Putri Sugiyanto, Sarah Melanda Ayu bak tertimpa durian runtuh. Tidak hanya masalah ijazahnya yang dijanjikan tuntas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, tapi juga biaya kuliah dan uang jajan pun diberikan oleh sang Menteri.
"Mbak Ayu ini diberikan beasiswa Bidik Misi (Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Miskin). Program ini menjamin biaya kuliah jadi tanggungan Kementerian dan anak dapat uang saku Rp 600 ribu per bulan," ujar Mendikbud M Nuh di ruangannya, Gedung Kemendikbud, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2013).
Setelah berkata demikian, mantan Rektor ITS ini juga mengkritisi apa yang diterima oleh Ayu, jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Pasalnya, apa yang diterima Ayu bukan hal baru. "Program ini (Bidik Misi) sudah ada sejak 3 tahun lalu, tapi memang tidak populer," imbuhnya.
Ayu mengucap terima kasih kepada M Nuh karena atas bantuan yang diberikan. Maka itu, ayahnya tidak perlu menjual ginjal demi menebus ijazahnya yang tertahan. "Makasih Pak Menteri, dengan begini Bapak saya tidak perlu jual ginjal," ucapnya.
Selain itu, Nuh sendiri secara langsung menelpon Politeknik Jakarta, agar mau menerima Ayu sebagai salah satu mahasiswanya.
Sugiyanto (45) nekat menjual ginjalnya di Bundaran Hotel Indonesia demi mendapatkan uang untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah. Total biaya yang harus ditebusnya mencapai Rp 70 juta karena sejak 2005, ada biaya administrasi yang dikenakan sebesar Rp 20 ribu per harinya. (Ary/Ism)
"Mbak Ayu ini diberikan beasiswa Bidik Misi (Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Miskin). Program ini menjamin biaya kuliah jadi tanggungan Kementerian dan anak dapat uang saku Rp 600 ribu per bulan," ujar Mendikbud M Nuh di ruangannya, Gedung Kemendikbud, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2013).
Setelah berkata demikian, mantan Rektor ITS ini juga mengkritisi apa yang diterima oleh Ayu, jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Pasalnya, apa yang diterima Ayu bukan hal baru. "Program ini (Bidik Misi) sudah ada sejak 3 tahun lalu, tapi memang tidak populer," imbuhnya.
Ayu mengucap terima kasih kepada M Nuh karena atas bantuan yang diberikan. Maka itu, ayahnya tidak perlu menjual ginjal demi menebus ijazahnya yang tertahan. "Makasih Pak Menteri, dengan begini Bapak saya tidak perlu jual ginjal," ucapnya.
Selain itu, Nuh sendiri secara langsung menelpon Politeknik Jakarta, agar mau menerima Ayu sebagai salah satu mahasiswanya.
Sugiyanto (45) nekat menjual ginjalnya di Bundaran Hotel Indonesia demi mendapatkan uang untuk menebus ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah. Total biaya yang harus ditebusnya mencapai Rp 70 juta karena sejak 2005, ada biaya administrasi yang dikenakan sebesar Rp 20 ribu per harinya. (Ary/Ism)