Sukses

Sejarah Rainbow Warrior: Ditabrak Sampai Dibom Mata-mata Prancis

Sudah ada 3 versi kapal Rainbow Warrior. Yang pertama tenggelam dibom oleh Prancis.

Rainbow Warrior III milik Greenpeace  berlabuh di Indonesia. Sepanjang sejarah, kapal itu berada di garis depan kampanye organisasi pecinta lingkungan itu, kerap berlayar ke kawasan terpencil untuk menjadi saksi langsung dan beraksi melawan perusakan lingkungan.

Versi awal menggunakan "Sir William Hardy", sebuah kapal riset perikanan yang digunakan oleh Kementerian Pertanian, Perikanan, dan Pangan Inggris. Dibuat pada 1955, merupakan kapal bermesin diesel pertama yang dibuat di Britania Raya.

Nama Raibow Warrior diusulkan oleh Bob Hunter, salah seorang pendiri Greenpeace, yang mendapat inspirasi dari cerita di buku "Warriors of the Rainbow" karangan William Wiloya dan Vinson Brown yang diterbitkan Naturegraph pada 1962.

Buku itu tentang ramalan suku Indian Cree dari Amerika Utara: "Saat Bumi sakit dan sekarat, akan ada orang-orang dari berbagai penjuru dunia bangkit seperti Ksatria Pelangi, 'Warriors of the Rainbow'."

Misi pertamanya adalah berlayar ke Islandia, untuk menentang program perburuan paus komersial di kawasan itu.

"Selama menjalani misinya, Rainbow Warrior I pernah dibom, disita, ditabrak oleh kapal-kapal pemerintah, diserbu polisi, namun dicintai oleh jutaan orang," kata Eksekutif Direktur Greenpeace Internasional Kumi Naidoo di Jakarta, Kamis (6/6/2013).

Pemboman Rainbow Warrior I, kata Kumi, terjadi pada 10 Juli 1985. Saat ia berlabuh di Auckland, Selandia Baru, bersiap menghadapi rencana uji coba nuklir Prancis di Atoll Moruroa. "Tetapi agen rahasia Prancis menanam 2 bom, yang akhirnya meledak dan menenggelamkan Rainbow Warrior I. Satu awak kapal meninggal dunia," kata dia.

Dia menjelaskan, agen rahasia Prancis yang menggunakan peralatan selam, berhasil menanamkan 2 paket bahan peledak, yang dibungkus plastik. "Satu di baling-baling kapal dan satu lagi di dinding luar ruang mesin."

Setelah pemboman, kata Kumi, Rainbow I dikirim ke peristirahatan terakhirnya di teluk Matauri, Kepulauan Cavalli, Selandia Baru. "Kemudian menjadi terumbu karang hidup, mengundang kehidupan bawah laut dan wisatawan penyelam," imbuh dia.

Tak lama, lanjut Kumi, muncul Rainbow Warrior II, yang sukses mengakhiri uji coba nuklir Prancis. "Setelah tak kenal lelah, 22 tahun berkampanye di garis depan, kapal itu (Rainbow Warrior II) mengakhiri pengabdiannya  kepada Greenpeace pada 16 Agustus 2011," kata dia.

Kemudian, lanjutnya, lahir Rainbow Warrior III pada 14 Oktober 2011. "Mempunyai perlengkapan yang lebih baik dibandingkan kapal-kapal Greenpeace sebelumnya," kata dia.

Rainbow Warrior III, lanjut Kumi, berlayar menggunakan tenaga angin. Dengan tiang setinggi 55 meter. Dan yang utama, ramah lingkungan!

"Rainbow Warrior III ini adalah kapal pertama yang dibuat dan didesain khusus bagi Greenpeace. Kapal ini juga merupakan salah satu kapal paling ramah lingkungan yang pernah ada," ujar Kumi.

Dikunjungi Seleb

Penelusuran Liputan6.com, Rainbow Warrior III tetap dibantu mesin listrik apabila cuaca tidak mendukung pelayaran. Di dalam kapal bisa menyimpan hingga 59 meter kubik air hitam dan kotor, sehingga bisa memastikan tidak ada limbah yang dibuang ke laut. Dilengkapi juga sistem penyaringan biologis khusus untuk membersihkan dan mendaur ulang air kotor itu.

Selain itu, beberapa skema ramah lingkungan, Rainbow Warrior III yang lain adalah, bentuk kapal yang dirancang khusus untuk efesiensi energi yang superior. Tiang kapal A-Frame dan layar yang dioptimalisasi untuk pelayaran efektif. Dilengkapi dengan sistem kemudi listrik, yang mampu melajukan kapal hingga kecepatan 10 knot hanya membutuhkan 300k W.

Menurut Kumi, Rainbow Warrior III punya catatan sejarah panjang dan berwarna dalam mengampanyekan perubahan positif bagi bumi. Geladaknya telah dikunjungi oleh selebritas, para pemimpin agama, bangsawan, hingga band rock.

Rainbow Warrior III, lanjut dia, telah menghadapi para penjahat lingkungan, merelokasi penduduk di Pulau Pasifik Selatan yang terkontaminasi radiasi, dan membantu operasi penyelamatan korbang tsunami 2004 di Asia Tenggara, termasuk Aceh, melawan perburuan paus ilegal, perang, perubahan iklim, dan kejahatan lingkungan lain di seluruh lautan di dunia ini.

"Rainbow Warrior akan melakukan perjalanan di Indonesia pada Mei hingga Juni 2013 untuk merayakan keanekaragaman hayati Indonesia dan untuk mempromosikan perlindungan laut dan hutan yang kaya," demikian Kumi. (Ein/Sss)