Seorang bayi perempuan, lahir tanpa anus di Wongsorejo, Banyuwangi. Di usianya yang ke 4 hari, bayi tersebut dirujuk ke RSUD Blambangan.
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (31/5/2013), Ariani Fadhilah Rahmaniyah, nama bayi itu, baru saja menempuh perjalanan dari Wongsorejo ke Blambangan. Bayi mungil tersebut dirujuk dari Puskesmas Wongsorejo tempatnya dilahirkan, karena pihak puskesmas tak memiliki peralatan memadai untuk mengatasi kelainan pada Ariani.
Anak ketiga dari pasangan Ahman Fauzi dan Sulihan ini lahir tanpa anus, atau dalam istilah medis disebut dengan Atresia Ani. Sayangnya, pihak RSUD Blambangan pun angkat tangan dan berencana merujuk Ariani ke Rumah Sakit Dr Sutomo, Surabaya, yang memiliki peralatan medis lebih lengkap.
Kondisi Ariani memang kompleks. Tak hanya lahir tanpa anus, bayi berbobot 2 kg ini juga menderita Trachea Oesofaseal Fiste, atau kelainan saluran pencernaan yang justru menyambung ke paru-paru.
Menyadari kondisi sang anak, orang tua Ariani yang hanya bekerja sebagai buruh tani hanya bisa pasrah. Sang ayah berharap, ada pihak yang bersedia membantu membiayai pengobatan sang anak hingga sembuh.
Setibanya di RSUD Blambangan, Ariani masih mengalami gangguan pernapasan, dan dirawat intensif di ruang Perinatologi. Oleh karena itu, Ariani baru akan dibawa ke Surabaya setelah kondisinya membaik dan stabil. (Mut)
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (31/5/2013), Ariani Fadhilah Rahmaniyah, nama bayi itu, baru saja menempuh perjalanan dari Wongsorejo ke Blambangan. Bayi mungil tersebut dirujuk dari Puskesmas Wongsorejo tempatnya dilahirkan, karena pihak puskesmas tak memiliki peralatan memadai untuk mengatasi kelainan pada Ariani.
Anak ketiga dari pasangan Ahman Fauzi dan Sulihan ini lahir tanpa anus, atau dalam istilah medis disebut dengan Atresia Ani. Sayangnya, pihak RSUD Blambangan pun angkat tangan dan berencana merujuk Ariani ke Rumah Sakit Dr Sutomo, Surabaya, yang memiliki peralatan medis lebih lengkap.
Kondisi Ariani memang kompleks. Tak hanya lahir tanpa anus, bayi berbobot 2 kg ini juga menderita Trachea Oesofaseal Fiste, atau kelainan saluran pencernaan yang justru menyambung ke paru-paru.
Menyadari kondisi sang anak, orang tua Ariani yang hanya bekerja sebagai buruh tani hanya bisa pasrah. Sang ayah berharap, ada pihak yang bersedia membantu membiayai pengobatan sang anak hingga sembuh.
Setibanya di RSUD Blambangan, Ariani masih mengalami gangguan pernapasan, dan dirawat intensif di ruang Perinatologi. Oleh karena itu, Ariani baru akan dibawa ke Surabaya setelah kondisinya membaik dan stabil. (Mut)