Perilaku brutal yang dilakukan Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman, dengan menyiramkan secangkir air kepada pengamat sosial Tamrin Amal Tomagola saat menjadi pembicara di sebuah stasiun televisi swasta tvOne pada Jumat 28 Juni pagi memang menjadi pergunjingan banyak pihak.
Kali ini, giliran Menteri Agama Suryadharma Ali yang mengomentari hal tersebut. Namun Surya tidak menyudutkan Munarman maupun Tamrin. Menurutnya, dalam insiden brutal itu pihak tvOne yang paling berperan. tvOne sengaja menyuguhkan tontonan dengan menggunakan metode konflik, dengan bantuan sang pembawa acara atau presenter.
Surya menyatakan, jika diteliti dari sisi dialog yang terjadi pada waktu itu, terdapat beberapa kepentingan yang berbeda.
"Yang pertama kepentingan dari tvOne sendiri, untuk membangun dialog yang panas dengan mempergunakan metode konflik," kata Surya di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/7/2013) malam.
Bahkan, Surya menghimbau kepada tvOne agar memberikan bintang tanda penghargaan kepada pembawa acara karena dapat menyukseskan dialog itu.
"Presenter tvOne perlu mendapatkan bintang dari perusahaan," terang Surya.
Dia menilai, semakin tajam konflik dalam suatu dialog di televisi maka semakin sukses dialog itu dibuat. Kemudian pada insiden Munarman versus Tamrin, lanjut dia, telah mencapai klimaksnya dengan siraman air di muka salah satu pembicara.
"Jadi ini sukses dari sisi tvOne," tegas dia.
Menurutnya, konflik-konflik yang hanya sebatas pada pertengkaran mulut sudah terlalu biasa dalam dialog di televisi.
"Saya lihat ini sukses aja," tutur Surya.
Dia menilai, saat ini televisi kerap membangun jajak pendapat, dialog, ataupun talk show dengan metode konflik.
"Kadang-kadang presenter itu melebihi dari pembahas. Kadang-kadang seperti penyidik, kayak interogasi begitu," paparnya.
Lanjut Surya, Munarman adalah sosok orang yang cukup idealis dengan memperlihatkan fakta-fakta. Sedangan, untuk Tamrin, adalah seorang cendekiawan yang kurang dapat mengontrol diri dan kurang dapat meletakkan posisi sebagai seorang ilmuan. Hingga debat berakhir dengan insiden brutal itu.
"Ini harus menjadi koreksi bagi seluruhnya," tegas Surya.
Insiden penyiraman itu bermula saat Munarman dan Tamrin berdebat soal pembatasan jam malam tempat hiburan di Jakarta dalam talkshow yang disiarkan secara langsung oleh tvOne. Perdebatan mengarah kepada sweeping ormas jelang bulan Ramadan.
Selain Tamrin dan Munarman, turut juga dalam dialog by phone Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
Situasi malah memanas. Sampai keduanya saling tunjuk. Hingga akhirnya, Munarman menyiramkan air ke wajah Tamrin. (Mhs/Tnt)
Kali ini, giliran Menteri Agama Suryadharma Ali yang mengomentari hal tersebut. Namun Surya tidak menyudutkan Munarman maupun Tamrin. Menurutnya, dalam insiden brutal itu pihak tvOne yang paling berperan. tvOne sengaja menyuguhkan tontonan dengan menggunakan metode konflik, dengan bantuan sang pembawa acara atau presenter.
Surya menyatakan, jika diteliti dari sisi dialog yang terjadi pada waktu itu, terdapat beberapa kepentingan yang berbeda.
"Yang pertama kepentingan dari tvOne sendiri, untuk membangun dialog yang panas dengan mempergunakan metode konflik," kata Surya di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/7/2013) malam.
Bahkan, Surya menghimbau kepada tvOne agar memberikan bintang tanda penghargaan kepada pembawa acara karena dapat menyukseskan dialog itu.
"Presenter tvOne perlu mendapatkan bintang dari perusahaan," terang Surya.
Dia menilai, semakin tajam konflik dalam suatu dialog di televisi maka semakin sukses dialog itu dibuat. Kemudian pada insiden Munarman versus Tamrin, lanjut dia, telah mencapai klimaksnya dengan siraman air di muka salah satu pembicara.
"Jadi ini sukses dari sisi tvOne," tegas dia.
Menurutnya, konflik-konflik yang hanya sebatas pada pertengkaran mulut sudah terlalu biasa dalam dialog di televisi.
"Saya lihat ini sukses aja," tutur Surya.
Dia menilai, saat ini televisi kerap membangun jajak pendapat, dialog, ataupun talk show dengan metode konflik.
"Kadang-kadang presenter itu melebihi dari pembahas. Kadang-kadang seperti penyidik, kayak interogasi begitu," paparnya.
Lanjut Surya, Munarman adalah sosok orang yang cukup idealis dengan memperlihatkan fakta-fakta. Sedangan, untuk Tamrin, adalah seorang cendekiawan yang kurang dapat mengontrol diri dan kurang dapat meletakkan posisi sebagai seorang ilmuan. Hingga debat berakhir dengan insiden brutal itu.
"Ini harus menjadi koreksi bagi seluruhnya," tegas Surya.
Insiden penyiraman itu bermula saat Munarman dan Tamrin berdebat soal pembatasan jam malam tempat hiburan di Jakarta dalam talkshow yang disiarkan secara langsung oleh tvOne. Perdebatan mengarah kepada sweeping ormas jelang bulan Ramadan.
Selain Tamrin dan Munarman, turut juga dalam dialog by phone Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar.
Situasi malah memanas. Sampai keduanya saling tunjuk. Hingga akhirnya, Munarman menyiramkan air ke wajah Tamrin. (Mhs/Tnt)