan dikriminalisasi, Pak Jokowi berbicara dengan saya seperti apa. Beliau sangat khawatir terhadap munculnya Anies Baswedan," kata Hasto Kristiyanto saat berbicara di Podcast Akbat Faizal Uncensored, Jumat, 22 November 2024.

Dia mengatakan kasus dugaan korupsi Formula E yang menyeret Anies merupakan upaya kriminalisasi Jokowi. Hasto menyebut Jokowi lah yang memerintahkan kasus Formula E.

"Sehingga itu nyata-nyata kasus Formula E itu kriminalisasi. Dan saya bersaksi itu dari perintah Pak Jokowi secara langsung," jelasnya.

Hasto menyampaikan bahwa saat ini aparat penegak hukum berada di bawah kendali kekuasaan. Dia juga menyinggung kasus dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah yang melibatkan mantan Ketua Umum Partai Golkar.

"Karena memang seluruh aparat penegak hukum di bawah kendali kekuasaan. Kita ingat kasus, mohon maaf saya sebut, Ketum Golkar Pak Airlangga Hartarto. Itu kan juga menggunakan pressure Kejaksaan," tutur Hasto.

Tak hanya itu, Hasto menuturkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dijadikan alat untuk mencapai kepentingan politik. Dia mengatakan bahwa beberapa kader PDIP yang mendapatkan tekanan.

"KPK juga digunakan sebagai pressure terhadap kepentingan-kepentingan politik, kan cukup banyak. Tiba-tiba di Banten, suami Airin, meskipun kita juga tahu terhadap background kekuasaan, tapi tiba-tiba muncul suatu persoalan. Kader-kader PDIP begitu banyak tekanan," ujar dia.