Sukses

Pekerjaan Rumah Indonesia dari Greenpeace

Inisiatif moratorium hutan dan Segitiga Terumbu Karang menunjukkan Indonesia mau menyelamatkan lingkungan. Tapi masih ada pekerjaan rumah.

Greenpeace menilai Indonesia bisa menjadi pemimpin Asia Tenggara dalam upaya perlindungan laut dan hutan. Inisiatif itu diperkuat secara berkesinambungan dan sekaligus didukung oleh berbagai sektor. Tapi masih ada pekerjaan rumah.

Pernyataan tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Greenpeace Internasional Kumi Naidoo di Kapal Greenpeace, Rainbow Warrior yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (6/6/2013).

"Beberapa tahun belakangan Indonesia telah membuat lompatan besar dalam hal kepastian perlindungan keanekaragaman hayati," kata Kumi.

Kumi menjelaskan, Jakarta merupakan pelabuhan terakhir dari rangkaian 1 bulan pelayanan Rainbow Warrior menyaksikan keanekaragaman hayati di laut dan daratan Indonesia, yang dinilai indah. Namun keindahan alam Indonesia masih sangat rapuh akibat ancaman perusakan terus meningkat. Ia pun mendesak agar perlindungan kekayaan alam perlu segera diwujudkan.

"Kemajuan tersebut merupakan isyarat yang dapat mendorong kepemimpinan Indonesia dalam bidang perlindungan lingkungan di kawasan Asia Tenggara," kata Kumi.

Pekerjaan Rumah

Menurut dia, pekerjaan rumah Indonesia masih banyak. Capaian-capaian dalam upaya perlindungan lingkungan juga perlu diperluas serta dipertegas kesinambungannya. Inisiatif moratorium hutan, dan inisiatif Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), menunjukkan Indonesia telah berada di jalur yang tepat dalam upaya penyelamatan lingkungan. Perpanjangan moratorium yang disahkan beberapa waktu lalu, memang berhasil membendung upaya penggundulan hutan.

"Namun tetap perlu diperkuat," tegas Kumi.

Ia menjelaskan penguatan itu dapat dilakukan dengan cara memasukan semua jenis kawasan hutan dan lahan gambut ke dalam kawasan yang dimoratorium. Juga melalui peninjauan kembali izin atas penggunaan lahan yang telah diberikan.

Selain itu, dalam upaya perlindungan hutan Indonesia memegang peran kunci dan mendesak dalam penguatan inisiatif di kawasan Asia Tenggara dan dunia. "Bagi upaya pengelolaan biota laut yang lebih bertanggung jawab dan berkesinambungan," jelas Kumi.

Data Greenpeace menunjukkan Indonesia dinilai sebagai 1 dari 17 negara dunia dengan kekayaan paling beragam. Laut Indonesia adalah salah satu yang paling beragam, mulai dari pesisir hingga lautan dalamnya. Wilayah perairan Indonesia adalah rumah bagi 590 spesies karang keras, dan setidaknya 2.200 ikan karang, yang telah terindentifikasi.

Bahkan 10% hutan hujan dunia terhampar di Indonesia. Namun, sayangnya keanekaragaman hayati lautan tersebut terancam rusak parah. Belum lagi, hutan Indonesia dengan tingkat deforestasi yang paling cepat bila dibandingkan negara lain di seluruh dunia. (Adi/Sss)