Asap sisa kebakaran lahan dan hutan masih pekat menyelimuti langit Kota Pekanbaru, Selasa (25/6/2013) pagi. Asap pekat itu menyebabkan jarak pandang menurun.
Sekitar pukul 07.00 WIB, di beberapa daerah di Pekanbaru jarak pandang hanya berkisar 100-200 meter. Pengguna kendaraan terpaksa mengurangi laju kecepatan.
Sedangkan kondisi udara berdasarkan pantauan alat ISPU di sejumlah titik di Pekanbaru menunjukan tanda 'Tidak Sehat'. Sebagian besar warga kini menggunakan masker untuk beraktifitas di luar ruangan agar mengurangi paparan langsung dari asap yang bisa mengganggu kesehatan.
"Padahal, pada malam hari kemarin udara sudah terasa lebih segar dan banyak angin. Tapi sayangnya asap turun lagi pada pagi hari ini," kata seorang warga Pekanbaru, Riana Handayani (30).
Ia mengatakan, pekatnya asap kebakaran sudah mengganggu kenyamanan sampai ke dalam rumah. Akibatnya, ia harus menutup ventilasi udara di rumah dengan lapisan koran yang rangkap ganda supaya lebih tebal.
"Saya sampai harus pakai masker ketika tidur," ujarnya.
Seorang warga lainnya mengatakan, asap pekat itu sangat mengkhawatirkan anak-anak yang mudah terserang penyakit saluran pernafasan. Chaidir (41), yang juga warga Pekanbaru, mengaku terpaksa memaksa anak-anaknya untuk memakai masker ketika bermain ke luar rumah.
"Anak-anak di perumahan saya, setiap malam main petak umpet semuanya pakai masker. Karena tidak mungkin juga kita melarang terus anak-anak bermain di luar rumah, apalagi sekarang liburan sekolah," ungkap Chaidir.
Pemerintah Indonesia menetapkan status Tanggap Darurat Asap di Riau sejak Jumat 21 Juni akibat kebakaran lahan dan hutan kian parah. Asap sisa kebakaran juga terbawa angin hingga negera tetangga seperti Singapura dan Malaysia dalam beberapa hari terakhir. (Ant/Mut/Yus)
Sekitar pukul 07.00 WIB, di beberapa daerah di Pekanbaru jarak pandang hanya berkisar 100-200 meter. Pengguna kendaraan terpaksa mengurangi laju kecepatan.
Sedangkan kondisi udara berdasarkan pantauan alat ISPU di sejumlah titik di Pekanbaru menunjukan tanda 'Tidak Sehat'. Sebagian besar warga kini menggunakan masker untuk beraktifitas di luar ruangan agar mengurangi paparan langsung dari asap yang bisa mengganggu kesehatan.
"Padahal, pada malam hari kemarin udara sudah terasa lebih segar dan banyak angin. Tapi sayangnya asap turun lagi pada pagi hari ini," kata seorang warga Pekanbaru, Riana Handayani (30).
Ia mengatakan, pekatnya asap kebakaran sudah mengganggu kenyamanan sampai ke dalam rumah. Akibatnya, ia harus menutup ventilasi udara di rumah dengan lapisan koran yang rangkap ganda supaya lebih tebal.
"Saya sampai harus pakai masker ketika tidur," ujarnya.
Seorang warga lainnya mengatakan, asap pekat itu sangat mengkhawatirkan anak-anak yang mudah terserang penyakit saluran pernafasan. Chaidir (41), yang juga warga Pekanbaru, mengaku terpaksa memaksa anak-anaknya untuk memakai masker ketika bermain ke luar rumah.
"Anak-anak di perumahan saya, setiap malam main petak umpet semuanya pakai masker. Karena tidak mungkin juga kita melarang terus anak-anak bermain di luar rumah, apalagi sekarang liburan sekolah," ungkap Chaidir.
Pemerintah Indonesia menetapkan status Tanggap Darurat Asap di Riau sejak Jumat 21 Juni akibat kebakaran lahan dan hutan kian parah. Asap sisa kebakaran juga terbawa angin hingga negera tetangga seperti Singapura dan Malaysia dalam beberapa hari terakhir. (Ant/Mut/Yus)