Liputan6.com, Jakarta Sejumlah ketua umum partai politik yang mayoritas bergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus menyambangi kediaman Presiden RI yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Kertanegara, Jakarta, Sabtu (28/12/2024).
Pertemuan yang berlangsung sekitar pukul 16.46 WIB itu selesai kurang lebih hampir dua jam lamanya. Para ketum parpol itu pun mulai keluar satu-persatu.
Baca Juga
Berdasarkan pantuan di lokasi, terlihat yang mulai meninggalkan kediaman Prabowo, ada Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan alias Zulhas.
Advertisement
Tak lama berselang, Politikus Partai NasDem Victor Laiskodat pun juga meninggalkan lokasi bersama dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu dan menyusul Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra sekaligus Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Muzani.
Selanjutnya, sekira pukul 19.00 WIB, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia keluar dari kediaman Kertanegara. Namun, ia tak langsung pergi begitu saja.
Karena, ia terlihat menunggu mobil milik Presiden Prabowo Subianto keluar terlebih dahulu dari kediaman Kertanegara. Kemudian, mobilnya pergi meninggalkan lokasi dengan mengikuti iringan presiden.
Tak lama berselang, Ketua Harian Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad pun keluar dan langsung meninggalkan lokasi.
Sebagian besar mereka yang meninggalkan kediaman Prabowo, tak ada yang memberikan pernyataan perihal pertemuan tersebut.
Namun, Bahlil dari dalam mobil memberikan sedikit pernyataan.
"Ada natalan ya. Ya bahas biasa, biasa. Mohon maaf, bapak (Prabowo) sudah mau naik," kata Bahlil sembari meninggalkan lokasi mengikuti iring-iringan kendaraan Prabowo.
Sejumlah Ketum Parpol Bertemu Prabowo di Kertanegara, Apa yang Sedang Dibahas?
Sejumlah ketua umum partai politik yang mayoritas bergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) menyambangi kediaman Presiden RI yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di Kertanegara, Jakarta, Sabtu (28/12/2024).
Berdasarkan pantuan di lokasi, ketum parpol yang hadir di kediaman Prabowo diantaranya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia, hingga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Terlihat Zulhas yang mengenakan pakaian batik berwarna biru dengan celana hitam memasuki kediaman Prabowo tanpa sepatah katapun ke awak media.
Namun, hingga berita ini diturunkan, baik Gerindra maupun partai lain bungkam perihal pertemuan Prabowo dengan para ketua umum.
Padahal, sekitar pukul 20.00 WIB Prabowo dijadwalkan akan menghadiri natal nasional 2024 di Indonesia Arena.
Advertisement
Prabowo Dapat Sentimen Negatif soal Wacana Kepala Daerah Dipilih DPRD
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyebut isu kepala daerah dipilih DPRD pasti mendapatkan sentimen negatif dari publik. Menurutnya, hal ini adalah kemunduran demokrasi.
Hal ini disampaikan Adi menanggapi Lingkaran Survei Indonesia Denny JA (LSI Denny JA) yang mewanti-wanti potensi merosotnya kepercayaan publik kepada Prabowo Prabowo Subianto akibat isu kepala daerah dipilih DPRD. Sebab, wacana yang diusulkan Prabowo ini mendapat sentimen negatif dan penentangan dari publik.
"Jelas sentimen negatif kalau pilkada oleh DPRD, itu langkah mundur demokrasi," kata Adi saat dihubungi, Jumat (27/12/2024).
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyebut, wacana pilkada melalui DPRD mengebiri hak politik rakyat karena pasca-reformasi pemilihan pemimpin dilakukan secara langsung, bukan perwakilan.
Dia melanjutkan, calom kepala daerah dipilih DPRD berpotensi melahirkan calon tunggal lantaran semua partai bakal berkongsi dengan siapa pun pemenang pilpres atas nama koalisi besar.
"Buktinya, di pilkada serentak kemarin koalisi mayoritas banyak terjadi dan mengeroyok calon yang dari satu partai," ucap Adi.
Selain itu, kata Adi, wacana kepala daerah dipilih DPRD bisa memunculkan calon jadi-jadian demi menghindari calon tunggal karena sentimen koalisi besar. Sehingga, dikesankan diciptakan penantang, namun penantang itu sebatas formalis dan mudah dikalahkan.
"Meski dipilih DPRD, politik uang potensial masih terjadi ke DPRD yang punya suara memilih. Untuk dapat dukungan partai saja ada maharnya, apalagi untuk dapat dukungan DPRD untuk jadi kepala daerah pasti ada mahar juga," pungkasnya.
Wacana untuk mengembalikan mekanisme pilkada melalui DPRD kembali mencuat. Gagasan itu sempat mengemuka pada era SBY dan Jokowi. Namun redup karena tidak populer dan ditentang publik.
Wacana itu kini muncul lagi. Presiden Prabowo Subianto kembali menyuarakan kepala daerah dipilih DPRD. Alasannya, jika calon kepala daerah dipilih DPRD bisa lebih efisien. Anggaran negara pun bisa dimanfaatkan untuk hal lain. Wacana ini pun kembali menuai pro dan kontra.
Â
Â
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com