Liputan6.com, Jakarta: Insiden berdarah di Hotel JW Marriott meninggalkan luka mendalam buat korban. Tak hanya penderitaan akibat luka fisik, tapi juga psikologis mereka. Hingga Jumat (8/8), tiga korban masih dalam kondisi kritis dan dirawat intensif di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo, Jakarta Pusat. Edi Sucipto, seorang di antaranya yang mengalami luka bakar hingga 83 persen. Anggota Satuan Pengamanan JW Marriott ini belum mampu berbicara dan banyak bergerak.
Untunglah Edi mempunyai istri yang sangat tabah. Sri Lestari tak lelah menunggui suaminya yang baru sepekan bekerja di hotel berkelas internasional itu. Putra Edi yang masih duduk di bangku kelas I sekolah dasar pun ikut menemani sang ibu. Bila kantuk menyerang, Sri tidur di lorong RS. "Moga-moga suami saya cepet sembuh. Abisnya, bagaimana saya sudah nggak bekerja," kata Sri, terpekur.
Bambang dan Piter Hidayat, pelayan Restoran Syailendra juga masih dirawat di RS. Untunglah, luka kedua korban tak separah Edi. Meski begitu, penderitaan tetap harus ditanggung karena mereka adalah tulang punggung keluarga.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla telah menyatakan akan membantu biaya pengobatan para korban [baca: Pemerintah Menanggung Biaya Pengobatan Korban Bom Marriott]. Namun sejauh ini, belum diketahui pelaksanaan rencana Menko Kesra di lapangan. Soalnya, pihak RS Jakarta mengaku tidak mendapat konfirmasi mengenai penggantian ongkos perawatan.
Di lokasi kejadian, sejak pagi tadi, petugas mulai membersihkan puing-puing bekas ledakan di Hotel JW Marriott. Mereka melepas kaca-kaca yang pecah dan mengangkut reruntuhan menggunakan truk. Aktivitas tersebut tak terlampau kentara karena polisi memasang tenda plastik di sekeliling tempat kejadian perkara. Wartawan yang hendak mengabadikan gambar dilarang mendekat dengan alasan keamanan.
Ledakan bom di JW Marriot, Selasa silam, cukup mengguncang Jakarta. Peristiwa itu berlangsung cepat dan tak terduga. Melalui Close Circuit Television (CCTV) yang didapat SCTV, tergambar situasi sebelum dan sesudah bom meledak. Pada cuplikan awal tampak aktivitas di lobi hotel berjalan normal. Siangnya, seperti biasa karyawan lokal dan ekspatriat yang memang banyak bekerja di kawasan Mega Kuningan hendak bersantap siang.
Tepat pukul 12.44 WIB (seperti tertera pada jam CCTV) sebuah ledakan terdengar menggelegar. Bola api memancar diiringi asap pekat. Suasana kacau balau. Lobi hotel JW Marriot hancur berantakan dan meninggalkan lubang sedalam 50 sentimeter [baca: Pesan Berdarah untuk Megawati]. Berbagai benda di sekitar lobi hancur terkena ledakan. Restoran Syailendra yang saat kejadian tengah dipadati pengunjung tak urung hancur. Orang berlarian tak tentu arah untuk menyelamatkan diri. Sebagian di antaranya mengalami luka bakar. Dan, tak sedikit pula yang tewas.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Untunglah Edi mempunyai istri yang sangat tabah. Sri Lestari tak lelah menunggui suaminya yang baru sepekan bekerja di hotel berkelas internasional itu. Putra Edi yang masih duduk di bangku kelas I sekolah dasar pun ikut menemani sang ibu. Bila kantuk menyerang, Sri tidur di lorong RS. "Moga-moga suami saya cepet sembuh. Abisnya, bagaimana saya sudah nggak bekerja," kata Sri, terpekur.
Bambang dan Piter Hidayat, pelayan Restoran Syailendra juga masih dirawat di RS. Untunglah, luka kedua korban tak separah Edi. Meski begitu, penderitaan tetap harus ditanggung karena mereka adalah tulang punggung keluarga.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla telah menyatakan akan membantu biaya pengobatan para korban [baca: Pemerintah Menanggung Biaya Pengobatan Korban Bom Marriott]. Namun sejauh ini, belum diketahui pelaksanaan rencana Menko Kesra di lapangan. Soalnya, pihak RS Jakarta mengaku tidak mendapat konfirmasi mengenai penggantian ongkos perawatan.
Di lokasi kejadian, sejak pagi tadi, petugas mulai membersihkan puing-puing bekas ledakan di Hotel JW Marriott. Mereka melepas kaca-kaca yang pecah dan mengangkut reruntuhan menggunakan truk. Aktivitas tersebut tak terlampau kentara karena polisi memasang tenda plastik di sekeliling tempat kejadian perkara. Wartawan yang hendak mengabadikan gambar dilarang mendekat dengan alasan keamanan.
Ledakan bom di JW Marriot, Selasa silam, cukup mengguncang Jakarta. Peristiwa itu berlangsung cepat dan tak terduga. Melalui Close Circuit Television (CCTV) yang didapat SCTV, tergambar situasi sebelum dan sesudah bom meledak. Pada cuplikan awal tampak aktivitas di lobi hotel berjalan normal. Siangnya, seperti biasa karyawan lokal dan ekspatriat yang memang banyak bekerja di kawasan Mega Kuningan hendak bersantap siang.
Tepat pukul 12.44 WIB (seperti tertera pada jam CCTV) sebuah ledakan terdengar menggelegar. Bola api memancar diiringi asap pekat. Suasana kacau balau. Lobi hotel JW Marriot hancur berantakan dan meninggalkan lubang sedalam 50 sentimeter [baca: Pesan Berdarah untuk Megawati]. Berbagai benda di sekitar lobi hancur terkena ledakan. Restoran Syailendra yang saat kejadian tengah dipadati pengunjung tak urung hancur. Orang berlarian tak tentu arah untuk menyelamatkan diri. Sebagian di antaranya mengalami luka bakar. Dan, tak sedikit pula yang tewas.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)