Sukses

Cuaca Hari Ini Jumat 27 Desember 2024: Langit Jakarta Cenderung Berawan

Cuaca pagi di Jakarta pada hari ini, Jumat (27/12/2024), diprakirakan mayoritas berawan, kecuali Jakarta Timur dan Utara. Demikian prakiraan cuaca hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca pagi di Jakarta pada hari ini, Jumat (27/12/2024), diprakirakan mayoritas berawan, kecuali Jakarta Timur dan Utara. Demikian prakiraan cuaca hari ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan siang hingga malam nanti, cuaca Jakarta juga diprakirakan mayoritas akan berawan.

Kemudian untuk wilayah penyangga Jakarta, yaitu Bekasi, Jawa Barat, diprakirakan cuaca paginya ini akan berawan, begitu juga pada siang hingga malam harinya.

Lalu, di Depok, Jawa Barat, langit pagi hari diprediksi akan berawan, siang kabut, dan malam kembali berawan.

Sedangkan di Kota Bogor, Jawa Barat, cuaca diprakirakan pagi ini hujan ringan. Begitu juga pada siang hingga malam harinya.

Sementara itu, di Kota Tangerang, Banten, diprediksi pagi hingga malam hari langitnya berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Berawan   Berawan   Berawan
 Jakarta Pusat   Berawan   Berawan  Berawan
 Jakarta Selatan   Berawan   Berawan  Berawan
 Jakarta Timur   Udara Kabur  Berawan   Berawan 
 Jakarta Utara   Udara Kabur  Berawan   Berawan
 Kepulauan Seribu   Berawan   Berawan   Berawan
 Bekasi   Berawan   Berawan  Berawan
 Depok   Berawan   Kabut  Berawan
 Kota Bogor   Hujan Ringan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Tangerang  Berawan  Berawan   Berawan
2 dari 3 halaman

Hadapi Cuaca Ekstrem, Kepala BMKG Cek Kesiapan Sejumlah Alat Pemantau

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati melakukan pengecekan ke sejumlah alat pemantau cuaca milik institusinya di wilayah Surabaya, Jawa Timur.

Adapun alat yang diinspeksi adalah Automatic Weather Observing System (AWOS), Low Level Windshear Alert System (LLWAS), dan Marine Automatic Weather Station (MAWS). Semuanya itu dilakukan pengecekan untuk memastikan kesiapan alat  dalam mendeteksi potensi cuaca ekstrem.

Perlu diketahui, AWOS merupakan alat utama dalam memantau kondisi cuaca untuk keselamatan penerbangan, khususnya saat pesawat melakukan take off dan landing. Informasi ini sangat krusial bagi pengawas trafik penerbangan dalam menentukan kelayakan kondisi cuaca untuk memastikan keselamatan penerbangan di Bandara Juanda, Surabaya.

Sementara, LLWAS memonitor arah serta kecepatan angin untuk mengidentifikasi potensi turbulensi berbahaya, seperti angin berlawanan yang dapat menyebabkan pesawat tergelincir atau kehilangan kendali. Jika potensi ini terdeteksi, peringatan akan segera dikirim ke Air Traffic Control (ATC) dan disampaikan ke pilot agar dapat mengambil langkah mitigasi, seperti menunda pendaratan, go-around, atau mengalihkan penerbangan ke bandara lain.

Sedangkan, MAWS berfungsi untuk memantau cuaca maritim di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak. MAWS ini dilengkapi dengan sensor suhu, tinggi permukaan air, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan, dan suhu permukaan laut, serta mampu mengirimkan data per menit. Data yang diperoleh sangat penting untuk kepentingan keselamatan pelayaran, seperti informasi cuaca ekstrem, gelombang tinggi, serta pasang surut yang mempengaruhi operasional pelabuhan. 

"Ini merupakan upaya BMKG untuk menjaga masyarakat selamat dalam setiap penerbangan maupun pelabuhan, terutama dari ancaman bahaya cuaca ekstrem, mohon doanya agar kita semua dapat menjalankan tugas dengan seksama, cermat, cepat, tepat, serta akurat," kata Dwikorita seperti dilansir dari laman BMKG, Kamis (19/12/2024).

3 dari 3 halaman

BMKG Sebut Musim Hujan Tahun Ini Berbeda, Begini Alasannya

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, musim hujan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena Indonesia tengah mengalami La Nina Lemah.

La Nina adalah fenomena iklim global yang akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang menjadi lebih dingin dibandingkan biasanya.

Hal tersebut disampaikan Dwikorita Rapat Koordinasi (Rakor) Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Tahun 2024 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

"Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina Lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan sehingga intensitas dan volume hujan meningkat. Bagi Indonesia, fenomena ini menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir sebagian besar wilayah yang berkisar 20-40 persen," kata dia seperti dilansir dari laman BMKG, Minggu (22/12/2024).

Bukan hanya itu, Dwikorita menuturkan, karena terletak di antara dua benua dan dua samudra, saat ini Indonesia juga tengah dikepung oleh bibit siklon yang mengakibatkan angin kencang, gelombang tinggi, dan cuaca ekstrem.

Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).

Video Terkini