Sukses

Jaring Capres, Hary Tanoe Cetuskan Konsep ala Indonesian Idol

Sempat terbesit di pikiran Harry Tanoe untuk mencari presiden seperti konsep Indonesian Idol.

Berbagai nama sudah bermunculan untuk dijagokan sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2014. Namun Hary Tanoedoedibjo punya ide lain untuk mencari pemimpin masa depan untuk Indonesia.

Sempat terbesit di pikiran Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura ini untuk mencari presiden seperti konsep Indonesian Idol. Misalnya dengan menjaring 50 calon kemudian diseleksi menjadi 10 calon.

"Saya pernah terpikir tapi ini tidak mudah juga. Saya kepikiran buat acara seperti Indonesian Idol, tapi untuk cari pemimpin masa depan. Kita jaring 50 calon pemimpin lalu seleksi menjadi 10 calon," ungkap Hary Tanoe dalam seminar bertajuk 'Peran Media Televisi untuk Mencerdaskan Pemilih dalam Pemilu 2014' di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2013).

Meski demikian, CEO MNC Grup ini mengaku sangat sulit untuk mewujudkan konsep pemilihan presiden seperti ajang pencarian bakat tersebut. Sebab belum tentu para capres bersedia mengikutinya.

"Untuk adu debat, dialog live, dan lain-lain, calonnya itu belum tentu mau," ujar Hary Tanoe.

Menurut dia, calon pemimpin Indonesia mendatang harus memiliki integritas dan kompetensi untuk menyelesaikan masalah korupsi. Saat menyatakan hal tersebut, pertanyaan pun datang dari peserta seminar.

"Bapak tadi mengatakan soal kriteria pemimpin yang harus kita pilih. Itu sebenarnya menimbulkan tanda tanya, Pak. Langsung saja, siapa tokoh yang demikian? Apakah Wiranto, Ketua Umum Hanura tempat Anda bergabung atau Anda sendiri yang maju?" tanya salah seorang peserta.

Namun Harry tak menjawabnya secara gamblang. "Untuk tahu siapa calonnya, media perlu memaparkan semua calon. Yang bisa menjelaskan soal integritas, kompetensi. Semua perlu disampaikan juga," katanya.

Peserta lain mempertanyakan unsur kepentingan atau intervensi yang diduga dilakukan oleh Hary Tanoe terhadap media massa yang dimilikinya. Hary Tanoe pun menjawab, hal tersebut perlu dibedakan antara intervensi dan mengiklan.

"Ada juga iklan. Kalau iklan itu bebas. Selama berada dalam aturan main. Jadi banyak yang iklan pribadi, tidak membawa partai. Kalau ada figur beriklan, figur lain bisa beriklan. Mereka bayar dan tidak langgar aturan, itu mereka bisa," papar Hary Tanoe. (Riz/Mut)