Dari puncak Bukit Mundi pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, kincir-kincir raksasa berdiri tegak mencoba menjadi pereda kegelisahan puluhan ribu penduduk Nusa Penida, Bali. Kincir-kincir raksasa ini adalah wujud pemanfaatan tekanan angin sebagai sumber pembangkit listrik alternatif.
Selama ini warga Nusa Penida, termasuk pula penduduk Nusa Lembongan dan Ceningan, kerap kerepotan lantaran listrik dari pembangkit diesel sering padam. Sembilan tahun silam segalanya dimulai. Dari dua buah menara kini Nusa Penida memiliki 9 kincir listrik tenaga angin atau lebih dikenal dengan istilah pembangkit listrik tenaga bayu.
Kini, masalah sebagian besar warga sedikit teratasi. Listrik tak lagi byar pet meski sebetulnya dari 9 kincir hanya dua yang berfungsi dengan baik. Di balik keunggulannya, pembangkit listrik angin Nusa Penida bukan berarti tak ada kelemahan. Sejumlah persoalan ternyata menyerang proses operasional.
Nyoman Sudare paham betul tetek bengek persoalan ini. Hampir setiap hari Nyoman berkeliling memeriksa dari satu tower ke tower lain. Sebagian rusak karena berbagai sebab. Dari urusan kualitas bahan yang terkesan apa adanya sampai suku cadang yang sulit didapat.
Bisa membangun tak bisa merawat. Kesan inilah yang ditangkap Ketut Suryawan, Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali. Dia menilai pemerintah dan PLN tak serius memanfaatkan energi angin. Ini terbukti dengan pembiaran kerusakan dalam waktu sekian lama.
Namun, di tengah pemanfaatan yang tak maksimal, bagi warga Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, listrik angin sedikit banyak sudah memberi perubahan. Mereka yang selama ini hanya mengandalkan mesin generator tak perlu lagi was-was lampu padam sewaktu-waktu.(Ado)
Selama ini warga Nusa Penida, termasuk pula penduduk Nusa Lembongan dan Ceningan, kerap kerepotan lantaran listrik dari pembangkit diesel sering padam. Sembilan tahun silam segalanya dimulai. Dari dua buah menara kini Nusa Penida memiliki 9 kincir listrik tenaga angin atau lebih dikenal dengan istilah pembangkit listrik tenaga bayu.
Kini, masalah sebagian besar warga sedikit teratasi. Listrik tak lagi byar pet meski sebetulnya dari 9 kincir hanya dua yang berfungsi dengan baik. Di balik keunggulannya, pembangkit listrik angin Nusa Penida bukan berarti tak ada kelemahan. Sejumlah persoalan ternyata menyerang proses operasional.
Nyoman Sudare paham betul tetek bengek persoalan ini. Hampir setiap hari Nyoman berkeliling memeriksa dari satu tower ke tower lain. Sebagian rusak karena berbagai sebab. Dari urusan kualitas bahan yang terkesan apa adanya sampai suku cadang yang sulit didapat.
Bisa membangun tak bisa merawat. Kesan inilah yang ditangkap Ketut Suryawan, Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali. Dia menilai pemerintah dan PLN tak serius memanfaatkan energi angin. Ini terbukti dengan pembiaran kerusakan dalam waktu sekian lama.
Namun, di tengah pemanfaatan yang tak maksimal, bagi warga Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, listrik angin sedikit banyak sudah memberi perubahan. Mereka yang selama ini hanya mengandalkan mesin generator tak perlu lagi was-was lampu padam sewaktu-waktu.(Ado)