Liputan6.com, Palembang: Berbagai cara dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Palembang, Sumatra Selatan, misalnya. Ratusan keluarga yang tersebar di sejumlah daerah di Kelurahan Gandus, Karya Jaya, dan Kelurahan Kramasan, dengan tekun menyortir limbah karet. Menurut pemantauan SCTV baru-baru ini, kegiatan itu ditempuh demi mendapatkan bungkil karet, untuk dijual ke sebuah pabrik sepatu di Bogor, Jawa Barat.
Saat mobil limbah pabrik karet datang ke daerah itu, ratusan warga--anak-anak dan dewasa--langsung datang menyerbu. Tanpa ragu lagi mereka memperebutkan limbah karet yang berbau tak sedap. Keluarga Dedi dan keluarga Erna adalah dua di antara ratusan keluarga yang melakukan hal itu. Mereka bahu membahu mengais tanah kotor yang bercampur bungkil karet dan kemudian mengayaknya agar terpisah. Bagi yang memiliki badan yang cukup kuat, penyortiran dilakukan dengan berendam di air.
Demi memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai sekolah anak-anak, para pekerja ini terpaksa berkubang limbah. Mereka rela bekerja dengan tekun tanpa mempedulikan bau busuk limbah atau pengaruhnya terhadap kesehatan. Maklum, mereka tak memiliki pilihan pekerjaan lain.
Penghasilan yang didapat dari menyortir limbah karet ini memang tak begitu besar. Namun, mereka bersyukur dengan rezeki yang didapat. Untuk setiap kilogram bungkil karet, para pekerja ini menerima Rp 150 ribu. Jika pabrik karet cukup rajin membuang limbahnya, sekitar 2-3 kali sepekan, para pekerja ini dapat menghasilkan sekitar Rp 100-200 ribu per bulan.(LIA/Iyu)
Saat mobil limbah pabrik karet datang ke daerah itu, ratusan warga--anak-anak dan dewasa--langsung datang menyerbu. Tanpa ragu lagi mereka memperebutkan limbah karet yang berbau tak sedap. Keluarga Dedi dan keluarga Erna adalah dua di antara ratusan keluarga yang melakukan hal itu. Mereka bahu membahu mengais tanah kotor yang bercampur bungkil karet dan kemudian mengayaknya agar terpisah. Bagi yang memiliki badan yang cukup kuat, penyortiran dilakukan dengan berendam di air.
Demi memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai sekolah anak-anak, para pekerja ini terpaksa berkubang limbah. Mereka rela bekerja dengan tekun tanpa mempedulikan bau busuk limbah atau pengaruhnya terhadap kesehatan. Maklum, mereka tak memiliki pilihan pekerjaan lain.
Penghasilan yang didapat dari menyortir limbah karet ini memang tak begitu besar. Namun, mereka bersyukur dengan rezeki yang didapat. Untuk setiap kilogram bungkil karet, para pekerja ini menerima Rp 150 ribu. Jika pabrik karet cukup rajin membuang limbahnya, sekitar 2-3 kali sepekan, para pekerja ini dapat menghasilkan sekitar Rp 100-200 ribu per bulan.(LIA/Iyu)