Sukses

Penumpang Commuter Line Masih Bingung dengan Tiket Elektronik

Meski harga progresif ditetapkan, penumpang mengeluhkan sistem baru

Antrean panjang tampak di loket-loket stasiun yang hari ini kali pertama menetapkan sistem e-ticketing sepanjang jam kereta api beroperasi.

Meski harga tiket progresif ditetapkan, salah seorang penumpang Commuter Line (kereta AC) mengeluhkan sistem baru yang kerap dimanfaatkan penumpang nakal yang tidak paham penggunaan e-ticketing.

"Seperti kayak dari Serpong mau ke Bekasi, itu kan harus tukar tiket di Tanah Abang yang tujuannya ke Bekasi biar nggak denda Rp 50 ribu," kata Nikko Simajuntak, penumpang asal stasiun Rawa Buntu, Jakarta, Senin (1/7/2013).

Menurut pria yang baru 2 bulan beralih menggunakan moda transportasi ini, Indonesia bisa mengadopsi sistem kereta api seperti di Singapura.

"Di Singapura, kartu MRT (Mass Rapid Tranport)nya tidak bisa keluar kalau bukan di stasiun yang datanya terekam di kartu," ujarnya.

Nikko yang juga bekerja di perusahaan telekomunikasi data ini menuturkan, penggunaan tarif progresif ini lebih adil bagi penumpang.

"Karena sesuai dengan jarak, tidak dipukul rata. (Sistem) ini bisa lancar asal sosialisasinya ada, walau harus pelan-pelan, juga ada diperbaikan sistem,"  ungkap pria yang hendak turun di stasiun Palmerah ini.

PT KAI Commuter Jakarta (PT KCJ) hari ini, resmi menetapkan tarif progresif bagi pengguna kereta api dengan menetapkan tarif Rp 2000 per lima stasiun dan tambahan Rp 500 per tiga stasiun. (Sul)